Dokter Tampan Itu Suamiku
Bersembunyi adalah keahlian gadis itu, setiap hari ia lebih suka menghabiskan waktunya di
depan layar laptop bututnya, namanya Felicia Daryl. Usia sudah dua puluh
delapan tahun, cukup mapan untuk membina sebuah rumah tangga. Bahkan
teman-temannya yang seusianya sudah banyak yang mempunyai anak usia tujuh
tahun, bahkan banyak dari mereka sudah ada yang memiliki anak dua atau tiga.
“Hay …, kemana kamu ide …?” keluh Felic sambil memukuli kepalanya sendiri, ia
sepertinya sedang mengalami “Writers block” yaitu kehilangan ide di tengah jalan, gadis dengan kepribadian supel dan cuek itu tak pernah mempermasalahkan statusnya, bahkan hingga usia ini belum pernah sekalipun ia berpacaran.
Dulu pernah satu kali pas masih duduk di bangku SMA, hanya sebuah cinta monyet. Tapi
cinta monyet itu ternyata berdampak pada kehidupannya sekarang, ia seperti tak
bisa move on dengan cinta monyet itu.
“Aku bisa gila jika terus-terusan seperti ini …., belum lagi ibu! Dia akan mengomel
sepanjang hari jika aku tidak segera turun!”
Felic meregangkan tubuhnya saat tak dapat ide lagi, Felic biasa menghabiskan hari
libur kerjanya dengan berjam-jam duduk di depan layar komputer. Ia suka
menulis, penulis novel on line, hanya sebagai kesenangan saja.
Tapi sebenarnya itu impiannya, tapi itu semua harus terhalang dengan pekerjaannya, ingin
rasanya fokus dengan menulis, tapi ia juga harus bekerja, membantu memenuhi
kebutuhan keluarganya dan juga dirinya sendiri.
Rumah yang ia tinggali saat ini
bersama keluarganya adalah rumah yang mereka beli dengan mengangsur setiap
bulan, untung saja pemilik rumah sangat baik hingga mereka tidak mematok biaya
yang harus di angsurkan, jadi saat ayah felic tidak bisa mengangsurnya di bulan
itu, pemilik rumah tidak akan menagihnya hingga ayah Felic punya uang untuk
mengangsurnya kembali.
Rumah lamanya dulu di gusur dan mereka harus mencari rumah baru, mereka tak punya cukup uang untuk membeli rumah secara kontan.
Dan saat itu adalah saat di mana seharusnya ia mendaftarkan diri ke perguruan
tinggi akhirnya felic memilih melepaskan impiannya mendaftarkan diri ke
perguruan tinggi.
Felic memilih membantu orang tuanya dengan bekerja kerabutan demi membatu perekonomian keluarganya, adiknya saat itu juga masih baru masuk SMA. Keluarganya
membutuhkan banyak biaya, ayahnya hanya bekerja sebagai satpam komplek
perumahan sedangkan ibunya hanya membuat kue pesanan.
“Felic …..!” teriak dari bawah, Felic tahu itu suara siapa itu suara ibunya. Ibunya
sudah memanggil, jadi sudah waktunya itu Felic keluar dari persembunyiannya.
Padahal ia belum menulis Setengah bab pun untuk di up date hari ini.
“Iya bu sebentar!” sahut Felic.
Lagi-lagi ia harus mendengus setiap kali suara kencang itu memanggilnya, Felic adalah dua
bersaudara. Adiknya juga perempuan, tapi ia sudah menikah dan mempunyai seorang
anak, adik perempuannya sudah tinggal bersama suaminya di luar kota dan akan datang satu bulan sekali itupun cuma satu atau dua malam.
Felic dengan langkah gontai menuruni tangga yang hanya terbuat dari kayu itu.
Kamarnya di atas karena ia memilih kamar di atas supaya tidak ada yang akan
menggangunya saat sedang menulis, tapi ternyata itu pilihan yang salah.
Nyatanya Felic keasikan dengan dunianya sendiri sehingga melupakan dunia luar. Orang
tuanya menyesali keputusan mereka.
