Suara adzan ashar terdengar dari alarm ponsel milik sepasang suami istri yang tengah terlelap di atas ranjang bersama gadis mungil dalam dekapan mereka.
Nara menggeliat pelan, membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Naren yang masih tertidur dengan tangan memeluknya erat. Entah dasar apa, Nara mencium bibir itu pelan sebelum akhirnya bangkit.
Mendapat ciuman peka dari sang istri, membuat Naren terbangun. Rasa bugar setelah tidur dan mendapat bonus, Naren merasa bersemangat disore hari kala itu. Dia bangkit dari ranjang menyusul Nara yang sedang berada di kamar mandi. Berwudhu.
Alarm yang tadi berbunyi, kini sudah tak terdengar memenuhi ruangan. Justru suara merdu dari bibir yang tadi mendapat ciumana peka itulah yang sedang mengisi keheningan kamar dengan bacaan doa-doa sholat.
"Assalamualaikum warahmatullah..."
Nara lantas mencium tangan Naren seperti biasa setelah sholat. Mereka kemudian berdoa dengan sang imam yang tak lain adalah Naren sendiri yang memimpin doa tersebut. Selesai berdoa, keduanya duduk di sofa dekat dengan jendela hotel.
Dengan ditemani jus yang tadi siang mereka pesan, keduanya menikmati sore hari dengan rasa bahagia.
"Ra, sebenarnya aku pengen cerita sama kamu." topik pembicaraan kembali dimulai setelah meminum jus yang kini tinggal setengah gelas.
Nara menaruh gelas jusnya, menatap sang suami yang wajahnya terpancar sinar matahari. "Cerita aja. Aku bakal dengerin kok." balasnya.
Bersiap memulai cerita, Naren menarik napasnya dalam-dalam. Membuangnya secara perlahan guna menetralkan rasa bergejolak yang ada dalam dada.
Setelahnya, Naren memulai bercerita tentang sebuah masa lalu yang sebenarnya adalah luka baginya.
"Sebenarnya, Gio itu saudara aku, Ra." mulainya.
Seketika badan terasa lemas, semangat yang tadi terpancar jelas, kini hilang sudah. Namun dengan berat hati, Nara tetap bertanya tentang sebuah rahasia yang akan sangat berpengaruh dalam hidupnya. "Saudara? Tapi kenapa aku ngga pernah lihat kalian bersama?"
Naren menoleh sesaat, memandang wajah cantik Nara. Lalu, kembali seperti semula. Memandang ke luar jendela dan menerawang ke masa lalu. "Saudara se-ayah. Kami berdua memang dari kecil ngga pernah bersama. Bahkan waktu aku tau semuanya pun, waktu aku umur tujuh belas tahun."
"Dulu, ayah sama ibu pernah bertengkar waktu aku usia lima bulan. Alhasil, ibu memilih pergi dari rumah untuk menenangkan pikiran dan hatinya. Ibu pergi ke rumah nenek waktu itu. Di rumah menyisakan ayah dengan ART. Ayah yang frustasi, pergi ke sebuah bar menemui teman-temannya disana."
"Ayah mabuk berat, dia pulang dengan diantar temannya. Tepat pukul dua belas malam, ART membantu membawa ayah hingga ke kamar. Naasnya, ART tersebut menjadi korban mabuk ayah. Dirinya diperkosa hingga akhirnya hamil."
"Ketika rumah tangga ayah dan ibu mulai membaik, kabar mengejutkan membuat semuanya hancur. ART tersebut mengatakan bahwa dirinya hamil setelah dulu diperkosa oleh ayah saat mabuk. Dengan terpaksa, ibu menyuruh ayah bertanggungjawab. Namun dengan satu syarat. Setelah bayi itu lahir, ART tersebut harus pergi dari rumah sejauh mungkin. Tentunya dengan membawa si bayi juga."
"Ayah sudah menyiapkan rumah, uang dan segalanya untuk ditinggali oleh ART tersebut. ART tersebut tak perlu khawatir. Karena ayah akan membiayai hidup mereka dan anaknya hingga dewasa nanti. Bahkan sampai sekarang pun ayah masih membiayai hidupnya."
"Jadi, bayi yang dikandung oleh ART tersebut adalah Gio?" tanya Nara setelah cerita usai.
Naren mengangguk pelan. Tangannya mengusap wajah yang lebam itu dengan pelan danhati-hati. Lalu memandang ke arah wanita yang sedang dalam mode tidak percaya yang duduk disebelahnya.
Hening. Setelah cerita usai, keheningan mulai mengambil alih suasana. Nara dan Naren hanyut dalam pikiran masing-masing.
*
*
*
Bersambung...
Jangan lupa dukung terus yaaa. Tinggal kenangan yuk biar dikenang. Makasih semuanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Ruby Talabiu
,lanjut thor
2021-06-11
0
Teh Warniasih
lnjut thor
2021-06-11
0