Keesokannya Bagas memenuhi janjinya untuk membawa si kembar mengunjungi makam Bagus. Isak tangis dari kedua putranya mengiringi lantunan doa yang Bagas panjatkan untuk adik tersayangnya.
Ketika matahari mulai naik, Bagas pun menuntun kedua putranya meninggalkan tempat pemakaman keluarga.
"Opa, Oma, mommy, dan om Bagus sudah tenang disana, kalau kalian rindu cukup kirim doa untuk mereka " nasehat Bagas sambil melajukan mobilnya meninggalkan area pemakaman
"Iya dad " jawab si kembar.
Dari pemakaman, Bagas tidak langsung pulang ke rumah, tapi Ia membawa kedua putranya makan di restoran kesukaan mereka.
Bagas memperhatikan kedua putranya yang makan dengan tidak semangat. Wajah keduanya masih terlihat murung.
"Om Bagus sama kaka Feli juga sering ngajak kita makan disini " ujar Nakula lirih.
"Biasanya kita suka duduk disana " Sadewa menunjuk ke arah kursi dekat dinding kaca yang hari itu sudah ada yang mengisi.
Bagas menelan ludah getir, niat hati ingin menghibur kedua putranya dengan mengajak makan ditempat pavoritnya malah justru membangkitkan kenangan yang sudah terlanjur terpatri di ingatan kedua putranya.
Nakula dan Sadewa menjauhkan piring dari hadapannya, mereka tidak ingin melanjutkan makannya apalagi menghabiskannya.
"Ya sudah kita pulang " Akhirnya Bagas membawa Nakula dan Sadewa pulang.
Sepanjang perjalanan pulang, mereka membisu.Dua tahun yang lalu saat kehilangan mommy nya mereka juga seperti ini, tapi saat itu ada Bagus yang selalu setia menghibur sehingga kedua putranya itu tidak terlalu lama larut dalam kesedihan. Berbeda dengan sekarang.. Bagas harus berjuang sendiri agar Nakula dan Sadewa kembali menjadi anak-anak yang ceria.
******************
Sebulan berlalu.. meski kabut duka belum sepenuhnya sirna,tapi Bagas dan anak-anak sudah kembali beraktifitas seperti biasa.Nakula dan Sadewa sudah kembali masuk sekolah sejak dua minggu yang lalu.
Hari ini Bagas pergi ke kantor lebih siang dari biasanya, Ia akan mengunjungi makam orang-orang terkasihnya sebelum pergi ke kantor.
Sinar matahari yang mulai naik menghangatkan tubuhnya. Langkah kaki panjangnya menyusuri area pemakaman yang hampir setiap jumat pagi Ia kunjungi.
Namun langkah kaki Bagas langsung terhenti ketika matanya menangkap sosok gadis berpakaian hitam tengah melantunkan doa diantara tangisnya didepan pusara Bagus.
Bagas langsung mengenali sosok gadis berbalut gamis hitam itu... Felisha.
Tak ingin mengganggu kekhusyuan nya, Bagas pun memilih menunggu ditempat yang tak jauh dari sana.
Hampir setengah jam menunggu, akhirnya Bagas melihat gadis itu menyelesaikan doanya dan bangkit. Namun sedetik kemudian Felisha ambruk diatas pusara Bagus.
Bagas yang berada tak jauh dari sana langsung memburu gadis itu yang tampak terlihat sangat pucat dan lemah.
"Fe.. bangun " Bagas mencoba menyadarkan gadis itu tapi tidak berhasil. Akhirnya Bagas mengangkat tubuh Felisha dan membawa kedalam mobilnya.
Bagas melajukan mobilnya menuju rumah Felisha.Sesampainya di rumah Felisha Ia kembali mengangkat tubuh Felisha yang masih tak sadarkan diri ke kamarnya.
"Felisha pingsan di pemakaman " Bagas berusaha menjelaskan. Ayah Felisha mengangguk sendu.
"Kami melarang dia pergi karena kondisi tubuhnya yang masih lemah.. rupanya tadi pagi dia pergi diam-diam " ujar ayah Felisha lirih.
Kedua lelaki itu sama-sama terdiam. Sampai akhirnya ayah Felisha membuka suara
"Nak Bagas.. apakah sudah ada solusi untuk Felisha? " tanya lelaki paruhbaya itu hati-hati
"Saya sebetulnya tidak tega jika harus melibatkan masalah ini pada nak Bagas.Tapi saya khawatir dengan nasib bayi dalam perut Felisha kelak "
Bagas termenung.Tentu saja itu juga sudah ada dalam kepalanya. Keponakannya akan terlahir tanpa ayah.. Ia tau betul betapa beratnya beban mental yang akan keponakannya tanggung kelak.
