Karena kanaya sudah melarang ibunya untuk tidak usah bekerja lagi, ranti pun kemudian menuruti apa yang kanaya katakan. mulai itulah kesibukan ranti sehari – harinya hanyalah membersihkan – bersihkan rumah yang dirinya dan putri bungsunya tinggali. kanaya menepati janji kalau dirinyalah yang menanggung biaya hidup ibu dan juga adiknya.
Ranti berpamitan kepada bosnya karena mau mengundurkan diri dan berhenti bekerja di warung itu.
“bos, saya minta waktunya sebentar.”
“gimana ranti?”
“saya mau mengundurkan diri. Saya mau pamitan sama bos. Saya mau berhenti bekerja.”
“loh kenapa? Apa kamu mau mencari pekerjaan lain? Atau gaji kamu kurang?”
“bukan bos, bukan itu. emm, saya mengundurkan diri karena ini permintaan anak pertama saya. Saya bersyukur sekali karena anak saya sekarang sudah bisa mencari kerja dan gajinya dia berikan kepada saya untuk kebutuhan sehari hari bos.”
“memangnya anak kamu kerja di mana? Kok sudah berani membiayai kebutuhan hidup ibu dan adiknya?”
“Alhamdulillah bos, semenjak dia bekerja di kota, dia mendapatkan gaji yang lumayan banyak. Saya sih belum tahu anak saya kerjanya di mana.”
“owh, gitu. Kalau kamu mau mengundurkan diri sih saya enggak masalah. Silahkan. Tapi sebentar ya saya ambilkan gaji kamu bulan ini.”
Juragan warung itu kemudian masuk ke kamar, lalu ia mengambilkan uang upah kepada ranti.
“ini gaji kamu. saya juga mengucapkan banyak terimakasih selama ini, karena kamu sudah mau membantu saya untuk bekerja di warung. Tapi, pesan saya, kamu hati – hati. Dan kamu harus menjaga benar – benar anakmu. Apa lagi anakmu itu perempuan dan kerja nya jauh merantau di kota.”
“iya bos. Saya juga mengucapkan banyak terimakasih. Karena bos sudah mau mempekerjakan saya. Kalau begitu saya permisi ya bos.”
Ranti sedikit tersinggung dengan yang di katakan oleh bosnya itu tentang kanaya. Akan tetapi dirinya tidak terlalu mengambil hati. Sebab ranti pikir apa yang di katakan bosnya itu ada benarnya juga. Ranti kemudian pergi dan kembali ke rumahnya.
**
Beberapa bulan kemudian...
Pagi hari itu, di saat ranti sedang memasak suara hpnya tiba – tiba berdering. Ia kemudian mengecilkan api dan langsung mengangkat telepon.
“hallo?”
“hallo bu.”
“gimana nak? ada apa? Tumben kamu pagi – pagi sudah telepon ibu.”
“iya, besok aku ingin mengajak ibu dan juga bella pergi ke suatu tempat.”
“memang kamu mau ajak ibu ke mana nay?”
“iya besok lah bu, kenaya memang sengaja tidak mau memberitahukan kepada ibu sekarang. sebab kanaya ingin memberikan ibu dan juga bella kejutan.” Kata kanaya sambil tersenyum.
“hem... iya deh terserah kamu nak. besok ini kan?”
“iya bu. Besok ini kan hari minggu. Kanaya sengaja mengajak hari minggu karena bella sekolahnya liburkan bu.”
“iya nak. baik nanti ibu akan memberitahukan sama bella.”
“ibu sedang apa sekarang?”
“ibu sedang masak.”
“owh, ya sudah kalau begitu ibu lanjutin masaknya. Kanaya mau kerja bu.”
“iya nak. kamu baik – baik ya di sana.”
Telepon itu kemudian di matikan oleh kanaya. Sedangkan kanaya saat itu baru saja bangun dari tidur. Karena ia semalaman sudah bermain intim dengan om burhan.
Kanaya sudah tidak sabar ingin membawa ranti dan bella ke tempat yang sudah dia rencanakan. Ia sangat menanti – nantikan hari minggu besok.
Sambil bersandar di daun pintu sembari menatap ke langit, ia pun melamun.
