Hari ini Felic sengaja bolos kerja, waktu yang di berikan oleh ayahnya untuk membawa
calon suaminya tinggal dua hari lagi. Ia harus bergerak lebih cepat, ia pun
memutuskan untuk mencari keberadaan dokter Frans. Ia berharap pria itu bersedia
membantunya, setidaknya dokter Frans lebih baik dari pada pria yang bernama
Abi. Begitulah gambaran Felic.
“Fe …, kamu nggak kerja?” Tanya ayahnya yang baru saja pulang dari kerja, kebetulan
ayahnya mendapat sift malam.
“Fe ada urusan yah …!” ucap Felic sabil sibuk mengenakan sepatunya.
“Jangan sore-sore pulangnya Fe, kata paman Deni putranya akan menyempatkan untuk berkunjung ke sini! Dia sibuk sekali, jadi jangan sampai membuatnya menunggu!” tutur ayah Felic.
Memang dia presiden apa, sampai gue harus nyempetin waktu segala ...., bodo amet dia mau ke sini atau enggak, nggak ngaruh juga .....
“Fe kenapa malah bengong?” tanya ayah Felic saat melihat Felic terdiam.
"Memang penting banget ya yah?" tanya Felic malas.
“Teman ayah berharap sekali kamu menyetujuinya Fe!"
"Setuju apa?"
" Ya setuju untuk di jodohin sama kamu, maksud ayah putranya akan dia jodohkan sama kamu!”
Astaga …., nyesel deh Tanya ….
"Fe kan sudah bilang yah ...., Fe punya calon sendiri!"
"Tapi kalau Fe nggak bisa buktiin sama ayah, Fe sudah janji lo ya, mau di jodohin!"
“Iya ...., ya udah Fe pamit yah!” Felic mencium punggung tangan ayahnya, ia segera menuntun sepedanya keluar dari pagar rumahnya. Setelah melihat kanan kiri ia segera mengayuh
sepedanya.
Baginya menggunakan kendaraan umum tidak akan hemat, lagi pula menurut Felic bersepeda
akan membuat tubuhnya lebih sehat selain berhemat tentunya. Dengan bersepeda ia
tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun, ia hanya butuh membawa air minum di
dalam tas punggungnya.
Kali ini Felic harus bersepeda lebih lama, ia harus menuju ke rumah sakit terdekat
yang ada di pusat kota. Sesekali tampak Felic menyeka peluhnya, wajahnya sudah
sangat lusuh dengan rambut yang terikat asal itu mulai berantakan.
Akhirnya setelah mengayuh sepedanya selama satu jam akhirnya ia sampai juga di depan
rumah sakit besar itu. Rumah sakit yang berada di pusat kota. Felic merapikan
penampilannya setelah memarkirkan sepedanya di tepi parkiran rumah sakit.
Sedikit menyisir rambutnya, Felic melihat wajahnya dari cermin kecil yang berada di
tasnya memastikan jika penampilannya tidak terlalu memalukan.
Felic berjalan menuju ke resepsionis rumah sakit. Ia selama itu tidak pernah datang
ke rumah sakit, ini pengalaman pertamanya mengunjungi rumah sakit. Felic cukup
bingung dengan peraturan rumah sakit. Selama ini ia begitu takut mendengar yang
namanya rumah sakit, ia berharap tidak akan pernah mengunjungi tempat itu,
meniurutnya rumah sakit adalah tempat yang paling mengerikan, bukan Cuma karena
tempat itu banyak orang sakit dan meninggal tapi juga biaya yang akan di
keluarkan juga sangat besar jika sampai masuk rumah sakit.
Selama ini dia dan keluarganya jika sakit akan lebih suka minum obat dari warunga atau
datang ke mantra setempat, selain murah juga tidak perlu menginap.
“Ada yang bisa saya bantu, mbak?’ Tanya resepsionis itu saat melihat Felic yang
tampak kebingungan.
“Ehh…, e …., apa saya boleh Tanya?” jawab felic ragu.
“Silahkan!”
ucap wanita itu begitu ramah dengan pakaian yang serba putihnya.
