Egois

Nara menggeliat pelan diatas ranjang yang empuk. Mengedipkan mata beberapa kali guna mengumpulkan nyawa yang masih berkeliling. Setelah nyawa terkumpul sempurna, barulah Nara mendudukan tubuhnya. Meregangkan otot-otot tubuhnya sembari mengedarkan pandangan ke penjuru kamar.

Berarti kalau aku tidur dikamar, Naren sudah pulang? Dan pastinya dia yang pindahin aku ke kamar?

Perhatian kecil itu berhasil menghasilkan senyum simpul dibibir pink Nara. Jika diingat, Naren adalah tipe laki-laki yang tidak tega.

Mungkin sekarang dia masih kecewa dengan apa yang terjadi, namun tanggung jawab dan rasa tidak teganya terhadap sesuatu selalu lebih unggul dari yang lain.

Kadang ego memang menguasai diri, tetapi tetap ada saja perasan kecil yang selalu muncul dihati. Tentunya membuat ego yang kita punya lama kelamaan goyah.

Ceklek!

Naren keluar dari kamar mandi dengan yang rambut basah. Berjalan menuju lemari pakaian dengan handuk melilit dipinggangnya. Dia hanya diam sembari mengambil satu setel pakaian kerja dan celananya. Lalu membawanya ke dalam kamar mandi dan memakainya disana.

Tak berapa lama, Naren keluar. Matanya menyisir kamarnya yang sepi. Padahal tadi, dia melihat Nara sedang duduk di ranjang. Tapi, sekarang ranjang empuk itu tinggal selimut yang sudah rapi.

"Kamu nyariin aku?" suara familiar yang biasa dia dengar terdengar, membuatnya tersentak kaget.

Naren hanya diam setelah melihat siapa yang dia cari datang secara tiba-tiba. "Ngaku aja. Ngga papa kok. Aku lebih suka pria yang jujur." Nara meletakkan nampan yang diatasnya terdapat segelas susu hangat berwarna putih. Kesukaan Naren dan kebiasaan sebelum berangkat ke kantor. Harus minum susu dan sarapan dengan roti bakar atau nasi goreng toping timun.

"Aku minta maaf." Nara menghampiri Naren yang masih diam ditempatnya.

Matanya menatap kornea berwarna hitam kecoklatan itu dengan lekat. Memegang tangan dingin pria yang berdiri didepannya. "Aku minta maaf karena udah buat kamu kecewa." ucapannya begitu tulus. Sorot mata memancarkan sebuah penyesalan.

"Mandi. Udah jam setengah enam. Nanti kamu telat." Naren membalikkan badannya setelah mengalihkan pembicaraan. Hendak melangkah mengambil dasi yang berada diatas meja rias berderet bersama dengan make up Nara.

Namun, langkahnya terhenti saat pelukan hangat dia dapat. Hatinya melemah jika harus mendapat perlakuan seperti itu. Niat hati ingin menjadi seseorang yang egois karena kecewa, tapi itu tak bisa. Sulit.

"Aku minta maaf. Aku tahu aku salah. Aku ngga seharusnya melakukan itu semua tanpa seijin kamu. Tapi tolong, jangan berubah jadi orang lain. Aku ngga bisa." pelukan itu semakin erat dipinggang Naren. Membuat pria bertubuh lebih tinggi dari Nara itu langsung memutar badannya. Merengkuh tubuh berpakaian baju tidur itu ke dalam pelukannya.

Memberikan beberapa kecupan kecil diatas puncak kepala. "Maaf." hanya itu yang dapat Naren katakan pada Nara.

Hati kecilnya yang terlanjur mencintai perempuan yang dipanggil mommy oleh putrinya itu, Naren memantapkan hatinya. Untuk memberikan sekali lagi kesempatan pada istrinya. Menerima dirinya dan benih cintanya. Merancang kembali masa depan dengan keluarga kecilnya.

"Kamu ngga salah. Kamu berhak marah dan kecewa sama apa yang sudah aku lakukan selama ini. Aku tahu, pasti hati kamu sakit dan hancur." Nara mendongakkan kepalanya menatap pria yang juga sedang memandangnya.

"Aku minta maaf." sekali lagi Nara meminta maaf pada Naren. Pria yang selalu sabar menghadapinya.

"Iya. Cuma aku mau satu hal dari kamu, Ra." Naren mengangguk. Lalu, melanjutkan ucapannya dengan sebuah permintaan.

"Dua hal pun akan aku usahakan."

"Cukup satu hal aja."

"Apa itu?"

"Aku minta kamu berhenti pakai pil dan belajar menerima aku dihati kamu."

Hening.

Nara yang bertekad belajar membuka hatinya, akhirnya mengangguki permintaan dari Naren. Dia menanam sebuah keyakinan bahwa dirinya bisa memenuhi permintaan dari suaminya. Karena selama ini, Naren tak pernah meminta apapun darinya. Kecuali cinta.

"Makasih ya." sebuah kecupan ringan mendarat dibibir pink Nara.

"Sama-sama." balas Nara.

"Ya sudah, sekarang kamu mandi. Jangan sampai telat." mengingatkan adalah kebiasaan Naren sejak keduanya menikah.

"Oke." Nara pun bergegas masuk ke dalam kamar mandinya. Membersihkan tubuhnya secepat mungkin. Karena waktu seperti air. Terus mengalir dan tak mungkin kembali.

Selepas pintu kamar mandi tertutup rapat, Naren duduk dikursi rias yang biasa digunakan Nara untuk merias. Mengeringkan rambut terlebih dahulu, tak lupa memakai pomade agar rambutnya tertata rapi dengan bantuan sisir.

Dasi sudah terpasang sempurna. Jas berwarna abu-abu muda sudah melekat ditubuhnya. Kini, Naren duduk dikursi yang berada dikamarnya sembari meminum susu putih yang Nara bawa.

Aku yakin kamu bisa menerima aku dihati kamu. Mengganti penghuni yang baru dengan cinta yang baru dan abadi.

*

*

*

Bersambung...

Jangan lupa like, GRATIS!!! Hadiah dan Favorite jangan lupa juga. Makasih...

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BETAPA SABARNYA HATI SEORANNG NAREN UNTUK MNUNGGU CINTA DARI ISTRINYA

2023-05-29

0

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

smangat ya thor muda"han nara,bisa membuka hati nya untuk suami nya

2021-05-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!