Setelah usia Luna dua bulan, Felisha mulai kuliah. Ia sengaja mengambil kelas karyawan agar sepanjang hari Ia masih bisa mengawasi ketiga buah hatinya.
Mbak Mia cukup bisa diandalkan menjaga Luna pada saat Felisha kuliah malam.
Keterbatasan waktu bertemu,membuat Bagas tidak mengetahui jika Felisha mulai melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.
Bahkan bertemu dengan si kembar pun hanya pada saat sarapan pagi saja. Hari sabtu dan minggu pun lebih banyak Bagas habiskan dengan mengurung diri di kamar.
Minggu pagi.. Felisha akan membawa Luna jalan-jalan ke taman bersama Nakula dan Sadewa. Felisha meletakan Luna didalam baby stroller nya.
Disaat yang bersamaan Bagas pun keluar dari kamarnya sudah mengenakan baju olahraga lengkap.Akhirnya merekapun pergi bersama ke taman.
Felisha dan si kembar duduk di bangku taman sambil mengawasi Luna yang mulai tidak bisa diam didalam baby stroller nya. Tangan dan kakinya tidak berhenti bergerak-gerak seperti sedang mengayuh sepeda.Sementara Bagas berlari mengelilingi taman.
Setelah berlari mengelilingi taman sebanyak dua putaran, Bagas pun menghampiri Felisha dan anak-anak yang sedang duduk di sebuah bangku kayu.
Bagas merunduk menatap tubuh mungil didalam baby stroller. Ia tertegun.. terakhir ia menggendong Luna pada saat acara Aqiqah, ia tidak menyangka jika sekarang Luna sudah sebesar ini.
"Sudah besar.. berapa bulan sekarang? " tanya Bagas
"Tujuh bulan " jawab Felisha
Bagas tak lepas menatap Luna.Ia seperti melihat perwujudan Bagus pada saat bayi pada diri bayi itu.Luna menggerakan kedua tangan dan kakinya lincah ketika ujung jari Bagas menyentuh pipi bulatnya. Bagas tertawa ketika Luna mengangkat kedua tangan nya ingin digendong.
"Ingin digendong ya? .. Sini om gendong! " Bagas pun menggendong Luna
Tiba-tiba hati Felisha terasa sakit ketika Bagas menyebut dirinya om.. bukan daddy. Ternyata Bagas hanya menganggap Luna sebagai keponakannya bukan putrinya.. lalu untuk apa ia menyematkan namanya dibelakang nama Luna jika ia hanya menganggap Luna sebagai keponakannya. Felisha membuang muka menyembunyikan matanya yang tiba-tiba berembun.
Bagas kembali menurunkan Luna didalam baby stroller nya. Mereka pun pulang bersama. Sepanjang jalan Nakula dan Sadewa bergantian mendorong baby stroller. Ini adalah untuk yang pertama kalinya Felisha jalan bersama dengan Bagas dan anak-anak selama pernikahan mereka.
Waktu berlalu.. tak terasa kini usia Luna sudah menginjak 3 tahun. Felisha pun sebentar lagi akan menyelesaikan kuliahnya.Selama hampir 4 tahun menjalani pernikahan dengan Bagas rupanya tidak membuat mereka menjadi sepasang suami istri yang sesungguhnya.
Felisha menjalani takdir pernikahan dengan iklas.Ia tidak berani bermimpi untuk menjadi istri Bagas yang sesungguhnya terlebih setelah Bagas menyebut dirinya om kepada Luna bukan daddy.
Malam ini Felisha dibuat panik karena Luna mengalami demam,meski sudah diberi obat penurun panas namun suhu tubuhnya masih saja tinggi.
Akhirnya malam itu juga Felisha dan mbak Mia membawa Luna ke rumah sakit.Setelah dilakukan tes darah ternyata Luna terkena Dbd. Akhirnya Luna pun dirawat di rumah sakit.
"Mommy... sakiit " Luna menangis ketika jarum suntik yang menghubungkan dengan selang infus menancap ditangannya.
Felisha menggendong Luna berusaha meredakan tangisan putri kecilnya itu. Hampir semalaman Felisha tidak tidur meski mbak Mia menyuruhnya untuk tidur.
"Mbak.. sebaiknya bapak diberitau kalau non Luna dirawat " nasehat mbak Mia. Meski ragu akhirnya Felisha pun mengabari Bagas tentang keadaan Luna.
