Di Klan Xiao, nama Xiao Chen adalah sinonim dari kegagalan. Pernah menjadi jenius, kultivasinya tertahan di Lapisan ke-3 Ranah Kondensasi Qi selama empat tahun. Dia menjadi aib, dihina oleh sepupunya, Xiao Long (seorang jenius di Lapisan ke-14), dan pertunangannya dengan Su Qingyue (seorang ahli muda di Ranah Pembangunan Fondasi) dibatalkan secara publik.
Di ambang keputusasaan, dia membangkitkan roh Kaisar Alkemis kuno, Yao Huang, dan mempelajari kebenaran tentang fisiknya yang legendaris. Dibimbing oleh Yao Huang, Xiao Chen bangkit dari keterpurukan. Perjalanannya membawanya ke dalam konflik dengan faksi-faksi kuat, membentuk aliansi tak terduga dengan Lin Zihan dari Paviliun Harta Karun, dan akhirnya menaklukkan panggung yang lebih besar.
Setelah melalui berbagai pertarungan hidup dan mati, dari arena turnamen hingga belantara liar Pegunungan Binatang Jatuh, Xiao Chen terus menempa dirinya. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan keterampilan alkimia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Karavan Menuju Kota Angin Perak
Kehidupan di dalam karavan berjalan dengan ritme yang lambat dan stabil. Selama dua minggu berikutnya, jalanan yang mereka lalui relatif damai. Kehadiran Xiao Chen, sang ahli Alam Pembangunan Fondasi yang misterius, tampaknya menjadi penangkal yang lebih efektif daripada selusin penjaga bayaran. Kelompok bandit kecil atau binatang iblis biasa yang sesekali muncul akan segera mundur setelah merasakan auranya yang dalam dan terkendali.
Xiao Chen menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk bersila di atap salah satu gerobak, matanya terpejam. Bagi para anggota karavan, dia tampak seperti sedang bermeditasi.
"Dasar-dasar alkimia dimulai dengan identifikasi ramuan," suara kuno Yao Huang akan bergema di benaknya. "Bahkan ramuan yang sama bisa memiliki properti yang berbeda tergantung pada tanah tempat ia tumbuh, usia, dan cara ia dipanen. Seorang alkemis sejati bisa melihat jiwa dari sebuah ramuan, bukan hanya bentuk fisiknya."
Pikiran Xiao Chen dipenuhi dengan gambaran dan deskripsi puluhan ribu jenis ramuan spiritual, dari yang paling umum hingga yang paling langka. Dia menyerap pengetahuan ini seperti spons kering, fondasi alkimianya dibangun di atas pengalaman seorang Kaisar Alkemis.
Para pedagang di karavan, yang awalnya takut padanya, perlahan menjadi lebih santai. Mereka adalah orang-orang sederhana yang mencari nafkah. Pemimpin mereka, seorang kakek baik hati yang meminta dipanggil Kakek Xu, akan sering mengajaknya berbagi cerita di sekitar api unggun pada malam hari. Cucunya, seorang gadis kecil bernama Xu Yue, yang telah diselamatkan oleh Xiao Chen, kini selalu mengikutinya seperti bayangan kecil, menatapnya dengan kekaguman seorang pahlawan.
Pada suatu malam, saat mereka berbagi daging panggang, Kakek Xu bertanya, "Tuan Muda Xiao, jika saya boleh bertanya, apa tujuan Anda datang ke Kota Angin Perak?"
"Mencari beberapa bahan dan kesempatan," jawab Xiao Chen singkat.
Kakek Xu mengangguk mengerti. "Kota Angin Perak memang tempat yang tepat untuk itu. Kota itu sepuluh kali lebih besar dari Kota Awan Tersembunyi. Peluangnya banyak, tetapi persaingannya juga kejam."
