Felisha merebahkan tubuhnya disebelah Luna, kakinya terasa pegal setelah seharian memakai high heels. Ia ingin segera memejamkan matanya namun tidak berhasil. Kamar Bagas meski nyaman namun terasa asing untuknya. Felisha seperti sedang tersesat di tempat yang benar-benar asing baginya.
Bagas keluar dari kamar mandi sudah mengenakan piyama nya. Wajahnya terlihat segar dan wangi sabun mandi langsung menyeruak di indra penciuman Felisha.
"Kenapa belum tidur? " tanya Bagas sambil merebahkan tubuhnya disisi lain tubuh Luna.
"Saya tidak nyaman tidur disini.. tidak terbiasa " jawab Felisha jujur.
"Mulai sekarang biasakanlah " jawab Bagas sambil memiringkan tubuhnya, tangannya terulur memeluk tubuh mungil Luna yang sedang tertidur pulas. Bagas mencium kening Luna sebelum ia memejamkan matanya.
Felisha menatap sekilas ke arah Bagas, sejak kapan ia berubah menjadi begitu lembut pada Luna. Padahal dari bayi tidak pernah sekalipun Bagas memperhatikan Luna, bahkan mungkin menganggap keberadaannya saja tidak pernah.
Diam-diam Felisha menyusut sudut matanya yang basah. Waktu menunjukkan hampir jam 12 malam barulah Felisha benar-benar tertidur.
Masuk waktu subuh, Felisha membuka matanya. Ia terhenyak mendapati tangan Bagas yang sedang memeluk pinggangnya. Yang lebih membuat Felisha terhenyak lagi adalah melihat Luna yang tampak nyaman tidur dalam pelukan Bagas, bahkan tangan mungilnya memeluk erat leher Bagas.
Perlahan Felisha menjauhkan tangan Bagas dari pinggangnya. Ia turun hendak ke kamar mandi, namun Felisha mengurungkan niatnya. Ia tidak membawa mukena karena sama sekali tidak ada niat untuk menginap di rumah Bagas.
Dengan terpaksa Felisha pun membangunkan Bagas.
"Mas.. " Felisha menyentuh sedikit tangan Bagas.
"Ada apa Fe? " tanya Bagas dengan suara serak khas bangun tidur.
"Ada mukena ? " tanya Felisha
"Di sana " jawab Bagas menunjuk ke arah walk in closet. Felisha pun berjalan ke arah walk in closet.
Felisha membuka pintu kaca sepanjang dinding. Disana berjajar dengan rapi baju-baju Bagas. Pintu kedua ia menemukan baju-baju wanita , bahkan lengkap dengan pakaian dalamnya. Disana ia menemukan mukena dan sajadah.Felisha penasaran dengan pintu ketiga.. ia terkesima mendapati baju-baju anak perempuan seusia Luna. Sepertinya Bagas sudah benar-benar mempersiapkan kepulangannya ke rumah itu. Benar-benar sangat percaya diri.
"Ketemu Fe? " tanya Bagas.
Felisha kaget ketika Bagas sudah berdiri di belakangnya.
"Ketemu " Jawab Felisha sambil berlalu ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Felisha keluar dari kamar mandi, Bagas sedang menunggu untuk solat berjemaah. Selesai solat berjemaah Bagas mengulurkan tangan kanannya kepada Felisha.Felisha pun mencium punggung tangan Bagas.
Setelah mencium tangan Bagas, pria itu tidak melepaskan tangan Felisha, Ia malah menggenggam erat tangan Felisha dengan kedua tangannya. Felisha dengan cepat melepaskan tangannya dari genggaman tangan kokoh Bagas.
Pagi itu Felisha pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dengan dibantu pelayan.Kebetulan hari ini adalah weekend jadi Felisha masih punya waktu dua hari sebelum kembali ke Bandung.
Karena anteng didapur Felisha tidak tau jika Luna bangun.
"Oom.. mommy dimana? " rengek Luna. Matanya yang basah menatap sekeliling kamar Bagas yang tampak asing bagi Luna.
"Mommy sedang masak didapur " Bagas merengkuh tubuh Luna agar tidak menangis.
"Luna mandi dulu yuk biar cantik dan wangi " ajak Bagas.Luna mengangguk.... Bagas pun menuntun Luna ke kamar mandi.
"Kamar mandinya besaaar " Luna terkagum-kagum melihat kamar mandi Bagas yang luas.
"Luna mau berendam boleh om? " tanya Luna.
