Wisuda

Tiga puluh menit aku mencoba untuk tidur, berguling ke kiri, berguling lagi ke kanan, mencoba mencari posisi tidur yang pas untukku. Aku harus bisa terlelap, besok aku harus berangkat ke kampus pagi untuk mengikuti pelatihan wisuda. Aku menghapalkan kata-kata itu tetapi tetap saja nihil, mata ini benar-benar tidak bisa diajak bekerja sama.

Aku melihat jam di dinding kamarku, pantas aku tidak bisa tidur, bahkan jam masih menunjukkan pukul sembilan malam.

Dan pada akhirnya, aku tetap meminum susu buatan Mama, seperti Anha kecil putri kesayangan Mama delapan tahun yang lalu.

***

Dengan gerakan tergesa aku setengah berlari menuju pintu depan. Aku kesiangan, finalnya tadi malam aku tidur pukul dua dini hari karena mata sialan ini tidak bisa terpejam. Dengan bodohnya semalam aku hanya terdiam menatap langit-langit kamarku seperti orang linglung.

Aku berdecak, bahkan supir taksi yang kupesan menggelengkan kepala ketika melihatku yang kelabakan saat memakai sepatu di teras rumah.

Gerakanku menali sepatuku terhenti, sepertinya aku mendengar suara seseorang yang memanggilku. Aku mengernyit, mirip seperti suara Mama. Aku menggelengkan kepala, mana mungkin Mama memanggilku, Mama selalu berangkat ketika fajar usai.

Apa mungkin terlambat bangun pagi juga dapat menyebabkan seseorang halusinasi?

Tapi ternyata telingaku tidak salah dengar. Mama datang dari arah belakang.

Mama memakai celemek bunga-bunga yang bisa kusimpulkan Mama baru saja selesai memasak. Mama tersenyum lembut sambil mengulurkan kantong keresek hitam kepadaku. Tanganku bergerak pelan mengambil kantong keresek itu.

"Hati-hati, ya," kata Mama. Aku hanya mengangguk dan berjalan pelan menuju taksi yang sudah menungguku dari tadi di luar pagar. Aku menyuruh supir tersebut untuk segera melajukan mobil ke kampusku, tak ada hasrat sama sekali bagiku untuk menengok ke arah belakang.

Tanganku bergerak, sibuk membuka ikatan pada kantong keresek yang tadi Mama berikan padaku. Aku sanghat penasaran apa isinya.

Dan ternyata isinya adalah kotak bekal berwarna ungu anggur. Aku membuka tutup bekal tersebut, omelette dengan nasi putih. Apa Mama yang membuatkannya untukku? Mengingat tadi Mama juga memakai celemek.

Aku tersenyum kecil, omelette-nya agak gosong di bagian pinggirnya. Melihat hal tersebut aku tahu seberapa keras Mama berusaha membuatkannya untukku.

Dengan gerakan perlahan aku menyendok suapan pertamaku. Omelette-nya terasa hambar. Hatiku bergemuruh, mataku mulai memanas. Aku mengusap air mataku, aku menangis dan mengunyah makanan dengan bersamaan.

"Mbak, mbak nggak kenapa-napa, kan?" tanya Pak supir melihatku menangis dari kaca mobil. Aku menggeleng dan menyeka air mataku, mengatakan tidak apa dan focus saja menyetir walaupun wajah Pak supir tersebut masih cemas. Aku melanjutkan menghabiskan makananku lagi.

Aku teringat kata-kata itu.

Kata yang kemarin sempat Tante Ririn ucapkan kepadaku.

...Nggak ada orang tua di dunia ini yang nggak sayang sama anaknya. Yang ada cuma orang tua dan anak yang saling salah paham...

Hari ini aku sadar akan sesuatu...

Aku salah.

Mama peduli denganku.

***

Kebaya berwarna merah marun melekat pada tubuh rampingkuku. Dengan rambut yang sudah kusanggul rapi, aku duduk di kursi barisan paling belakang sendiri dengan persaan yang bercampur aduk dalam hatiku. Antara senang, haru, dan cukup cemas juga. Karena hari ini adalah hari wisudaku.

Aku menatap Mai yang duduk di sebelah kananku. Mai mengenakan kebaya berwarna putih dengan hijab yang warnanya senada. Hari ini Mai terlihat anggun dengan polesan sederhana pada wajahnya.

