Nara membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Takut kalau sampai mengganggu Naren yang sedang berkutat dengan laptopnya. Hingga seisi ruangan terlihat sempurna, Nara tak menemukan sosok pria tangguh yang tadi sore telah ia kecewakan.
Dimana Naren?
Melangkahkan kakinya yang beralas sandal, Nara mengecek ke kamar mandi yang terbuka. Disana kosong, tak Ada Naren. Laptop dan beberapa dokumen pun masih tertata di atas meja.
Lalu, kemana perginya Naren?
Nara memilih untuk turun ke lantai bawah. Mengecek dapur, kamar tamu dan beberapa ruangan lainnya. Semua hasilnya sama. Tetap tak ada sosok tampan dengan sejuta kesabaran itu.
Rasa khawatir melanda Nara saat itu juga. Mengingat Naren yang tidak suka keluar malam, membuat Nara tidak bisa berpikir kemana perginya Naren.
Seingat Nara juga, Naren tidak membawa ponselnya. Karena ponsel Naren sedang dicharger di kamar. Melirik jam yang menggantung di ruang tamu, Nara memilih duduk di sofa. Menunggu Naren dengan rasa khawatir didadanya.
Sampai pukul sepuluh malam, Naren tak kunjung pulang ataupun menampakkan batang hidungnya. Nara yang duduk di sofa perlahan memejamkan matanya tanpa sadar.
***
Disebuah cafe yang lumayan ramai pengunjung, Naren terlihat duduk santai bersama tiga pria lainnya. Beberapa gelas coffee tersajikan di atas meja sebagai pelengkap obrolan.
"Ren, tumbenan lo datang."
Pria berkemeja kotak berwarna biru dengan rambut yang disempong menepuk pundak Naren yang baru saja bergabung di meja bundar. Naren hanya membalas dengan senyum simpul.
"Iya, biasanya cuma kita bertiga yang ada disini. Eh, sekarang lo datang tanpa diundang. Ada masalah sama bini lo, sampai-sampai lo datang ke tempat nongkrong kita dari SMA?" Jefri yang biasa dipanggil Njep itu ikut bertanya pada sahabatnya yang tumbenan ikut gabung nongkrong.
"Apaansi lo berdua? Sotak (sok tahu) tahu nggak?" Aril, pria penengah dari ketiga sahabatnya yang tak kalah tampan dengan Naren.
"Ngga ada apa-apa. Cuma pengen cari angin saja. Refreshing lah bareng kalian." jawab Naren sesantai mungkin. Mau bagaimanapun orang lain tidak berhak mengetahui aib rumah tangganya walau sudah seretak apapun.
"Cari angin mah di depan kipas juga dapat, Ren. Malah di rumah lo, AC ada. Wih, berasa di swiss kan malah?" Jefri menimpali jawaban dari Naren, membuat ketiga sahabtnya itu menatapnya.
"Eh, maaf. Tapi bener kan, Ren?" Jefri tersenyum dengan menggaruk kepalanya yang berketombe. Meminta bantuan juga kepada Naren untuk mengiyakan ucapannya dengan kedipan mata.
"Emang benar. Tapi ini lain maksud, Njep. Dasar otak sumur! Cetek!"
Cetak!
Dan akhirnya Jefri pun terkena jitakan dikepalanya dari Aril.
"Pesan dulu sana!"
Naren pun memesan coffee kesukaan sedari dulu setelah Ragil menyuruhnya untuk memesan. Tak butuh waktu Lama, pesanan pun datang dan terhidang.
Sruputtt!!!
Hangat. Pikiran pun menjadi sedikit tenang. Lebih rileks dibanding saat berendam dengan air panas dibathup.
"Ini, untuk pertama kalinya kita kedatangan Naren. Gue saranin suruh dia buat nyanyi saja di panggung deh. Mestinya lo kepo suaranya yang mendayu-dayu kaya daun diatas laut." saran dari Aril pun sontak membuat Naren terkejut. Pasalnya, Aril ingat kalau dia memiliki suara yang top.
"Jangan deh." Naren menggeleng dengan artian menolak saran dari Aril.
"No, no, no. Karena lo sudah datang kemari, maka lo harus mau nyanyi." Ragil yang ingat bagaimana suara Naren pun menolak tolakan dari Naren.
"Good. Pokoknya malam ini lo harus nyanyi buat kita. Hitung-hitung sebagai bonus deh atas kedatangan lo yang ngga diundang." Jefri pun ikut mengompori sahabatnya agar mau bernyanyi.
"Ayo donk, bro. Sekali ini saja. Lain kali ngga deh, kalau ngga khilaf." Ragil pun mengedipkan mata dengan genit kepada Naren. Membuat pria beranak satu itu akhirnya mengangguk setuju.
"Uhuuyyy!!! Feeling good!!!"
Naren bangkit dari kursinya. Menengguk coffee panas itu sebelum berjalan menaiki panggung.
Pengunjung yang dominan anak remaja sontak tertuju pada sosok tampan yang sedang naik ke atas panggung cafe.
"Selamat malam semua." sapa Naren sembari mengetuk microphone yang ada didepannya. Untuk mengetes apa suaranya sudah terdengar atau microphonenya berfungsi sebagaimana mestinya.
"Malam juga." semua pengunjung terutama para kaum hawa menjawab dengan serempak. Tak mempedulikan tatapan sinis dari pacarnya yang insecure.
*
*
*
Bersambung...
Jangan lupa like, hadiah dan koment dibawah. Semoga kalian suka dan terhibur. Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KNP GK DITULIS LGU YG DINYANYIIN NAREN..? KIRA2 LGU APA YG MEWAKILI PRASAAN NAREN
2023-05-29
0
Ina Nuraeni
lanjut thor,, semangaaattt😍😍😍
2021-05-28
0
Teh Warniasih
lnjut
2021-05-27
0