"Boleh " jawab Bagas
Bagas pun mengisi bathtub dengan air hangat dicampur dengan esensial oil untuk Luna berendam.
Luna anteng mandi sambil bermain gelembung. Setelah puas berendam, Bagas pun membilas tubuh Luna hingga bersih.
Bagas membalut tubuh Luna dengan handuk dan mengangkatnya seperti pesawat. Luna pun tertawa senang.
"Luna pilih mau pake baju yang mana? " tanya Bagas
Luna melongo menatap baju-baju yang berjajar rapi.
"Ini baju siapa om? " tanya Luna
"Ini semua baju Luna " jawab Bagas sambil tersenyum. Luna pun menunjuk baju berwarna merah muda.
Bagas membantu Luna memakai baju pilihannya. Tidak lupa memberi minyak telon di perut dan punggung Luna. Kemudian menyisir rambut Luna yang panjang dan berponi. Terakhir memberi sedikit baby powder dipipi bulat Luna.
"Sudah cantik.. daddy yang harus cium duluan " Bagas mencium pipi Luna dengan gemas.Luna terkikik geli
Setelah mendapat ciuman dari Bagas, Luna pun langsung berlari mencari Felisha di dapur.
"Mommy.. " panggil Luna riang
"Luna mandi sama siapa? " tanya Felisha
"Sama om " jawab Luna centil.
"Luna.. kita bangunkan kak Nakula sama kak Sadewa yuk " Bagas membawa Luna menuju kamar Nakula dan Sadewa dilantai atas.
"Kakak bangun! " Luna langsung naik ke ranjang si kembar dan loncat-loncat disana. Tubuh Nakula dan Sadewa berguncang mengikuti pergerakan Luna.
Nakula dan Sadewa pun langsung terjaga. Mereka langsung menangkap tubuh Luna dan memeluknya.
"Kakaaak ayok mandi " Luna menarik tangan kedua kakaknya.
Nakula dan Sadewa pun nurut, mereka bergantian ke kamar mandi. Tak lama kemudian mereka pun turun untuk sarapan.
Felisha menyiapkan piring untuk Bagas dan anak-anak. Mereka makan dalam suasana hangat.
Bagas menatap dalam ke arah Luna yang makan dengan lahap dan sedikit belepotan. Dulu Luna tidak pernah mau makan bersama, ternyata sekarang kehadiran Luna justru membuat suasana terasa hangat.
Siangnya mereka pergi ke rumah orangtua Felisha. Semua kerabat sudah pulang tinggalah Dio dan Kinanti yang sedang mempersiapkan semua keperluan mereka untuk bulan madu ke Lombok. Bagas memberi kado pernikahan mereka paket bulan madu ke Lombok selama satu minggu.
"Om Dioo.. Luna ingin ikuuut " Luna merengek ingin ikut ketika melihat Dio dan Kinanti yang sudah siap dengan koper mereka.
"Jangan dong.. Luna nanti jalan-jalan saja sama daddy " bujuk Bagas
"Luna ingin ikut tanteee " Luna memeluk pinggang Kinanti sambil menangis.
"Ikut ngantar ke bandara saja ya.. sudah itu Luna beli mainan " bujuk Dio sambil mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dompetnya dan diberikan kepada Luna.Luna pun berhenti menangis
"Om.. kita juga mau ikut ngantar ke bandara " Nakula dan Sadewa menengadahkan tangannya kepada Dio
"Ya ampuuun.. kenapa tidak minta sama daddy kalian saja " Dio menggerutu namun ia pun memberikan uang yang sama jumlahnya dengan yang diberikan pada Luna untuk Nakula dan Sadewa.
Siang itu mobil Bagas penuh. Luna dan si kembar memaksa ingin ikut mengantarkan Dio dan Kinanti ke bandara. Mereka bahkan rela berdesak-desakan di dalam mobil.
"Kak.. oleh-olehnya jangan lupa ya " bisik Felisha ditelinga Kinanti
"Iya " jawab Kinanti.
Setelah mengantarkan Dio dan Kinanti ke bandara, Bagas mengantarkan Luna ke toko mainan. Luna membeli mainan dengan uang pemberian dari Dio. Sementara Nakula dan Sadewa memilih memakai uang pemberian dari Dio untuk membeli perlengkapan sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Agus Artha Sudrajat
terharu
2021-12-31
1
Jumadin Adin
aq jg mau om ngatar ke bandara👐👐👐
2021-11-08
2
sri hasan basri, S.Pd.
cerita mulai menarik nih.... sebab udah sda bau..bau bucin......
2021-06-18
2