Sebelumnya ketika aku baru memasuki ruangan dan melihat Mai mengenakan baju serba putih, aku sempat menahan tawaku ketika melihatnya. Dibandingkan akan menghadiri wisuda, Mai lebih mirip seperti akan melangsungkan acara ijab kabul.

"Maa syaa Allah. Kamu cantik banget, An. Kayak model iklan sampo di TV sumpah," puji Mai dengan wajah berbinar. Aku melotot mendengarnya, enak saja aku disamakan dengan model iklan sampo. Jelas saja aku lebih cantik daripada mereka!

Mai tertawa kecil, kemudia dia mulai menceritakan banyak hal sekaligus dan terus saja menerocos daritadi, tetapi tidak ada satu pun dari perkataannya yang kutanggapi.

Mataku mengamati sekitar, aku menengok ke arah belakang tempat dudukku mencari seseorang yang kuharapkan kehadirannya di acara wisudaku kali ini.

Yaitu, Mama.

Dengan pelan aku memeriksa barisan orang tua yang tempat duduknya berada di belakang kami. Berharap Mama ada di salah satu kerumunan orang tua tersebut. Namun nyatanya nihil. Aku mengembuskan napas berat ketika tidak menemukan Mama di sana, itu artinya Mama tidak menghadiri acara wisudaku.

Aku menundukkan kepalaku dan menyeka sudut mataku dengan tangan kananku. Kini aku mencoba untuk bersikap lebih dewasa lagi. Setidaknya jika Mama tidak hadir, pasti Papa melihat putrinya di wisuda walau dari surga sana, bukan?

Mungkin Mama sedang sibuk? Mungkin Mama sedang ada urusan mendesak? Mungkin pekerjaan Mama memang tidak dapat ia tinggalkan walaupun sejenak untuk menengok putrinya di wisuda? Sekarang aku mencoba mengumpulkan semua pikiran positif agar aku tidak terlalu sedih. Tetapi entah mengapa rasanya seperti tidak bisa. Aku menggigit bibir bawahku.

Atau mungkin Mama memang benar-benar tidak peduli?

Sekian lamanya rentetan acara wisuda berlangsung tetapi rasanya seperti biasa saja bagiku, tidak ada momen mengesankan sama sekali, berbeda dengan teman-temanku yang tertawa sangat bahagia dan merasa lega karena sudah menjadi sarjana. Dan rasanya hari ini seperti hari paling buruk dalam hidupku.

Ketika acara sudah selesai dan aku hendak keluar dari ruangan ini, mataku memeriksa lagi menyisir kerumunan orang tua siswa untuk kedua kalinya. Berharap apakah Mama ada di sana, tapi ternyata tetap saja tidak ada.

Aku menatap beberapa temanku berhambur ke keluarga mereka masing-masing, saling berpelukan satu sama lain. Aku dapat menangkap binar kebahagiaan yang terpancar dari kedua bola mata orang tua mereka.

Sebut saja Mai, yang saat ini tampak malu-malu diciumi oleh kedua orang tuanya. Sedangkan aku? Terlihat paling mengenaskan sendiri.

Bahkan orang tua Mai yang tinggal di desa saja mati-matian menyewa bus untuk membawa rombongannya dari desa demi melihat Mai di wisuda. Sedangkan orang tuaku yang rumahnya masih satu kota saja tidak datang.

Sudah sejak SMP Mama tidak pernah mengambil raporku, seharusnya aku sudah biasa bukan dengan situasi itu? namun entah mengapa aku hanya berharap kali ini Mama hadir. Tidak perlu muluk-muluk memberiku pelukan hangat seperti yang orang tua lain lakukan kepada anak mereka. Apalagi berlebihan berharap Mama mencium pipiku seperti yang orang tua Mai lakukan kepada putrid mereka. Aku hanya berharap Mama hadir di sini. Itu saja.

Aku menarik napas dalam-dalam kemudian menyandarkan punggungku di tembok, rasa dingin dari tembok ini seperti seolah-olah dapat menembus kain kebayaku. Aku seperti orang yang paling kesepian di tengah lautan orang-orang yang sedang berbahagia ini.