Dia melanjutkan, memberikan Xiao Chen gambaran tentang struktur kekuatan di kota itu. "Kota ini tidak dikuasai oleh satu klan. Ada tiga kekuatan besar yang menjaga keseimbangan. Pertama adalah Kediaman Tuan Kota, yang menjaga hukum dan ketertiban. Kedua adalah Serikat Alkemis, sekelompok alkemis sombong yang mengontrol hampir seluruh pasar pil obat. Dan yang ketiga, yang paling kaya dan misterius, adalah Paviliun Harta Karun. Mereka adalah serikat dagang dan balai lelang terbesar di seluruh wilayah selatan."
Xiao Chen mendengarkan dengan saksama, mengukir nama-nama itu dalam benaknya.
Setelah tiga minggu perjalanan yang panjang, pemandangan di depan mereka akhirnya berubah. Dari kejauhan, sebuah siluet kota raksasa mulai terlihat di cakrawala. Tembok kota yang menjulang tinggi terbuat dari batu granit putih, memantulkan cahaya matahari. Gerbang utamanya begitu besar hingga sepuluh kereta kuda bisa masuk berdampingan. Di langit, sesekali terlihat artefak terbang berbentuk perahu atau pedang besar yang mendarat dan lepas landas dari dalam kota.
Saat karavan mereka bergabung dengan antrean panjang untuk memasuki kota, Xiao Chen merasakan gelombang energi yang hidup dan ramai. Ini adalah metropolis kultivasi yang sesungguhnya.
"Hmph, lumayan," komentar Yao Huang. "Setidaknya energi spiritual di sini sedikit lebih baik dari kandang ayam tempatmu berasal. Ini adalah tempat yang bagus untuk mulai mengumpulkan bahan-bahan yang kita butuhkan untuk tahap kedua Penempaan Tubuh-mu."
Setelah melewati gerbang, mereka disambut oleh jalanan yang lebar dan ramai. Bangunan-bangunan bertingkat tinggi menjulang di kiri dan kanan, dan suara tawar-menawar, derap langkah kuda, dan diskusi para kultivator menciptakan simfoni kehidupan kota yang sibuk.
Karavan itu akhirnya berhenti di sebuah penginapan besar di distrik pedagang. Perjalanan mereka telah berakhir.
"Tuan Muda Xiao," Kakek Xu mendekatinya dengan penuh rasa hormat. "Kami tidak akan pernah melupakan kebaikan Anda. Ini adalah alamat toko kecil kami di kota. Jika Anda butuh bantuan apa pun, jangan ragu untuk datang. Pintu kami akan selalu terbuka untuk Anda."
Xiao Chen menerima secarik kertas itu dan mengangguk. "Terima kasih, Kakek Xu. Jaga diri kalian."
Gadis kecil Xu Yue menatapnya dengan mata berkaca-kaca, enggan untuk berpisah. Xiao Chen tersenyum tipis dan menepuk kepalanya dengan lembut sebelum akhirnya berbalik dan melangkah pergi, menyatu dengan kerumunan.
Dia kini benar-benar sendirian, seseorang yang asing di kota raksasa. Uang seribu koin emas yang diberikan klannya terasa sangat sedikit di kota di mana sebutir pil obat biasa saja bisa berharga puluhan koin emas. Dia tidak punya status, tidak punya koneksi, dan tidak punya reputasi.
Dia berdiri di persimpangan jalan yang ramai, menatap ke kejauhan. Di pusat kota, dua bangunan paling megah menjulang, mendominasi cakrawala. Satu adalah menara tinggi dengan lambang kuali obat, markas Serikat Alkemis. Satunya lagi adalah sebuah paviliun megah berlapis emas yang tampak mewah dan misterius, Paviliun Harta Karun.
Tujuannya jelas. Untuk bertahan hidup dan menjadi lebih kuat di kota ini, dia butuh uang dan sumber daya. Dan dengan pengetahuan Yao Huang di benaknya, hanya ada satu jalan yang paling efisien.
Alkimia.
Perjalanannya di Kota Angin Perak, kota para alkemis dan pedagang.