Bagas melajukan mobilnya meninggalkan rumah Felisha, sepanjang perjalanan keduanya membisu. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing tanpa ada yang ingin memulai percakapan.
Sekilas Bagas melirik jemari Felisha yang kini sudah tersemat cincin pernikahan mereka.
"Kamu mau sesuatu? " tanya Bagas mencoba membuka komunikasi. Felisha menggeleng.
Bagas pun kembali fokus pada jalan didepan nya.
"Berapa usia kandunganmu sekarang? " tanya Bagas lagi
"Sepuluh minggu " jawab Felisha lirih,
Sudah hampir tiga bulan, pantas sudah mulai menonjol diantara tubuh kurusnya.Padahal sebelum kecelakaan Felisha tidak sekurus itu batin Bagas.Mungkin Felisha dilanda depresi dengan kehamilannya.
Mobil Bagas perlahan mulai memasuki halaman rumahnya yang megah.Setelah Mobil berhenti sempurna, Bagas mencegah Felisha untuk turun.
"Kita bicara sebentar " ucapnya. Felisha membisu menunggu apa yang akan Bagas bicarakan.
"Kamu tau kenapa saya menikahi kamu? " tanya Bagas. Felisha mengangguk. Ayahnya sudah menjelaskan jika Bagas menikahinya sebagai bentuk tanggung jawab atas apa yang seharusnya adiknya lakukan.
"Jadi kita tau posisi kita masing-masing.. meski sekarang kita suami istri, tapi saya tidak akan menuntut hak saya sebagai suami... dan kamu tidak perlu melakukan kewajiban kamu seperti seorang istri pada umumnya.Saya hanya minta kamu menjadi ibu untuk kedua putra saya. Tapi saya tetap akan memenuhi kewajiban saya untuk menafkahi kamu....itu saja! Apa kamu keberatan? " tanya Bagas. Felisha menggeleng
"Saya tidak keberatan menjadi ibu bagi Nakula dan Sadewa " ucap Felisha lirih.
"Baiklah.. dan satu lagi.. Saya membebaskan kamu untuk tidur terpisah " ujar Bagas
"Baik.. Saya akan tidur dikamar mas Bagus " jawab Felisha.
Felisha cukup mengerti dengan ucapan terakhir Bagas, intinya Bagas menginginkan mereka tidur terpisah. Dan Felisha sama sekali tidak keberatan.
Setelah pembicaraan mereka selesai, keduanya pun turun dari mobil.Bagas menurunkan koper milik Felisha kemudian membawa ke kamar Bagus dilantai atas bersebelahan dengan kamar kedua putranya. Sementara Bagas menempati kamar utama dilantai bawah.
"Kakak Feli...!! " Si kembar Nakula dan Sadewa berhamburan memeluk Felisha.
Tubuh kurus Felisha nyaris terhuyung tidak dapat menahan beban tubuh kedua bocah itu yang memeluknya secara bersamaan.
"Kakak Feli mau nginap disini? " tanya Nakula
"Kakak Feli akan tinggal disini, menggantikan om Bagus menjaga kalian " jawab Feli
Kedua bocah itu semakin mengeratkan pelukan nya ditubuh kurus Felisha. Mereka saling ber pelukan dalam tangis.
"Laki-laki tidak boleh menangis! " ujar Felisha sambil mengusap kepala kedua bocah itu.
"Kakak Feli juga menangis " ujar Sadewa
"Kakak Feli kan perempuan "
"Kenapa laki-laki tidak boleh menangis? " tanya Nakula
"Karena jika laki-laki menangis lalu siapa yang akan menghentikan perempuan menangis? " ujar Felisha
"Kalau begitu kita tidak akan menangis karena kita yang akan membuat kakak Feli berhenti menangis " ujar Sadewa.
Setelah menemani si kembar belajar, Felisha kembali ke kamar Bagus yang sekarang menjadi kamarnya. Semua baju-baju nya sudah tersusun rapi didalam walk in closet bersama baju-baju Bagus.
Sebelum naik ke atas ranjang, Felisha memakai kaos milik Bagus,dihirupnya dalam-dalam aroma khas milik kekasihnya itu. Lembut dan menenangkan.Akhirnya Felisha tertidur.
Keesokannya, Bagas sudah siap di meja makan untuk sarapan pagi. Tak lama kemudian Nakula dan Sadewa turun sudah dengan seragam lengkapnya, disusul oleh Felisha.
Bagas melirik sekilas kearah Felisha.kaos gombrang yang dipakainya begitu menyita perhatian Bagas. Karena kaos yang Felisha kenakan adalah kaos milik Bagus.
Mereka berempat sarapan dengan hening. Setelah si kembar selesai sarapan, mobil jemputan sekolah si kembar pun datang. Mereka mencium punggung tangan Bagas dan Felisha bergantian sebelum pergi.
Setelah Nakula dan Sadewa pergi, Felisha bangkit dan hendak kembali ke kamarnya. Namun Bagas memintanya untuk tidak pergi.
"Ini untuk keperluan kamu dan anak-anak. Jadi kamu tidak perlu minta kepada saya jika ada keperluan " Bagas memberikan sebuah kartu kepada Felisha.
"Jika kamu ingin keluar, kamu bisa pakai mobil yang ada di garasi. Terserah yang mana yang mau kamu pakai. Saya tidak akan melarang. Karena apa yang saya punya berarti punya kamu juga " ujar Bagas.
Felisha mengangguk dan menyimpan kartu pemberian dari Bagas kedalam saku bajunya.
"Terimakasih " ucap Felisha lirih
Setelah mengatakan semuanya Bagas pun pergi ke kantor... tanpa pamit.