Aku mengusap sikuku pelan. Kini aku mulai berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Aku sudah lulus, aku sudah dewasa, dan tidak seharusnya aku berpikiran melankolis seperti itu.

Aku kuat.

Terpopuler

Comments

࿇ωΐຮε࿐✈️(off GC)

࿇ωΐຮε࿐✈️(off GC)

aku terharuuu 😭😭😭😭

2022-04-13

0

ᴿᶠChenta🍹

ᴿᶠChenta🍹

🤧

2021-12-02

1

Umi Salamah

Umi Salamah

ak jg nggakpernah rapotku diambil ortu tp ak nya biasa aja......ngerti memang ortu sibuk cari duit bahkan dulu pernah bayar tukang becak suruh ambil raport

2021-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 Cast - Visual Tokoh di Novel After Marriage
2 Malam Pertama
3 Barter
4 Kecantikan yang Memabukkan
5 Dicampakkan Ketika Sudah Dinikmati
6 Dibuang
7 Badboy vs Perawan Solehah
8 Mama
9 Kedatangan Tante Ririn
10 Ketahuan
11 Patah
12 Rindu Mama
13 Ego dan Kenangan Masa Kecil
14 Wisuda
15 Dia Peduli
16 Cinta yang Tak Dapat Diungkapkan
17 Hubungan Membaik
18 SugarBaby SugarDaddy
19 Baju Ketat dan Dua Pria Tampan
20 TERROR!
21 Satu Mobil Bersamamu
22 Mangsa Menggiurkan
23 Pangeran Penolong
24 Dia Kekasihku
25 Mulai Terpikat Pesonamu
26 Jantung Yang Berdetak Untukmu
27 Lamaran 1
28 Lamaran 2
29 Semakin Hangat
30 Ciuman Terpanas
31 Menjelang Pernikahan
32 Tidak Jujur
33 Sesak
34 Tetap Menikah
35 Pernikahan 1
36 Pernikahan 2
37 Hari Pernikahan
38 Malam Pertama
39 Kecewa
40 Badai Terlalu Dini
41 Maafkan Aku
42 Pigura
43 Drama Apa Lagi?
44 Dan Janganlah Pergi
45 Percakapan Hangat
46 Perjanjian Empat Bulan
47 Mencoba yang Terbaik
48 Mencoba Memulai Dari Awal
49 Menggodamu
50 Menginginkan Buah Hati
51 Desakan
52 Momongan
53 Mencoba Memperbaiki Hubungan
54 Kembali Dekat
55 Kecupan di Pipi
56 Hamil
57 Mama Erin Melunak
58 Ke Dokter Kandungan
59 Negatif
60 Ayo Kita Coba Lagi
61 Kolam Renang
62 Makan Malam Romantis
63 Ingin Liburan
64 Detak Jantung
65 Embusan Kabar Buruk
66 Hancur Berkeping Keping
67 Cincin
68 Pamit
69 Pergi
70 Mencarimu
71 Menceritakan Semuanya
72 Keputusan Untuk Bercerai
73 Khawatir
74 Dewi
75 Ambil Saja Kalau Kau Mau
76 Kisah Cinta Mai dan Mas Doni
77 Gosip
78 Cemburu
79 Meledak
80 Pulang ke Rumah Mama
81 Menceritakan kepada Mama
82 Kedatangan Ikram dan Mama Erin ke Rumah
83 Percakapan Terakhir
84 Pilih Dewi atau Aku?
85 Dewi Hamil?
86 Jangan Luluh
87 Tetap Ingin Bercerai
88 Cerai
89 Akhir Cerita Cinta Kita*
90 Bocah!
91 Toko Kue
92 Calon Suami yang Baru
93 Ajakan Makan Malam
94 Makan Malam Dengan Calon Mertua
95 Ingin Pulang Saja
96 Tidak Mau Dijodoh Jodohkan
97 Bocah Itu Lagi!
98 Tengil
99 Tidak Terima
100 Keadilan
101 Sama Sama Bocah!
102 Diperebutkan
103 Hasan
104 Percakapan Kecil
105 Diantar Pulang
106 Kunjungan
107 Sean Lagi Sean Lagi
108 Pulang Bareng, Yuk?
109 Hampir Ciuman
110 Satu Perusahaan
111 Cemburu
112 Perlakuan Manis
113 Pilih Hasan atau Sean?
