Sepulang dari rumah mertuanya Bagas tampak tidak fokus bekerja,ia mengabaikan berkas yang semakin menumpuk di meja kerjanya menunggu untuk ia tandatangani .
Bagas beberapa kali mencoba menghubungi Felisha namun tidak bisa. Sepertinya Felisha sengaja memblokir nomer Bagas.
Entah mengapa Bagas menjadi sangat marah ketika ia tidak bisa menghubungi ponsel Felisha, padahal selama 4 tahun mereka berumah tangga justru mereka jarang sekali berkomunikasi.
Jam 8 malam Bagas pulang dari kantor dengan wajah berantakan setelah seharian ia uring-uringan karena kehilangan jejak Felisha.
Sesampainya di rumah ia tidak langsung masuk ke kamarnya seperti biasa. Bagas memilih masuk ke kamar Nakula dan Sadewa.
Kedua putranya itu tampak sudah terlelap. Setelah memastikan si kembar baik-baik saja, Bagas masuk ke kamar Bagus.
Tak ada yang berubah meski sudah Felisha huni selama 4 tahun. Semua photo-photo Bagus dan Felisha tak ada yang berubah sedikit pun. Hanya ada penambahan lemari kecil dan box bayi milik Luna.
Melihat box bayi milik Luna, tiba-tiba hati Bagas merasa teriris. Selama Luna bayi hanya satu kali ia menggendong bocah itu yaitu pada saat acara aqiqah.
Bahkan waktu lahir pun kakeknya yang mengadzani.Jika sekarang Luna tidak bisa dekat dengannya rasanya wajar karena dulu ia tidak pernah menganggap keberadaannya.
Tangan Bagas meraih tumpukan photo diatas meja. Setiap kali melihat photo-photo itu, ia selalu tertarik pada photo Bagus dan Felisha yang tengah berciuman mesra didepan sebuah rumah.
Bagas tidak tau jika rumah itu adalah rumah yang Felisha dan Luna tinggali sekarang.Rumah yang Bagus bangun dari hasil tabungannya sebagai photograper.
Dua minggu sejak kehilangan jejak Felisha dan Luna, hari ini Bagas mendatangi rumah mertuanya untuk menanyakan alamat tempat tinggal Felisha di Bandung.
Bunda Felisha terlihat bingung, masalahnya Felisha berpesan untuk merahasiakan keberadaannya dari Bagas. Namun jika bunda Felisha mengatakan tidak tau tempat tinggal Felisha sekarang tentu Bagas tidak akan percaya.
"Kalau alamat lengkapnya bunda tidak tau, yang bunda tau Feli tinggal di daerah setiabudi " jawab Bunda Felisha.
"Terimakasih bun.. saya akan cari Felisha di setiabudi " ujar Bagas
"Maaf nak Bagas.. untuk apa nak Bagas ingin mencari Feli? " tanya bunda
"Sekiranya hanya jadi beban nak Bagas, sebaiknya lepaskan Feli dan biarkan Felisha menata kembali hidupnya " nasehat bunda.
Bagas terdiam, ucapan mertuanya begitu menohok hatinya.
"Saya ingin memastikan Felisha dan Luna baik-baik saja " jawab Bagas
"Justru Feli dan Luna sangat baik dibanding ketika mereka tinggal di rumah nak Bagas " ujar bunda Felisha tajam.
Ucapan mertuanya bagai sebuah belati yang menghujam tepat di hatinya.
"Saya akui saya salah. Meski semua tidak ada yang mendukung, saya tetap akan mencari anak dan istri saya sampai dapat "
Anak? mendengar Bagas menyebut kata anak rasanya bunda ingin tertawa. Bukannya Bagas selama ini hanya menganggap Luna keponakannya? buktinya Bagas menyebut dirinya om.
🌸🌸🌸🌸🌸
Sabtu pagi Bagas membawa Nakula dan Sadewa ke Bandung. Tujuan utama membawa kedua putranya ke Bandung tentu saja untuk mencari keberadaan Felisha dan Luna.
"Daddy.. sebenarnya kita mau kemana? " tanya Nakula ketika mobil yang Bagas kendarai mulai memasuki kota kembang.
"Kita akan mencari kakak Feli dan Luna " jawab Bagas.
"Memangnya kakak Feli sama Luna tinggal di Bandung? " tanya Sadewa
"Iya sayang kakak Feli kerja disini " jawab Bagas
"Daddy.. kenapa kaka Feli dan Luna tidak mau kembali ke rumah kita? padahal kita tidak pernah nakal, dan kita sayang sama Luna " tanya Nakula.
Bagas menelan ludah getir. Kalian tidak salah.. daddy yang salah.. batinnya.
"Makanya sekarang kita cari kakak Feli dan Luna sampai ketemu, lalu kita ajak pulang " ujar Bagas.
"Iya daddy " jawab si kembar penuh semangat.
Memasuki jalan setiabudi, mobil Bagas terlihat hanya berputar-putar di daerah sana. Untung Nakula dan Sadewa tertidur sehingga mereka tidak protes karena Bagas memutari jalan setiabudi tanpa tujuan yang pasti.
Setelah lelah berputar-putar disana, Bagas menghentikan mobilnya disebuah minimarket untuk membeli minum.