“huft enggak sabar aku menunggu besok. Pasti ibu dan bella senang aku bawa ke tempat itu. tapi jangan sampai ibu tahu pekerjaan ku yang sebenarnya. Aku harus pintar menyembunyikan dari ibu. maafkan aku ya bu. Karena aku bukan anak yang bisa membahagiakanmu dengan mencari uang yang baik.” Gumamnya dari dalam hati.
**
Hari minggu pun telah tiba, dan esok hari itu kanaya langsung bergegas pergi menjemput ranti dan bella. tak lama ia pun sampai di rumah ranti.
Tok.. tok.. tok...
“ibu.”
“iya sebentar.”
“kanaya, kebetulan ibu sudah siap nak.”
“bella mana bu?”
“tuh bella.”
“bentar kak, aku mau menyisir rambut dulu.”
“iya, cepetan ya. Jangan lama – lama. Kakak dan ibu tunggu kamu di sini.”
“iya kak.”
Sembari menunggu bella yang masih sibuk menyiapkan dirinya, kanaya dan ranti duduk di depan rumah.
“sebenarnya kamu mau ajak ibu dan adik kamu kemana sih nak?”
“nanti ibu juga tahu sendiri. Pokoknya ibu sabar ya. Pasti ibu penasaran kan?” kata kanaya sambil memeluk ranti dengan tersenyum.
“bella sudah selesai belum?” tanya kanaya yang memanggil adiknya itu.
Bella pun keluar sambil membawa tas lalu memakaikan sepatunya.
“kak bella sudah siap, yuk kak.”
Akhirnya mereka bertiga pergi dan melangkahkan kakinya menuju ke mobil yang terparkir di halaman tetangganya itu. di saat ranti akan masuk ke dalam mobil milik kanaya, ranti di sapa oleh beberapa tetangganya yang kebetulan lewat itu.
“eh, bu ranti. Mau kemana?”
“eh ibu siti. Enggak tahu nih, saya di ajak pergi sama kanaya.”
“wah enak ya sekarang, kanaya sepertinya sudah mapan. Apa lagi mobilnya bagus banget.”
“belum buk, ini bukan mobil kanaya, mobilnya milik bosnya bu.”
“ya ampun bosnya baik banget ya, mau minjemin mobil ke karyawannya.”
“iya bu.”
Bim! Bim! ( suara klakson mobil )
“kalau begitu saya permisi dulu ya bu siti.”
“owh, iya. Bu ranti. Silahkan – silahkan.”
Setelah itu ranti masuk ke dalam mobil, kanaya pun menyapa siti dari dalam mobil kemudian pergi. Ketika kanaya, ranti dan juga bella pergi, bu siti yang baru saja menyapa ranti pun duduk untuk menemui bu etik untuk membahas arisan yang akan mereka adakan besok. Akan tetapi mereka bukannya membahas arisan tapi malah mereka membahas kanaya.
“enak ya sekarang hidupnya bu ranti.”
“iya ya, anaknya sudah mencukupi semua kebutuhan bu ranti sama bella.”
“tapi lihat tuh kanaya, dia sekarang berubah banget. Tambah cantik, badannya juga mulus dan bersih. Beda saat dia masih tinggal bersama ibunya.”
“iya benar, ngomong – ngomong dia kerja apa ya?”
“enggak tahu deh. Tapi tadi aku tanya ke bu ranti, mobil yang sering dia bawa ke sini itu milik bosnya.”
“apa? Bosnya? Masak iya bosnya mau meminjamkan mobil kepada karyawannya sih.”
“atau jangan – jangan dia simpanan bosnya. Upst!”
“tapi bisa jadi. Lihat saja penampilannya sekarang, dia seperti orang kaya.”
“ha.. ha.. ha... bisa saja kamu ini bu.”
“ha.. ha.. ha.. sudah – sudah, kita bahas arisan saja. kalau bahas kanaya nanti nggak ada habisnya.”
“iya betul. Sampai mana kita tadi bu. Jadi lupa.”
Begitulah tetangga di sekitarnya yang sudah mulai membicarakan tentang perubahan yang terlihat oleh kanaya. Satu persatu tetangga membicarakan keluarga ranti. Sebab menurut mereka perubahan kanaya begitu sangat drastis.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Sapujiati Puji
lanjut...di tgu terus up nya kak
2020-10-15
0