Minggu sore Felisha pulang ke Bandung tanpa Luna. Bunda melarang Felisha membawa Luna pulang karena bunda kesepian ditinggal Dio ke Lombok untuk bulan madu.
Sore itu Felisha pulang ke Bandung dengan diantar Bagas. Sebetulnya Felisha bersikeras untuk pulang sendiri namun Bagas memaksa.
"Suka tidak suka saya itu suami kamu, jadi kamu harus nurut apa kata suami " ucap Bagas ketika melihat sepanjang jalan Felisha terus cemberut.
"Kenapa selama ini saya tidak merasa ya kalau mas Bagas itu suami saya " sindir Felisha.
"Tidak masalah.. yang penting mulai sekarang dan seterusnya kamu harus ingat jika saya adalah suami kamu " jawab Bagas. Felisha tersenyum sinis.
"Saya merasa aneh saja kenapa mas Bagas tiba-tiba berubah..apa kepala mas Bagas mengalami benturan ? " tanya Felisha
Bagas menoleh sekilas kearah Felisha sambil menghela napas berat.
"Kalau bicara itu yang baik " omel Bagas
"Maaf.. saya hanya heran dengan perubahan sikap mas Bagas kepada saya dan Luna " ujar Felisha
"Selagi perubahan itu menjadi lebih baik harusnya disyukuri " ujar Bagas
Felisha diam.. Bagas selalu punya jawaban dari setiap sindiran dari Felisha.
"Saya ngantuk " Felisha menarik tuas disebelah kiri tempat duduk menurunkan sandaran kursinya.
"Tidur saja.. nanti kalau sudah sampai saya bangunkan " Bagas menyentuh kepala Felisha lembut dengan tangan kirinya.
Felisha terhenyak.. bukan hanya kepalanya saja yang tersentuh tapi hatinya juga. Dan ajaibnya itu membuat Felisha begitu nyaman dan ia pun tertidur dengan cepat.
Selepas magrib mobil Bagas memasuki halaman rumah Felisha.
"Fe.. kita sudah sampai " jemari Bagas menyentuh pipi Felisha lembut. Tak ada respon sama sekali.. Felisha tertidur sangat pulas.
"Fe.. " panggil Bagas lagi kini disertai tepukan lembut dipipi Felisha. Felisha pun membuka matanya.
"Sudah sampai ya? " Felisha buru-buru menegakan tubuhnya.Tangannya meraih pembuka seatbelt tapi Felisha sedikit kesulitan. Bagas pun membantu melepaskan seat belt yang mengikat tubuh Felisha. Felisha menahan napasnya ketika jarak mereka begitu dekat. Bahkan Felisha bisa mencium wangi parfum Bagas yang lembut dan menenangkan.
Bagas membantu menurunkan barang-barang Felisha dari mobil. Bunda membekali makanan masakan bunda yang dimasukkan kedalam beberapa kotak tupperware untuk Bagas dan Felisha.
"Mas makan dulu.. tadi di jalan tidak sempet makan " Felisha menyiapkan piring untuk mereka makan.
"Saya mau mandi dulu gerah " jawab Bagas sambil membawa tas miliknya ke kamar Felisha. Bukan ke kamar tamu yang biasa Felisha siapkan jika Bagas menginap.
Sepuluh menit kemudian Bagas keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piyama. Berarti Bagas berniat untuk menginap di Bandung.
Bagas menghampiri Felisha yang tampak sedikit bingung.Haruskah ia mengusir Bagas jika nanti malam ia tidur dikamar Felisha.
Bagas mengambil piring yang sudah berisi nasi dan lauknya yang sudah Felisha siapkan. Ia pun makan dengan lahap.
"Kamu tidak makan? " tanya Bagas ketika melihat Felisha hanya bengong.
"iya ini mau makan " jawab Felisha mulai menyantap makanannya.
Selesai makan, Felisha mencuci piring bekas makan mereka di dapur. Setelah beres Felisha beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Felisha keluar dari kamar mandi menggunakan Bathrobe nya. Ia terpekik ketika mendapati Bagas sedang berbaring di ranjangnya.
"Mas Bagas ngapain disini? " tanya Felisha
"Saya ngantuk Fe .. ingin tidur " jawab Bagas santai
"Biasanya juga kan dikamar tamu.. kenapa tidur disini? "
"Karena saya suami kamu " jawab Bagas
Felisha mengambil baju di lemari, ia pun terpaksa memakai bajunya di kamar mandi. Malam itu Felisha terpaksa berbagi tempat tidur dengan Bagas. Meski merasa risih, namun Felisha tidak mau disebut sebagai istri durhaka yang mengusir suaminya sendiri.
Tengah malam Felisha terjaga karena Bagas yang tidur disebelah nya terus bergerak gelisah dalam tidurnya. Setelah diperhatikan ternyata tubuh Bagas tampak menggigil.