114 Danau dan Kenangan Sedih
115 Cemburu Buta
116 RIVAL
117 Ragu Denganmu
118 Bella
119 Gosip
120 Bella lagi
121 Sebal
122 Perlakuan Manis
123 Kejelasan
124 Curiga
125 Introgasi
126 Bingung
127 Bingung (2)
128 Tidak Suka!
129 Keinginan Untuk Menikah Lagi
130 Merasa Tidak Pantas Saja
131 Si Bocah Tengil
132 Dilamar Sean!*
133 Gemas
134 Ke Ruangan Pak Hans
135 Bertemu Pak Ha**
136 Kencan?
137 Kencan Sama Sean, ya? Mau?
138 Singapura
139 Dikerjai
140 Kafe 1
141 Kafe 2
142 Kafe 3
143 Pesan Rindu
144 Pesan Kecewa
145 Anak Jeng Asih
146 Cincin
147 Janda Kembang
148 Butik
149 Ciuman Pertama Sean*
150 Dua Bon Cabe
151 Es Krim
152 Makan Berdua Dengan Sean
153 Jaga Perasaan
154 PANTAI
155 Perpisahan
156 Ada Hasan di Rumah!
157 Di Ruang Tamu Bertiga*
158 Bertengkar Terus*
159 Hasan Marah
160 Anha Kesal
161 Drama
162 Ajakan Keluar Hasan
163 Salah Paham (1)
164 Salah Paham (2)
165 Di Apartement Hasan
166 Manis Juga
167 Salah Paham (3)
168 Menyelesaikan Kesalahpahaman
169 Panas
170 Khilaf
171 Maukah Kau Menikah Denganku?
172 Diterima atau Ditolak?
173 Membayangkan
174 Cupang di Leher
175 Diintrogasi
176 Harus Jujur
177 Kangen
178 Bucin
179 Chatingan Sama Sean
180 Sisil dan Dimas
181 Rencana Terselubung Sisil
182 Bekal dari Bella atau Makan Siang dengan Anha?
183 Tangisan Palsu
184 Lamaran Diterima
185 Aku Janda
186 Penerimaan
187 Shoping
188 Ikram
189 Ikram (2)
190 Diabaikan
191 Obsesi
192 Jajan
193 Hasan Cemburu
194 Dipercepat Saja Pernikahannya
195 Mencurigakan
196 Belanja Bahan Masakan
197 Memeluk dari Belakang
198 Alasanmu Bercerai Dulu
199 Papa Hasan Tidak Setuju
200 Rencana Sisil & Lidya (2)
201 Sun - Cium Pipi
202 HangOut
203 Bergosip Ria
204 Mendebarkan
205 Maaf Tidak Bisa
206 Syarat Nomor Tiga
207 Informasi
208 Tidak Boleh Menikah Dengan Orang Lain
209 Gagal
210 Sebagai Kekasih yang Tak Dianggap
211 Pilihan
212 Acara Makan Malam
213 Tidak Mungkin
214 Jabat Tangan 1
215 Jabat Tangan 2
216 Tidak Punya Malu Sama Sekali!
217 Dewi Kesal
218 Takdir Sebercanda Itu (1)
219 Takdir Sebercanda Itu (2)
220 Ingin Jujur
221 Ingin Jujur (2)
222 Ingin Jujur (3)
223 Ingin Jujur (4)
224 Takdir Sebercanda Itu (3)
225 Takdir Sebercanda Itu (4)
226 Mempermalukan Diri Sendiri
227 Di Kamar Mandi
228 Nasib Dewi
229 Dia Lagi
230 Dia Lagi (2)
231 Dia Lagi (3)
232 Dia Lagi (4)
233 Menagih Janji
234 Mengelak
235 Kenalkan Aku ke Kedua Orang Tuamu
236 Ingin Cepat Cepat Menikah Saja
237 Bersiap
238 Ke Mall Sebentar
239 Meminta Restu
240 Tidak Direstui
241 Berjuang
242 Anak Jeng Asih
243 Anak Jeng Asih
244 Anak Jeng Asih
245 Anak Jeng Asih
246 Anak Jeng Asih
247 Anak Jeng Asih
248 Anak Jeng Asih
249 Diikuti
250 Kunci
251 Isi dalam Ruangan
252 Kenyataan
253 Bertengkar Hebat
254 Mandul
255 Satu Minggu Sebelum Pernikahan
256 Ternyata Saling Kenal?
257 Rasa yang tak Semestinya
258 Angga
Episodes