"Saya yang akan menikahi Felisha " Ucap Bagas lirih.
Ini adalah satu-satunya jalan. Bagas tidak mau kelak keponakannya mendapat ejekan karena lahir tanpa ayah.
Meski berat Bagas terpaksa mengambil keputusan ini, karena walau bagaimana pun janin dalam kandungan Felisha adalah darah daging Bagus adik kesayangannya. Darah keluarga Hadipranoto mengalir dalam darah nya.
"Jika nak Bagas sudah yakin, saya akan bicarakan pelan-pelan pada Feli " ujar ayah Felisha. Ada kelegaan dalam wajah tuanya.
"Baiklah kalau begitu saya pamit " Bagas pun pamit karena Ia harus ke kantor. Ayah Felisha mengantar Bagas sampai teras.
Sesampainya di kantor, Bagas langsung menjatuhkan tubuhnya dikursi kerjanya. Ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Sejurus kemudian tangannya terulur meraih sebuah photo yang selama bertahun-tahun menghiasi meja kerjanya.
"Maafkan mas Bagas sayang " ibu jarinya mengusap lembut photo seraut wajah cantik yang selama dua tahun ini begitu Ia rindukan..Yang selama dua tahun ini hanya bisa Ia temui dalam mimpi....Kinara
Selama dua tahun sejak meninggalnya Kinara, Bagas bertekad untuk membesarkan kedua putra mereka seorang diri. Ia ingin kembali dipertemukan dengan istrinya kelak, namun sebuah tanggung jawab mengharuskan Bagas mengambil keputusan terberat dalam hidupnya yaitu menikahi Felisha.
"Pak.. rapat direksi akan segera dimulai.Semua menunggu bapak disana " Suara lembut sekertarisnya membuyarkan semua lamunannya akan sosok istri tercintanya.
"Iya saya akan segera kesana " Bagas meletakan kembali photo kinara ketempat semula,kemudian Ia pun bergegas menuju meeting room.
Sepulang dari kantor Bagas kembali mendatangi kediaman Felisha atas permintaan ayah gadis itu. Bagas diminta datang untuk membahas pernikahan mereka yang akan dilaksanakan sesegera mungkin.
Bagas menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga Felisha. Mau konsep bagaimanapun Ia tidak akan turut campur karena kalau boleh jujur ia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini dan Bagas yakin jika Felisha pun sama seperti dirinya.
Pembahasan pernikahan selesai, dengan point utama adalah pernikahan akan dilaksanakan minggu depan. Waktu seminggu ayah Felisha rasa cukup untuk melengkapi semua berkas persyaratan pernikahan mereka.
Acara pernikahan pun akan dilaksanakan dengan sederhana di kediaman Felisha sesuai keinginan Felisha sendiri.
Seminggu kemudian...
"Saya terima nikah dan kawinnya Felisha binti irawan dengan maskawin seperangkat perhiasan emas dibayar tunai "
"Bagaimana saksi.. sah? "
"SAH "
Setelah acara ijab kabul, keesokannya Bagas memboyong Felisha pulang ke rumah nya.
"Jika sekiranya nak Bagas sudah tidak sanggup memikul tanggung jawab ini.. ayah minta tolong kembalikan Feli kepada kami secara baik-baik. kami akan selalu siap menerima kembali Felisha dengan tangan terbuka " ucapan ayah Felisha ketika melepas kepergian mereka begitu menohok perasaan Bagas. Pria paruhbaya itu seakan bisa membaca isi hati Bagas.
"Kami pamit " Bagas mencium punggung tangan ayah dan bunda Felisha yang kini sudah resmi menjadi mertuanya.
Bagas memasukan koper berisi pakaian Felisha kedalam mobilnya. Hanya sebuah koper berukuran kecil.. Sepertinya Felisha hanya membawa sedikit baju, padahal ia akan tinggal di rumah Bagas bukan untuk satu atau dua hari.
**Jika suka tolong tinggalkan jejak ya readers
Happy reading 😘😘😘😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Maya Ratnasari
favorit kakak author
2024-12-22
0
Elisanoor
cita2 gw, ga mao kawin lagi klo di tonggal lebih dulu, pengen ketemu lagi di sana dlm kehidupan yg kekal, semoga aku setia 🖤 melow 😂
2024-01-17
0
💜jiminaa💜🐣
belum² udah bikin mewek mak. 😢
2022-09-29
0