Sepeninggalan Bagas, Felisha mengganti bajunya dengan gamis hitam. Di garasi berjajar mobil milik Bagas.Dari beberapa koleksi mobil mewah milik Bagas tak ada satupun yang menarik perhatian Felisha. Gadis itu lebih tertarik pergi dengan mengendarai motor milik Bagus. Motor yang selalu Bagus pakai untuk mengantar jemput Felisha ke sekolah setiap hari.
Felisha memarkirkan motornya diarea parkir pemakaman. Langkah kakinya menuntun menuju makam Bagus. seikat bunga mawar merah Ia letakan diatas pusara. kemudian lantunan doa Ia panjatkan diantara isak tangis yang tertahan. Ketika matahari mulai naik, gadis itupun mulai beranjak dan meninggalkan area pemakaman.
Keluar dari area pemakaman, Felisha melajukan motornya menuju sebuah supermarket. Disana gadis itu membeli beberapa kotak susu untuk ibu hamil dan makanan ringan untuk si kembar. Ia bertekad harus menjaga kehamilannya, karena didalam perutnya sedang tumbuh bakal janin buah cinta dengan orang terkasihnya. Dan sore nanti ia akan memeriksakan kandungannya ke dokter obgyn anjuran bundanya.
Setelah selesai belanja, Felix melajukan motor matic nya menuju rumah Bagas.Kedatangan Felisha disambut oleh Nakula dan Sadewa yang baru pulang dari sekolah.
"Loh tumben sudah pulang jam segini,biasanya sudah duhur? " tanya Felisha
"Semua gurunya ada rapat jadi kita pulang lebih cepat " jawab si kembar
Kehadiran Felisha dirumah Bagas membawa pengaruh yang baik kepada si kembar, mereka tidak terlalu murung, begitu juga dengan Felisha.
Felisha pun sudah mulai terbiasa dengan situasi keseharian dirumah Bagas. Mereka hanya bertemu dengan Bagas hanya pada saat sarapan pagi saja, karena setiap hari Bagas pulang pada saat anak-anak sudah tidur. Sedangkan sabtu dan minggu Bagas lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengurung diri di kamar. Pantas saja jika selama ini Nakula dan Sadewa sangat dekat dengan Bagus.
Jam 3 sore Felisha sudah bersikap untuk pergi ke dokter.Mengetahui Felisha akan pergi si kembar merengek ingin ikut.
"Kakak mau pergi ke dokter, perginya juga pake motor " Felisha berusaha menjelaskan tujuannya
"Tidak apa-apa, om Bagus juga sering mengajak kita pergi pake motor " jawab Nakula
"Nanti daddy kalian marah " ujar Felisha
"Daddy tidak akan tau kan kerja " jawab Sadewa kekeh.
Karena keduanya memaksa akhirnya Felisha membawa kedua putra sambungnya ikut.
Nakula dan Sadewa sudah siap duduk diboncengan, keduanya memakai helmet sesuai perintah Felisha.
Karena jarak dokter kandungan yang Felisha kunjungi tidak terlalu jauh dari rumah Bagas, sepuluh menit kemudian mereka pun sampai.
Felisha beruntung sore itu tidak terlalu banyak pasen, jadi ia lebih cepat diperiksa.
"Janinnya sehat Fe.. harus stabil begini ya.ini sudah memasuki 12 minggu. Perhatikan asupan gizi makanan kamu dan jangan stress.. itu sangat berpengaruh pada pertumbuhan janin dalam kandungan kamu " nasehat dokter
"Iya dok " jawab Felisha
Dokter memberikan selembar resep yang harus ia tebus. Felisha pun menuntun si kembar menuju apotik yang ada dibagian depan.
"Apakah di perut kak Feli ada bayinya? " tanya Nakula. Feli mengangguk.
"Apakah itu adik kami? " tanya Sadewa. Felisha terhenyak, ia tidak tau harus menjawab apa
"Anggap saja begitu " jawab Felisha akhirnya
Setelah mendapat obat yang dimaksud, Felisha pun membawa si kembar pulang.Di jalan ia dibuat kaget ketika mobil Bagas memepet motornya dan menyuruhnya menepi.
"Kakak.. kita ketauan daddy " Nakula dan Sadewa terlihat panik.
Setelah berhasil membuat motor felisha menepi, Bagas pun turun dari mobil. Terlihat jelas kalau Bagas tidak suka jika Felisha membawa kedua putranya naik motor.
"Berani kamu bawa kedua putra saya naik motor " hardiknya.
Felisha menunduk, ia hanya menatap nanar ketika Bagas menggiring Nakula dan Sadewa masuk ke dalam mobilnya. Satu bulir air mata lolos dari matanya ketika mobil Bagas melaju meninggalkannya sendiri bersama motornya di bahu jalan.
Felisha kembali melajukan motornya menyusuri jalanan menuju rumah Bagas. Gadis itu sama sekali tidak peduli jika hujan mulai turun dan membasahi sekujur tubuhnya.
Sesampainya di rumah. Ia mendapati Bagas sedang berdiri di teras. Felisha berjalan masuk melewati Bagas yang terus menatap tajam kearahnya.
**Masih pengenalan karakter tokoh ya readers
Happy reading 😘😘😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Naya
kangen kak Ree,,, baca ulang karya 2 nya,,, peluuk buat kak Reee😍
2024-07-31
2
S
Duh mulai deh roman roamnya si Felli istri teraniaya.Biasa karena tak ada cinta di pernikahan,untungnya Felli juga tak cinta hanya nelangsa aja kali ya diperlakukan kasar tanpa perasaan.
2024-05-09
0
Elisanoor
baca karyamu yg ke 2 ,betah enak di baca nya 😍
2024-01-17
0