Updated 258 Episodes

1
Cast - Visual Tokoh di Novel After Marriage
2
Malam Pertama
3
Barter
4
Kecantikan yang Memabukkan
5
Dicampakkan Ketika Sudah Dinikmati
6
Dibuang
7
Badboy vs Perawan Solehah
8
Mama
9
Kedatangan Tante Ririn
10
Ketahuan
11
Patah
12
Rindu Mama
13
Ego dan Kenangan Masa Kecil
14
Wisuda
15
Dia Peduli
16
Cinta yang Tak Dapat Diungkapkan
17
Hubungan Membaik
18
SugarBaby SugarDaddy
19
Baju Ketat dan Dua Pria Tampan
20
TERROR!
21
Satu Mobil Bersamamu
22
Mangsa Menggiurkan
23
Pangeran Penolong
24
Dia Kekasihku
25
Mulai Terpikat Pesonamu
26
Jantung Yang Berdetak Untukmu
27
Lamaran 1
28
Lamaran 2
29
Semakin Hangat
30
Ciuman Terpanas
31
Menjelang Pernikahan
32
Tidak Jujur
33
Sesak
34
Tetap Menikah
35
Pernikahan 1
36
Pernikahan 2
37
Hari Pernikahan
38
Malam Pertama
39
Kecewa
40
Badai Terlalu Dini
41
Maafkan Aku
42
Pigura
43
Drama Apa Lagi?
44
Dan Janganlah Pergi
45
Percakapan Hangat
46
Perjanjian Empat Bulan
47
Mencoba yang Terbaik
48
Mencoba Memulai Dari Awal
49
Menggodamu
50
Menginginkan Buah Hati
51
Desakan
52
Momongan
53
Mencoba Memperbaiki Hubungan
54
Kembali Dekat
55
Kecupan di Pipi
56
Hamil
57
Mama Erin Melunak
58
Ke Dokter Kandungan
59
Negatif
60
Ayo Kita Coba Lagi
61
Kolam Renang
62
Makan Malam Romantis
63
Ingin Liburan
64
Detak Jantung
65
Embusan Kabar Buruk
66
Hancur Berkeping Keping
67
Cincin
68
Pamit
69
Pergi
70
Mencarimu
71
Menceritakan Semuanya
72
Keputusan Untuk Bercerai
73
Khawatir
74
Dewi
75
Ambil Saja Kalau Kau Mau
76
Kisah Cinta Mai dan Mas Doni
77
Gosip
78
Cemburu
79
Meledak
80
Pulang ke Rumah Mama
81
Menceritakan kepada Mama
82
Kedatangan Ikram dan Mama Erin ke Rumah
83
Percakapan Terakhir
84
Pilih Dewi atau Aku?
85
Dewi Hamil?
86
Jangan Luluh
87
Tetap Ingin Bercerai
88
Cerai
89
Akhir Cerita Cinta Kita*
90
Bocah!
91
Toko Kue
92
Calon Suami yang Baru
93
Ajakan Makan Malam
94
Makan Malam Dengan Calon Mertua
95
Ingin Pulang Saja
96
Tidak Mau Dijodoh Jodohkan
97
Bocah Itu Lagi!
98
Tengil
99
Tidak Terima
100
Keadilan
101
Sama Sama Bocah!
102
Diperebutkan
103
Hasan
104
Percakapan Kecil
105
Diantar Pulang
106
Kunjungan
107
Sean Lagi Sean Lagi
108
Pulang Bareng, Yuk?
109
Hampir Ciuman
110
Satu Perusahaan
111
Cemburu
112
Perlakuan Manis
113
Pilih Hasan atau Sean?
114
Danau dan Kenangan Sedih
115
Cemburu Buta
116
RIVAL
117
Ragu Denganmu
118
Bella
119
Gosip
120
Bella lagi
121
Sebal
122
Perlakuan Manis
123
Kejelasan
124
Curiga
125
Introgasi
126
Bingung
127
Bingung (2)
128
Tidak Suka!
129
Keinginan Untuk Menikah Lagi
130
Merasa Tidak Pantas Saja
131
Si Bocah Tengil
132
