Welcome

Janji pria beranak satu terjawab sudah. Memberikan hadiah untuk putri kecil yang berhasil mendapat bintang lima. Predikat nilai 'sangat baik'.

Tiga tiket pesawat sudah siap didepan mata. Dua koper besar dan satu koper kecil juga sudah tertata rapi di ruang tamu. Tinggal menunggu si pemilik barang datang.

Bi Inul dan suaminya, pak Karjo (sopir) menunggu majikannya selesai bersiap-siap dengan duduk di ruang tamu. Sesekali mengecek perlengkapan majikannya yang sudah ditata rapi. Tak berapa lama, majikan mereka datang dari lantai dua. Menuruni anak tangga menuju tempat bi Inul dan pak Karjo duduk menunggu.

"Sudah dicek semuanya belum, bi?" Nara menghampiri bi Inul dan pak Karjo, duduk di sofa bersama Naren.

"Sudah, bu. Tinggal dimasukkan ke bagasi." bi Inul mengangguk dengan tersenyum ramah menjawab pertanyaan majikannya.

"Pak Karjo, ayo dimasukkan ke bagasi mobil." Naren beranjak dari sofa dan menarik teleskopik satu koper besar dan kecil. Sedangkan satunya lagi, dibawa oleh pak Karjo.

Koper dan barang-barang yang dibutuhkan sudah tersusun rapi di bagasi mobil. Naren, Nara dan Yumna berpamitan pada bi Inul sebelum berangkat ke bandara. Memberikan amanah pada bi Inul dengan meninggalkan rumah dan segala isinya. Karena, bi Inul dan pak Karjo yang nantinya akan tinggal di rumah untuk berjaga selama keluarga kecil Naren pergi.

"Assalamualaikum, bi." Yumna melambaikam tangannya ke arah bi Inul yang berdiri di teras rumah.

Bi Inul pun membalas lambaian tangan anak majikannya yang sudah dia anggap seperti anak sendiri. "Waalaikumsalam. Hati-hati neng."

***

Burung besi terlihat berjejer dengan rapi kala Naren dan keluarga kecilnya berjalan menuju pesawat yang akan mereka naiki. Orang berlalu lalang berjalan baik itu dari pihak bandara maupun para penumpang.

Pesawat yang akan menjadi tumpangan, terpampang sempurna didepan mata. Besar, indah dan cantik. Pramugari dan pramugara menyapa dengan sopan. Membuat para penumpang dibuat nyaman ketika berada di pesawat.

Naren dan Nara menggandeng tangan Yumna yang mungil masuk ke dalam pesawat. Berjalan ke arah kursi yang akan mereka tempati setelah tadi diberitahu oleh pramugari.

"Sayang, apa kamu takut?" Nara merasa tangan mungil yang sedang ia genggam dingin, langsung bertanya pada Yumna.

Bocah mungil berkepang dua itu menganggukkan kepalanya sebanyak dua kali. Duduk diam ditengah daddy dan mommy-nya. Memandang lurus ke arah depan, melihat layar bercahaya yang menempel dikursi depan.

"Kalau kamu takut, kamu tidur aja ya sayang. Sini biar mommy peluk." melihat Yumna yang diam, Nara memilih memeluk tubuh mungil putri kecilnya. Berusaha memberikan kenyamanan pada putrinya ketika pesawat take off.

Naren mendekatkan tubuhnya ke arah Nara. "Yumna memang begitu, kalau dia bilang ngga takut, aslinya takut. Buktinya sekarang dia pucat." terdengar lirih namun sangat jelas ketika bibir Naren dekat dengan telinga. Bahkan hembusan napasnya pun masuk melalui celah-celah kecil krudung yang dipakai Nara. Membuat wanita cantik itu merasakan geli.

"Jangan ngeledek. Dia kan masih anak kecil. Kalau kamu yang kaya gitu, sudah aku ketawain." balas Nara yang membuat Naren langsung menatapnya. Lalu, beralih melihat keluar jendela. Melihat pemandangan malam yang indah diatas pesawat.