"Ya " Hanya itu jawaban Bagas.
Besoknya Bagas yang semula akan mengunjungi Luna di rumah sakit terpaksa membatalkan rencananya karena Ia mendapat kabar bahwa ibu mertuanya kritis. Hari itu juga Bagas membawa Nakula dan Sadewa ke Semarang.
Ibu mertua Bagas akhirnya meninggal setelah sempat bertemu dengan cucu kesayangannya. Selama Bagas dan si kembar di Semarang, ia beberapa kali menghubungi Felisha untuk menanyakan kabar Luna namun Felisha enggan menerima panggilan dari Bagas. Felisha benar-benar kecewa kepada Bagas yang sama sekali tidak peduli kepada putrinya.
Setelah tiga hari di Semarang, akhirnya Bagas datang menjenguk Luna di rumah sakit.
"Maaf kemarin saya harus ke Semarang karena mama mertua saya meninggal " ucap Bagas
"Tidak apa-apa.. keadaan Luna juga semakin baik,kata dokter siang ini juga sudah boleh pulang " jawab Felisha.
Meski Felisha mengatakan tidak apa-apa, namun Bagas jelas menangkap kekecewaan diwajah cantik Felisha.
Meski wajah Felisha terlihat tidak bersahabat, namun Bagas menunggui sampai Luna pulang. Setelah membayar semua biaya perawatan Luna, Bagas pun membawa mereka pulang.
"Luna mau sesuatu? biar om belikan " Bagas mencoba menawarkan sesuatu pada gadis kecil itu, namun Luna menggeleng.
Diusianya yang sudah tiga tahun Luna memang tidak terlalu dekat dengan Bagas. Selain karena mereka jarang berkomunikasi,sepertinya hati gadis kecil itu cukup peka dan bisa merasakan jika Bagas tidak menyayangi dirinya seperti Bagas menyayangi kedua kakaknya.
Bagas membisu mendapatkan penolakan dari Luna. Sekilas Ia melirik kearah Felisha yang juga lebih banyak diam.
"Kita cari makan dulu " Bagas mencoba membuka komunikasi dengan Felisha
"Kalau mas Bagas mau makan silahkan, saya menunggu di mobil saja " lagi-lagi sebuah penolakan yang Bagas dapatkan. Akhirnya Bagas pun mengurungkan niatnya untuk mengajak Felisha makan.
Sesampainya di rumah,Felisha langsung turun sambil membawa Luna begitu mobil Bagas berhenti sempurna dihalaman rumah megahnya. Sementara mbak Mia menurunkan semua barang-barang Luna selama di rumah sakit kemudian membawa nya ke kamar Felisha.
Bagas menatap nanar punggung Felisha yang menghilang dibalik pintu kamarnya.Bagas tidak menyalahkan jika kedua wanita itu menolaknya. Bahkan mendapatkan kemarahan Felisha pun layak ia dapatkan, karena ia lebih memilih pergi ke Semarang daripada menunggui Luna di rumah sakit.
Bagas sadar sepenuhnya apa yang terjadi dengan pernikahan mereka. Ternyata waktu tiga tahun tidak cukup untuk membuat mereka saling membuka hati.
Bagas tetap berada dalam bayang-bayang Kinara, begitupun Felisha, Bagas yakin jika ia tidak akan pernah bisa menghapus bayangan Bagus dari hidup Felisha.
Bagas tidak tau apa keputusannya menikahi Felisha itu tepat atau sebaliknya.Pada saat itu yang ada dalam pikirannya hanyalah memberikan status yang jelas dan menjamin kehidupan yang layak bagi keponakannya. Hanya itu saja yang bisa ia berikan tidak lebih.
Bagas tidak sadar jika keputusannya itu justru membuat mereka terjebak dalam sebuah ikatan pernikahan tanpa cinta.
Dan Bagas tidak tau sampai kapan mereka akan mampu bertahan atau mereka akan menyerah dan saling melepaskan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Elisanoor
ngapain di kawinin kalo mau di abaikan
2024-01-17
2
Naya
Hati saya merasa sakit pas moment ini
2024-01-14
0
doonag1
ya ampuuun SUMPAH mewek 😭😭😭 nyesek banget
2023-05-20
0