Setelah kepulangan dokter Frans, keluarga Felic begitu heboh mempersiapkan semuanya.
Mereka tidak menyangka jika pria yang datang di perkenalkan oleh putrinya akan
dengan mudah menyanggupi persyaratan mereka.
“Bu…, mintalah bantuan bu Broto untuk membuatkan kue, biar ayah yang menghubungi
pak penghulu dan beberapa warga sekitar!”
“Baik yah!”
Mereka sibuk dnegan urusannya masing-masing, tapi sekarang Felic malah di buat bingung. Ia berjalan menaiki tangga, pikirannya sekarang sedang kalut, ia
bahkan tidak bisa berfikir jernih. Ia masih tidak menyangka jika dokter Frans
akan menyanggupi dengan gampangnya persyaratan orang tuanya.
“Apa dia benar-benar yakin mau nikah sama gue? Kenapa sekarang gue yang takut
sendiri sih!” Felic terus mondar mandir di dalam kamarnya. Biasanya di jam
seperti ini dia akan fokus menulis, tapi saat ini otaknya sedang tidak bersahabat.
"Gue harus memastikannya kan? Iya …, gue harus memastikannya!” Felic pun segera
mencari ponselnya yang entah sudah ia letakkan di mana, ia sampai memeriksa di
bawah bantal, di meja kecil dan meja tempat ia biasanya mengetikkan kata-kata.
Setelah cukup lama mencari, ia baru teringat jika ponselnya telah ia tinggal di
meja makan. Felic pun segera keluar kamar dan menuruni tangga. Dan benar
ternyata ponsel itu masih di sana, di bawah ia bertambah pusing bagaimana
hebohnya orang tuanya mempersiapkan semuanya.
Felic memejamkan matanya, berusaha melepaskan semuanya. Ia tidak mau terlalu
memikirkan tapi ternyata tidak bisa. Ini urusan hidupnya, hidupnya yang akan
dia jalani seumur hidup dengan pria yang belum terlalu ia kenal.
“ahhhh…, ide gila …, benar-benar gila, gue bisaaa gila .....!” felic menggelengkan kepalanya dan segera berlari kembali naik dan masuk kie dalam kamarnya.
Setelah sampai di dalam kamanya kembali, ia baru teringat jika ia belum pernah
menghubungi pria itu. Pria yang tiba-tiba menjadi calon suaminya.
“Bodoh…, bodoh …, kenapa gue nggak minta nomor telponnya sih, trus sekarang gimana
dong?” Felic mendaratkan tubuhnya di atas tempat tidur, menarik tas kainnya
yang berada di sampingnya, hingga tanpa sengaja sebuah kartu nama terjatuh dari
dalam tasnya.
“kartu nama?” Felic kembali bangun, ia segera duduk dan mengambil kartu nama itu. Ia
baru ingat jika pernah menyimpan kartu nama pria kitu.
“Tuhan…, kau membantu di saat yang tepat!” ucap Felic dengan senyum yang sumringah,
ia seperti mendapatkan jalan keluarnya. Felic segera mengetikan nomor telpon
yang tertera di kartu nama itu.
“kenapa sibuk terus sih!?” keluh Felic saat mendapat jawaban sibuk dari nomor yang
telah di hubungi. Setelah beberapa kali, akhirnya panggilannya tersambung juga.
“Hallo …., asisten dokter Frans di sini. Ada yang bisa kami bantu?” dari seberang sana
terdengar suara seorang perempuan membuat Felic segera menjauhkan ponselnya
dari daun telingannya.
“Kok cewek sih …!” ucap Felic dengan sedikit berbisik. Ia memastikan jika nomor yang di hubungi sama
dengan nomor yang tertera di dalam kartu nama itu.
“sama.….!”
Felic pun memutuskan untuk mendekatkan kembali ponselnya pada daun telingannya.
“hallo…!’
“Iya buk, ada yang bisa kami bantu?’ Tanya di seberang sana dengan lembut.
“Saya Felic, bisakah saya bicara dengan Frans? Saya temannya, apa ini benar nomornya!”
“baiklah …, biar saya hubungi dokter Frasnnya dulu ya bu, nanti akan segera saya
hubungi kembali!”
“Iya, terimakasih!”
"Sama-sama!"
Wanita di seberang sana menuntup telponnya secara sepihak, terpaksa Felic menunggu
hingga wanita itu menghubunginya kembali. Dan benar saja, tak berapa lama ada
panggilan masuk tapi dari nomor yang berbeda.