Dilamar Sean!*
133
Gemas
134
Ke Ruangan Pak Hans
135
Bertemu Pak Ha**
136
Kencan?
137
Kencan Sama Sean, ya? Mau?
138
Singapura
139
Dikerjai
140
Kafe 1
141
Kafe 2
142
Kafe 3
143
Pesan Rindu
144
Pesan Kecewa
145
Anak Jeng Asih
146
Cincin
147
Janda Kembang
148
Butik
149
Ciuman Pertama Sean*
150
Dua Bon Cabe
151
Es Krim
152
Makan Berdua Dengan Sean
153
Jaga Perasaan
154
PANTAI
155
Perpisahan
156
Ada Hasan di Rumah!
157
Di Ruang Tamu Bertiga*
158
Bertengkar Terus*
159
Hasan Marah
160
Anha Kesal
161
Drama
162
Ajakan Keluar Hasan
163
Salah Paham (1)
164
Salah Paham (2)
165
Di Apartement Hasan
166
Manis Juga
167
Salah Paham (3)
168
Menyelesaikan Kesalahpahaman
169
Panas
170
Khilaf
171
Maukah Kau Menikah Denganku?
172
Diterima atau Ditolak?
173
Membayangkan
174
Cupang di Leher
175
Diintrogasi
176
Harus Jujur
177
Kangen
178
Bucin
179
Chatingan Sama Sean
180
Sisil dan Dimas
181
Rencana Terselubung Sisil
182
Bekal dari Bella atau Makan Siang dengan Anha?
183
Tangisan Palsu
184
Lamaran Diterima
185
Aku Janda
186
Penerimaan
187
Shoping
188
Ikram
189
Ikram (2)
190
Diabaikan
191
Obsesi
192
Jajan
193
Hasan Cemburu
194
Dipercepat Saja Pernikahannya
195
Mencurigakan
196
Belanja Bahan Masakan
197
Memeluk dari Belakang
198
Alasanmu Bercerai Dulu
199
Papa Hasan Tidak Setuju
200
Rencana Sisil & Lidya (2)
201
Sun - Cium Pipi
202
HangOut
203
Bergosip Ria
204
Mendebarkan
205
Maaf Tidak Bisa
206
Syarat Nomor Tiga
207
Informasi
208
Tidak Boleh Menikah Dengan Orang Lain
209
Gagal
210
Sebagai Kekasih yang Tak Dianggap
211
Pilihan
212
Acara Makan Malam
213
Tidak Mungkin
214
Jabat Tangan 1
215
Jabat Tangan 2
216
Tidak Punya Malu Sama Sekali!
217
Dewi Kesal
218
Takdir Sebercanda Itu (1)
219
Takdir Sebercanda Itu (2)
220
Ingin Jujur
221
Ingin Jujur (2)
222
Ingin Jujur (3)
223
Ingin Jujur (4)
224
Takdir Sebercanda Itu (3)
225
Takdir Sebercanda Itu (4)
226
Mempermalukan Diri Sendiri
227
Di Kamar Mandi
228
Nasib Dewi
229
Dia Lagi
230
Dia Lagi (2)
231
Dia Lagi (3)
232
Dia Lagi (4)
233
Menagih Janji
234
Mengelak
235
Kenalkan Aku ke Kedua Orang Tuamu
236
Ingin Cepat Cepat Menikah Saja
237
Bersiap
238
Ke Mall Sebentar
239
Meminta Restu
240
Tidak Direstui
241
Berjuang
242
Anak Jeng Asih
243
Anak Jeng Asih
244
Anak Jeng Asih
245
Anak Jeng Asih
246
Anak Jeng Asih
247
Anak Jeng Asih
248
Anak Jeng Asih
249
Diikuti
250
Kunci
251
Isi dalam Ruangan
252
Kenyataan
253
Bertengkar Hebat
254
Mandul
255
Satu Minggu Sebelum Pernikahan
256
Ternyata Saling Kenal?
257
Rasa yang tak Semestinya
258
Angga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!