“Apa saya bisa bertemu dengan Frans?” tanya Felic ragu.
‘Frans? Maksudnya dokter Frans Aditya?” tanya resepsionis itu mencoba menjelaskan identitas dokter Frans.
“Iya benar …, itu!” jawab Felic senang , ia tidak salah tempat karena orang yang dia cari berada di tempat itu, di rumah sakit besar itu.
“Apa sudah ada janji sebelumnya?” tanya resepsionis itu lagi.
Janji apa? bagaimana mau janji, ini aja masih cari orangnya .....
“Janji?” tanya Felic tidak mengerti.
“Iya…, biasanya pasien dokter Frans selalu membuat janji sebelum bertemu!”
Felic bingung harus menjawab apa, karena jika ia menjawab belum ada janji pasti wanita itu akan memintanya untuk membuat janji dulu, sedangkan waktunya tidak sebanyak itu untuk menemui pria itu.
Seorang pria yang mengenalinya sedang mengamatinya dari kejauhan, sepertinya dia baru saja menyelesaikan operasi nya. Melihat kedatangan Felic, ia pun segera menyerahkan jas putihnya pada wanita yang berdiri di sampingnya dan memohon ijin menghampiri Felic.
“lo….?” belum sempat Felic bertanya lagi, tiba-tiba dari belakang terdengar suara
yang begitu ia kenal.
“Frans!” Felic segera menoleh melihat kedatangan dokter Frans.
“Kenapa ke sini?” tanya dokter Frans terkejut melihat kedatangan Felic di tempatnya bekerja, pasti ada hal yang penting.
“gue butuh bantuan lo!” ucap Felic to the point.
Dokter Frans melihat sekeliling Felic, tidak ada siapapun, yang ada hanya beberapa suster di sana.
“Baiklah …, kita bicara di luar saja!” mendengar ucapan dokter Frans, Felic pun mengangguk.
Felic pun mengikuti langkah lebar dokter Frans dengan sedikit berlari. Mereka keluar dari rumah sakit.
"Bisa pelan aja nggak sih jalannya!?" protes Felic karena kualahan mengimbangi langkah dokter Frans.
"Cemen banget sih, gitu aja ngeluh. Katanya mau gue kasih solusi buat masalah lo!"
Walaupun terus menggerutu Felic akhirnya hanya bisa pasrah.
"Ngomongnya di mana?" tanya Felic saat sampai di luar gedung rumah sakit.
“Kita ke taman yang kemarin aja! lo naik apa ke sini?” ucap dokter Frans.
“Sepeda!”
“Ya sudah …, berarti bonceng gue pakek sepeda lo!”
“Memang lo nggak bisa bawa sepeda?” Tanya Felic tak percaya. “Yang ada cewek yang di
bonceng, bukan cowok!” gerutu Felic.
“Mau tidak? Kalau nggak mau ya udah gue nggak bakal bantu lo!”
“Iya …, iya …., ambekan banget jadi cowok!”
Akhirnya mereka pun berjalan menuju ke tempat parkiran, dokter Frans berajalan di
belakang Felic, setiap yang berpapasan dengan dokter Frans akan menyapanya
dnegan hormat, tapi Felic sepertinya tidak menyadari hal itu.
Ia menganggap jika dokter Frans hanyalah dokter magang yang masih menempuh pendidikan dokternya karena setiap kali bertemu dengannya penampilan dokter Frans
benar-benar tidak menunjukkan kalau dia seorang dokter yang frofesional, ia
tidak pernah mengenakan jas dokternya, tidak pernah berpenampilan rapi
selayaknya dokter-dokter yang lain.
Felic pun segera menyiapkan sepedanya, dokter Frans pun di bonceng oleh Felic.
Kenapa saat melihat gadis ini, aku
jadi kepikiran sama pembicaraan Eza dan bi Molly ya ….Batin dokter Frans, ia hanya bisa memandangi punggung kecil Felic.