“Ada apa bu?” Tanya felic malas, ia duduk di depan ibunya yang sedang sibuk mengaduk
adonan kue di dapur.
Ibu Felic adalah pembuat kue, ia sering menitipkan kue-kuenya di toko-toko dan warung-warung dekat rumah selain menunggu pesanan, ibunya bernama Yani. Bu Yani si pembuat kue begitu tetangga mengenalnya,
walaupun baru sepuluh tahun mereka tinggal di tempat itu.
Tapi keluarga Felic cukup di kenal tetangga, salah satu penyebabnya adalah karena status Felic yang belum menikah.
“Tepung ibu habis, kamu belikan di warung ya! Ini uangnya!” ucap ibu Felic sambil
meletakkan selembar uang sepuluh ribuan di depan felic.
“Felic males bu, felic nggak suka sama omongan mereka! Kuping Fe panas ….!” Felic
kesal setiap kali keluar, yang di tanyakan topiknya selalu sama dan sama
membuatnya malas bertemu dengan tetangga.
“Makanya kalau nggak mau di omongin kayak gitu, nikah!” ucap ibu Felic, ia sudah tahu
apa yang di maksud putrinya itu.
Ia pun juga mengalami hal yang sama, bukan
cuma Felic, ibu dan ayahnya pun juga selalu di Tanya-tanya kapan mereka akan
menikahkan putri sulungnya itu, sedangkan putri bungsunya sudah menikah lebih
dulu.
“Lalu Felic mau nikah sama siapa bu?, sama sapi!” ucap Felic kesal.
“Kalau kamu mau nggak pa pa, ibu nikahkan kamu sama sapi, ibu malu terus di omongin
orang, punya perawan tua nggak nikah-nikah, mau taruh di mana muka ibu coba!”
Astaga bukannya mendapat pembelaan
sekarang malah gantian di ceramahi …, dasar emak-emak ….
“Jangan mengatai ibu, ibu tahu apa yang kamu pikirkan!” ucap ibu Felic tanpa menatap
pada felic, ia masih sibuk dengan adonannya.
“Baiklah …, baiklah …, Felic ke warung. Tepung apa?” Felic menyerah. Ia sudah cukup
kesal, tidak mau bertambah kesal lagi dengan ucapan ibunya yang selalu memintanya untuk menikah.
“Tepung terigu satu kilo, ingat ...., satu kilo!” ibu Felic memastikan jika Felic mengingat
pesanannya.
“Iya …, iya …! Aku mengingatnya!” jawab Felic sambil berlari. Ia sudah cukup malas
mendengar ocehan ibunya, menikah, menikah dan menikah.
Aku heran kenapa semua orang ingin
aku cepat menikah…, apa enaknya menikah, nggak bisa bebas, kemana-mana harus
ijin, bawa bayi …, ya ampun …..
Felic terus menggerutu sepanjang jalan, ia tidak suka melihat pandangan orang
padanya. Seakan-akan setiap melihatnya orang-orang itu sedang menghakiminya.
Felic mempercepat langkahnya agar cepat sampai di warung. Teman-teman satu kompleknya memang sudah menikah semuanya, tinggal dirinya saja yang belum menikah.
Hal itulah yang membuat Felic selalu menjadi omongan tetangga, ia tidak menyangka
ia akan tinggal di lingkungan seperti ini.
Akhirnya sampai juga di warung yang di tuju. Felic melihat sekeliling, terlihat sepi
tidak ada yang akan belanja selain dirinya.
Untung sepi …..
“Bu …, tepung terigu nya ya!”
“Eh…, Felic. Libur ya?”
“Iya bu!”
“Berapa?”
Astaga aku lupa …, berapa ya tadi….?
“Setengah kilo kayaknya, bu!”
Pemilik warung segera menyiapkan pesanan Felicia, tak berapa lama pemilik warung pun
menyerahkan sebungkus tepung.