“Hallo!” sapa dari seberang sana, kali ini suara seorang pria.
“Hallo!” Felic segera membalas sapaan itu.
“Ada apa Fe?” kali ini Felic belum yakin kalau ini suara Frans
“Ini beneran Frans kan?” Tanya Felic memastikan, ia tidak mau sampai salah orang
lagi.
“Bukan…!” jawab di seberang sana terdengar begitu di tekankan.
“Lalu?”
“Tukang somay!” mendapat jawaban seperti itu, Felic baru yakin jika itu Frans walaupun
begitu felic tetap mendengus kesal.
“sudah tahu ini gue …, emang ngarepnya siapa yang nelpon?”
“Abis gue telpon di nomer yang ada kartu nama lo, yang jawab suara cewek. Siapa cewek
itu?”
“Ye …, sudah posesif ya belum jadi bini gue aja!”
“PeDe bingit lo …, udah becandanya? Gue mau ngomong serius sama lo!”
“Serius? Sejak kapan lo jadi cewek yang suka serius?!”
“Lo belum lama kenal sama gue, jadi jangan sok tahu!”
“Tapi kan bakalan deket banget kita …, bahkan sangat deket sampek orang bilang kita
jadi sejoli!”
Mendengar ucapan dokter Frans membuat Felic kembali teringat pada pernikahannya. ia menghembuskan nafas beratnya hingga suara nafasnya terdengar ke seberang sana.
"Kayaknya berat banget hidup lo ....., bikin santai aja kali Fe!" ucap dokter Frans setelah mendengar hembusan nafas Felic.
“Lo yakin beneran mau nikah sama gue?” tanya Felic kemudian, ia tidak mau menanggapai becandaan Frans lagi.
“kenapa? Lo ragu?” dokter Frans malah bertanya balik.
“Ya jelas lah gue ragu…!"
"Apa yang bikin lo ragu?"
"Gue baru kenal sama lo, dan lo tiba-tiba ngajak nikah gitu aja!”
“Sudah gue bilang, lo nggak usah mikir terlalu jauh deh urusan nikah ini, ntar kalau
menurut lo gue nggak baik lo bisa tinggalin gue atau lo bisa gugat cerai gue.
Mudahkan?”
“Lalu soal hubungan kita gimana? Maksud gue …!”
“Sudah jangan di pikirin …, gue nggak bakal nuntut hak gue kok, tapi kalau lo mau gue
menuhi kewajiban gue, ya gue jabanin!”
“Ye ...., itu mau lo ...., Jangan berpikir kotor …, gue nggak suka ya …!” ucap Felic dengan bulu kuduk yang sudah berdiri semua, ia begitu merinding memikirkannya saja. memikirkan satu kamar dengan seorang pria saja sudah membuatnya takut apalagi hal lainnya.
“Iya iya becanda …, serius amet jadi orang!”
"Emang cuma lo yang boleh serius, gue cewek jadi nggak gampang buat gue menerima semua ini!"
"Emang gue mau ngapain lo .....? intinya jangan dipikirin kita jalani aja semuanya seperti biasa, anggap aja kita partner dalam hidup, Ok!"
"Baiklah gue percaya sama lo!"
"Sudah gue sibuk, mau lanjut kerja, sampai ketemu besok!"
"Bye!"
Felic pun memutuskan sambungan telponnya, ia sedikit merasa lega. kali ini ia menggunakan kesempatan liburnya untuk menulis. Ia bisa libur seharian dan tidak boleh melakukan apapun di bawah.
Tapi saat ia akan mulai menyalakan laptop bututnya, tiba-tiba si makluk kecil menyusup di dalam kamarnya.
"Bian ......, ngapain ke sini?" tanya Felic kesal, karena tiba-tiba keponakan kecilnya datang di waktu yang kurang tepat.
"Bunda, minta Bian main cama tante cia ....!" celoteh makluk kecil itu.
Felic hanya bisa menepuk keningnya, dengan berat hati ia kembali menutup laptopnya dan menghampiri makluk kecil itu.
Ternyata kedatangan makluk kecil itu mampu mengalihkan pikirannya pada keruwetan hidupnya.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 😘❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 404 Episodes
Comments
Skolastika Nur Intan Kusuma
cocok mereka berdua
2022-08-31
0
umy zafa
lanjut kak seru
2021-05-29
0
alika
lanjut thor 😁😁😁😁
2021-04-19
0