Kerlap-kerlip lampu terlihat seperti taburan emas ketika pesawat semakin mengudara. Meninggalkan lapangan lepas landas dengan sempurna. Membawa penumpang dengan tujuan ke Satu Negara Seribu Rasa.

***

Perjalanan melelahkan akhirnya usai saat announcement landing terdengar. Mata yang tadinya tertutup pun kini terbuka sempurna. Bersiap menyambut negara yang dijuluki Surga Kebab.

Semilir angin pagi menerpa wajah asli tiga orang dari Indonesia yang baru saja keluar dari pesawat. Senyum merekah saat mereka mulai berjalan keluar dari bandara setelah mengambil koper dan barang yang dibawa.

Naren memberhentikan taxi, lalu memasukkan koper dan barang yang dibawa ke dalam bagasi. Setelah itu, Naren mengajak Nara dan Yumna masuk ke dalam taxi. Sopir pun mulai melaju kembali menuju rumah tujuan penumpangnya. Yaitu rumah opah dan omah Yumna yang berada di Istanbul.

Setelah perjalanan yang mengahabiskan waktu sekitar satu jam lebih, taxi pun berhenti disebuah komplek rumah yang alamatnya sudah diberitahu oleh Nara sebelumnya. Naren segera merogoh sakunya dan mengambil kartu bertuliskan 'Istanbulkart' dan menyerahkannya ke sopir. Pembayaran berlangsung dengan cepat. Sopir turun ketika para penumoang turun. Membantu mengelurkan koper dan barang yang ada dibagasi.

Tak lupa Nara mengucapkan terima kasih sebelum taxi pergi. Setelahnya, Nara mengajak suami dan putrinya berjalan menuju rumah bercat putih.

Bel ditekan sebanyak tiga kali. Tapi, belum ada jawaban dari dalam rumah. Hingga bel dibunyikan sebanyak tujuh kali, baru lampu rumah bagian dalam menyala. Tak berapa lama, pintu berwarna coklat itu terbuka lebar. Menampakkan seorang pria bertubuh tinggi mengenakan baju tidur.

"Ayah?" Nara langsung memeluk sang ayah yang tak lain adalah Rafael. Biasa dipanggil ayah Ael.

Pria yang sekarang sudah berumur lebih dari hima puluh tahun itu terdiam ditempat. Masih tak percaya dengan apa dia lihat. Putri semata wayangnya datang memberikan kejutan bersama menantu dan cucunya.

"Ayah, kenapa ayah diam saja? Ini Nara, ayah." Nara melepas pelukannya dan menatap wajah sang ayah yang tetap segar walau usia semakin bertambah.

"Ayah masih tidak percaya melihat kamu datang, sayang. Ini kejutan yang sangat indah. Alhamdulillah kita masih dipertemukan lagi." ayah Ael mengusap wajah yang dulu selalu ia belai diwaktu bayi. Air mata bahagia menetes tanpa permisi. Kebahagiaan yang dinantikan beberapa tahun akhirnya terwujud. Melihat anaknya datang dengan sebuh kejutan.

"Ayah, ada siapa? Ini masih pagi banget. Kok sudah ada tamu." suara seorang wanita membuat semua orang tertuju ke arah ruang tamu.

Muncullah sosok cantik berkrudung yang cocok dengan baju tidur. Menghampiri orang yang berdiri di depan pintu rumah.

"Nara? Apa itu kamu, sayang?" bunda Ai langsung memeluk tubuh Nara dan memberinya kecupan di pipi. Lalu, berganti memeluk sang cucu yang berdiri disebelah menantunya, Naren.

"Assalamualaikum omah sama opah." ucap Yumna sembari mencium tangan opah Ael dan omah Ai.

"Waalaikumsalam, sayang. Ayo masuk."

Kemudiam mereka masuk ke dalam rumah dan beristirahat.

*

*

*

Bersambung...

Hayo, siapa yang masih inget cerita ayah Ael dan bunda Ai?

Jangan lupa like dan favorite ya gaes. Kalau mau sedekah, bisa kasih hadiah dan vote. Makasih semua...

Terpopuler

Comments

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

lanjut thor

2021-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!