“Kok di rumah saja, nggak jalan-jalan? Biasanya kalau hari minggu gini suka pergi
jalan-jalan loh sama cowoknya!”
“Nggak bu! Di rumah aja …!” jawab Felicia dengan senyum yang tampak di paksakan.
“Cepetan nikah makanya Fe …., biar ada yang ngajak jalan-jalan. Sudah ada calon belum
nih? ibu punya sepupu cowok loh …., mau ibu kenalin?”
Dan benar saja pertanyaan yang sama dan topik yang sama. Felicia hanya bisa tersenyum
penuh kegetiran.
“Nggak usah bu, Fe belum ingin menikah!”
Dan kesialan pun bertambah saat segerombolan ibu-ibu ikut-ikutan ke warung, dan alhasil Felicia menjadi bulan-bulanan ibu-ibu.
“Mbak Felic …., sendiri aja?”
“Iya nih Felic …, kapan nikah, itu si Ningrung saja usianya masih dua puluh tahun
sudah punya satu anak loh …!”
Apa untungnya menikah muda? Memang
dia bahagia ….?mau beli susu anaknya aja kesulitan, apa yang di banggakan coba
…
“Iya loh …, si Niken teman kamu satu sekolah baru saja melahirkan anaknya yang ke
tiga!”
“Bu tepungnya tadi berapa?”
“Enam ribu …!” Felicia segera menyerahkan uangnya dan mengambil kembaliannya, ia pun
meninggalkan warung itu, dari pada berlama-lama di sana membuat hatinya panas
saja. Tapi belum juga jauh, suara mereka masih terdengar membicarakannya.
“Ya gitu deh kalau terlambat menikah, nggak laku-laku jadinya!”
“Iya …, padahal cantik loh ya …, tapi kok nggak ada cowok yang mau sama dia ya?”
“Kelangkahan itu sama adiknya, gitu tuh kalau adiknya menikah duluan. Dianya jadi nggak
laku-laku!”
“Iya jadi susah dapet jodoh ….!”
Menjadi perawan tua sepertinya menjadi kutukan bagi warga tempat tinggal Felic padahal siapa yang bisa menjamin kebahagiaan seseorang, menikah muda bukan jaminan seseorang bisa bahagia.banyak yang menikah muda dan berakhir dengan perceraian,
ada juga yang nikah muda dan jadi korban KDRT gara-gara nggak bisa biayai
kehidupan rumah tangganya.
Sering kali ibunya bahkan malu untuk keluar
rumah karena selalu di tanya kapan putri pertamanya itu akan menikah.
Sebelum melepaskan putri keduanya menikah sebenarnya orang tua Felic sudah
mengultimatum pada Felic untuk mencari pasangan, setelah memberi waktu selama
satu tahun ternyata hasilnya nihil. Felic tak juga mendapatkan pasangan, akhirnya Felic mengijinkan adiknya untuk menikah terlebih dahulu, tapi sekarang ternyata pernikahan adiknya menjadi topik gunjingan baru di lingkungannya.
🌷🌷🌷🌷
Kehidupan yang keras sering kali di hindari, tapi tahukan kita jika kehidupan yang keras
ini akan menjadikan manusia yang lebih baik dan tangguh. Bersyukurlah dengan
kehidupan yang sering kali kita keluhkan ini, bisa jadi kehidupan yang seperti
ini di dambakan oleh orang lain
🌷🌷🌷🌷
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 404 Episodes
Comments
Lia Shechibie'slove
ya Allah Felice sabar ya,Akupun usianya 28thn &sudah menikah dan punya anak usia 3thn,wajah GK kelihatan usianya segitu malahan klw keluar gk sama keluarga kayak masuk kyk anak Remaja Ting tong😂😂😂😂
2022-11-03
1
Ilas Momnya Annisa
td katanya 2bersodara adik nya SMA.. tp ujuk2 udah nikah bingung aku 🤔🤔
2021-09-23
1
Ilas Momnya Annisa
td katanya 2bersodara adik nya SMA.. tp ujuk2 udah nikah bingung aku 🤔🤔
2021-09-23
1