Sepanjang jalan mereka tidak berhenti berdebat, walaupun baru bertemu beberapa kali tapi mereka merasa saling cocok satu sama lain seperti teman yang sudah lama
bertemu.
Akhirnya mereka pun sampai di taman tempat mereka bertemu beberapa waktu lalu. Mereka
duduk di salah satu kursi taman, dokter Frans membeli dua botol minuman dan
menyodorkan salah satunya pada Felic. Felicx pun segera membuka segelnya dan
meneguknya, ia begitu haus hingga ia berhasil menghabiskan setengah dari isi
botol.
“Sekarang katakan, mau minta bantuan apa?” Tanya dokter Frans setelah melihat rasa capek
Felic hilang.
“Jadilah pacar gue!” ucap Felic dengan entengnya membuat dokter Frans begitu terkejut.
"Gila nih cewek ....., tiba-tiba nembak cowok kayak beli cabe di pasar aja!"
“Maksud gue …, jadi pacar bohongan gue!” Felic segera meralat ucapannya.
“Jadi maksudnya, masalah lo sama dengan masalah gue kemarin. Setelah ini berarti kita
impas dong!”
“Sebenarnya masalah gue ini sangat pelik …., gue di jodohin sama orang yang nggak gue
kenal. Ayah gue meminta gue membawa calon suami, jika gue mau terlepas dari
perjodohan itu!”
Kenapa kita berdua senasib sekali? Apa ada maksud dari pertemuan kita berdua ya ..... batin dokter Frans.
"Kenapa malah bengong?" tanya Felic penasaran saat melihat dokter Frans malah terdiam.
“Bagus dong!” ucap dokter Frans tiba-tiba.
“bagus apanya?” tanya Felic kesal.
“sebenarnya masalah kita sama, kenapa kita tidak menikah saja!”
Mendengar ucapan dokter Frans membuat Felic terkejut. Ia segera berdiri dari duduknya berkacak pinggang menatap dokter Frans.
“Hah …., gila aja!”
"Ini berdasarkan pemikiran yang sangat dalam, jadi jangan remehin usulan gue!"
"Pemikiran macam apa kayak gitu, nggak jelas banget!"
"Ini usulan yang menguntungkan kita berdua!"
"Nguntungin apanya? Kita aja baru kenal trus tiba-tiba nikah, mau jadi apa coba ....!"
“Nggak usah lah di bikin ribet, lagian kita kan sudah sama-sama dewasa, gue rasa nikah nggak perlu kan ada cinta yang penting komitmen yang kita bangun bersama, gue raa cukup!”
"Komitmen?"
"Ya ...., komitmen buat hidup bersama sesuai dengan konsep kita, nggak usah lah ikut-ikutan orang lain!"
Felic terdiam mendengar ucapan dokter Frans. Ia memang sedang membutuhkan calon suami
supaya orang-orang tidak menggunjingnya lagi. Selain itu dia juga pengen lepas dari perjodohan itu. Dokter Frans menurutnya tidak buruk untuk di jadikan
pasangan.
“Harus sampai nikah ya?” Tanya Felic lagi.
“kalau itu di perlukan, kenapa enggak. Dengan nikah lo kan masih bisa melanjutkan
mimpi lo, gue akan dukung sepenuhnya!”
“Ya udah deh …, lusa datang ke rumah gue ya …, lo ketemu sama orang tua gue!”
Setelah pembicaraan mereka selesai, dokter Frans kembali mengantarkan Felic pulang ke
rumahnya. Tapi dokter Frans hanya mengantar sampai di gang depan.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 😘😘❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 404 Episodes
Comments
Ri Nei
pasrah bgt si kamu fel 🤗
2022-09-06
0
Tian
tenang aja felic cinta akan datang krn terbiasa ..kok...aku suka sm karekter dr frans...sikapnya merendah ngk seperti kebanyakan orang kaya lainya...untuk mengenal&menikah saja mvedakam kasta...
2022-06-10
1
Novika Riyanti
y ampn segampang itu ya mau nkah..
kyk 2 orang mau pergi jalan2...🤦🤦😁😁
maen pergi aja gitu...
2022-03-02
0