"Daddy.. apa kita sudah sampai? " tanya Nakula yang bangun lebih dulu.
"Belum " jawab Bagas sambil menenggak air mineral dalam botol yang digenggamnya.
"Daddy.. aku pernah kesini sama om Bagus " Nakula tiba-tiba mengingat sesuatu.
"Kemana? " tanya Bagas penasaran
"kesana " Nakula menunjuk sebuah gapura bertuliskan nama sebuah cluster.
"Apakah rumah neneknya kak Feli? " tanya Bagas. Nakula menggeleng
"Bukan daddy.. tapi rumah kosong " jawab Nakula
Bagas tampak berpikir, untuk apa Bagus dan Felisha membawa kedua putranya ke rumah kosong.
"Nakula masih ingat jalannya? " tanya Bagas
"Iya dad " jawab Nakula.
Karena penasaran, Bagas pun melajukan mobilnya menuju arahan dari Nakula menuju rumah kosong yang diceritakan putranya.
"Depan belok kanan.. nah itu rumahnya " Nakula menunjuk pada sebuah rumah mungil yang tampak cantik karena ditata dengan sangat bagus.
Bagas terhenyak, ternyata Bagas dan Felisha berciuman mesra didepan rumah ini.Meski menurut cerita Nakula bahwa rumah ini kosong, namun Bagas melihat rumah ini sangat terawat. Terbukti tidak ada rumput liar yang tumbuh dihalaman rumah itu.
"Loh kita kesini? " Sadewa yang baru bangun tidur pun rupanya masih ingat pada rumah yang pernah mereka kunjungi bersama Bagus dan Felisha.
"Ya sudah kita lanjutkan mencari kak Feli dan Luna " Bagas melajukan mobilnya meninggalkan rumah itu. Namun sejurus kemudian Bagas menghentikan mobilnya ketika ekor matanya menangkap sebuah sepeda yang mirip dengan milik Luna teronggok diteras depan.
"Daddy itu seperti sepeda Luna " mata Sadewa pun menangkap hal yang sama.
"Iya.. itu sepeda Luna " ujar Nakula yakin.
Bagas membawa kedua putranya turun.Karena pagar besinya tidak dikunci mereka pun bisa masuk dengan mudah.
Tangan Bagas terulur memijit bel yang ada di dekat pintu tak lama kemudian seraut wajah cantik yang sedang dicarinya pun muncul dari balik pintu.
"Mas... Bagas? " Feli tidak dapat menyembunyikan kekagetannya ketika pria bertubuh tinggi itu berdiri didepannya.
"Kakak Feli " Nakula dan Sadewa berhambur memeluk Felisha
"Bagaimana kalian bisa kesini ? " tanya Felisha sambil menuntun sikembar masuk. Diikuti oleh Bagas dibelakang mereka.
"Aku yang ngasih tau daddy kalau aku pernah kesini sama kakak Feli dan om Bagus " jawab Nakula.
"Kamu masih ingat? " tanya Felisha sambil mengusap kepala si kembar
"Iya dong " jawab Nakula.
"Mana Luna? " tanya Bagas sambil menatap dalam kearah Felisha, membuat Felisha jengah.
"Sedang tidur " jawab Felisha
"Kalau kamu kerja, siapa yang jaga Luna? " tanya Bagas sambil memperhatikan sekeliling rumah Felisha yang nyaman dan asri.
"Mbak Mia pengasuh Luna ikut kesini, hari sabtu dan minggu pulang " jawab Felisha
Bagas berhenti bertanya ketika dari kamar terdengar Luna memanggil-manggil Felisha
"Mommy.. " rengeknya.
Felisha dan sikembar langsung memburu Luna yang baru bangun dari tidur siangnya.
"Kakak kembar " mata Luna langsung berbinar ketika melihat kedua kakaknya.
"Kakak.. aku sekarrrang tidak cadel lagi... rrrrrt " ujar Luna
"ayok kita kasih liat daddy " ajak si kembar
"enggak mau " Luna langsung mengkerut.
"Keluar dulu yuk.. diluar ada om Bagas mau nengokin Luna " Felisha menuntun Luna menuju ruang tamu. Diikuti oleh Nakula dan Sadewa.
"Salim sama om " Felisha mendekatkan tubuh mungil Luna kearah Bagas yang tampak terpaku menatap kearah Luna. Luna menyembunyikan tubuhnya dibalik tubuh Felisha. Akhirnya Bagas meraih tubuh mungil Luna dan mencium keningnya lembut.
'Daddy kangen sayang " ucap Bagas lirih.
Daddy.. Felisha tersenyum sinis ketika Bagas menyebut dirinya daddy.
"Daddy nya Luna sudah di surga " Sepertinya Luna juga enggan mengakui Bagas sebagai daddy nya.Hati Bagas seperti disentil oleh ucapan gadis kecil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Naya
Baru kini kau rasa,,, klo sdh gak ada merasa kehilangan kan om Bagas? Selamat berjuang 😀
2024-07-31
0
Elisanoor
Kalau sudah Tiada baru terasa ~~~~
2024-01-17
0
Yuli Yuliani Natabraja
Yang nakal Daddy twins 😀
2023-07-19
0