"Mas.. " Felisha menyentuh kening Bagas.. panas. Ternyata Bagas sedang demam.
Felisha turun dari ranjangnya dan mencari obat demam untuk Bagas.
"Mas.. bangun kamu demam " Felisha mengguncang tubuh Bagas khawatir
Bagas membuka matanya sedikit, kemudian tidur lagi sambil menggigil
"Mas.. minum obat demam dulu " Felisha memberikan satu butir obat demam dan segelas air kepada Bagas. Setelah meminum obat pemberian dari Felisha Bagas pun kembali tidur.
Keesokannya Felisha ijin tidak masuk kantor karena Bagas sakit. Sebetulnya demamnya sudah turun dari semalam, namun Bagas masih terlihat lemas dan belum pulih benar.
"Kamu tidak kerja? " tanya Bagas ketika Felisha masuk ke kamar dengan membawa semangkuk bubur.
"Tidak, saya sudah ijin " jawab Felisha
"Maaf.. saya jadi merepotkan kamu " ujar Bagas menyesal.
Felisha tidak menjawab. Ia duduk disisi ranjang untuk menyuapi Bagas makan.
Bagas tak lepas memandang Felisha ketika setiap sendok bubur masuk ke mulutnya.
"Sepertinya saya harus sakit dulu baru kamu mau merawat suami kamu " ujar Bagas
"Bukannya mas Bagas yang tidak pernah memberi saya kesempatan " jawab Felisha lugas.
"Iya..saya memang bodoh " jawab Bagas
"Akhirnya ngaku juga " gumam Felisha
"Ya.. saya memang bodoh telah menyia-nyiakan kamu dan Luna.Sekarang saya tidak akan mengulangi kebodohan saya untuk yang kedua kalinya " ujar Bagas.
Pada saat menyuapi Bagas makan, Felisha mendapat panggilan telepon dari Ezra
"Ya pak.. harus hari ini? tapi hari ini saya ijin tidak masuk kerja pak.. suami saya sedang sakit... iya pak baik. Besok saya ke Jakarta "
Bagas mendengarkan obrolan Felisha dengan bosnya. Entah mengapa hati Bagas berbunga-bunga ketika Felisha mengatakan suami saya sedang sakit kepada bosnya.
"Kalau kamu sibuk masuk saja, saya bisa istirahat sendiri disini " ujar Bagas
"Bukan begitu.. kak Ezra menyuruh saya ke kantor pusat besok. Mendadak sekali.. tau gitu saya tidak akan pulang kemarin " ujar Felisha.
"Ya sudah nanti siang kita ke Jakarta " ujar Bagas. Felisha mengangguk.
Siang itu Bagas dan Felisha kembali ke Jakarta. Karena kondisi Bagas yang belum terlalu pulih akhirnya Bagas terpaksa membiarkan Felisha yang menyetir.
Bunda tentu saja kaget melihat kedatangan Felisha kembali ke Jakarta.
"Ada yang ketinggalan Fe? " tanya ayah
"Tidak yah.. besok aku di suruh ke kantor, tau gitu kemarin ga balik ke Bandung " jawab Felisha.
Malam itu Bagas menginap di rumah orangtua Felisha. Nakula dan Sadewa pun dijemput oleh Felisha untuk menginap.
Kepada ayah dan bunda Felisha, si kembar kembali mengutarakan keinginannya untuk pindah sekolah ke Bandung.
"Kalian banyak berdoa semoga kak Feli dan daddy kalian bisa bersama lagi " nasehat ayah
"Iya kek " jawab si kembar
"Luna juga mau berdoa biar kakak kembar bisa sama Luna terus " ujar Luna sambil memeluk Nakula dan Sadewa.
Setelah cukup beristirahat, Bagas pun kembali pulih. Keesokannya Bagas menyempatkan diri mengantar Felisha ke kantornya yang lama sebelum ia ke kantor.
"Kalau sudah selesai kamu bel saya. Nanti saya jemput kamu " ujar Bagas
"Tapi... " Felisha tampak bingung karena ia sudah memblokir nomer Bagas sejak ia pindah ke Bandung.
"Nomer suami sendiri diblokir " Bagas menggerutu.Ia mengambil paksa ponsel Felisha dan mengotak-atiknya sebentar kemudian ia kembalikan lagi pada Felisha.
"Sudah tidak diblokir " ujar Bagas sambil berlalu meninggalkan Felisha didepan kantor lama nya. Felisha mematung menatap kepergian Bagas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Yuli Yuliani Natabraja
jreng jreng otw bucin lah, semangat bacanya
2023-07-19
0
Vinna Kurnia
jangan BEL dong thor ganti nanti TELEPON SAYYA GT
2022-03-31
2
Agus Artha Sudrajat
saya sempet mewek thor
2021-12-31
1