Pagi ini Felic bersiap-siap lebih pagi karena harus berangkat lebih awal jika tidak dia akan terlambat, sepedanya tidak ada. Ia harus jalan kaki ke tempat kerja.
“Fe…, sepeda kamu kemana?” Tanya ibu Felic yang sedari tadi pagi tidak melihat
sepeda Felic. Semalam ia tidak melihat Felic pulang.
“Ada bu, di bawa teman!”
“Siapa temanmu yang mau bawa sepeda butut kayak gitu?”
“Semalam nggak ada kendaraan jadi dia pinjam sepedah Felic!”
"Lalu ...., itu apa?" ibu Felic melihat bungkusan kresek yang ada di tangan Felic.
"Oh ....., ini!"
"Iya itu ....?"
"Ini sepatu temen Felic bu, semalem di pinjemi. nih mau Felic kembalikan sekalian ambil sepedah Felic!"
Felic berencana mengembalikan sepatu dokter Frans nanti setelah pulang kerja sekalian mengambil sepedanya, soalnya kalau di ambil pagi takut tidak keburu karena ia juga tidak tahu di mana alamat dokter Frans.
“ Oh gitu ....! Ya udah kalau gitu sarapan dulu Fe, satang kan uangnya kalau buat beli di luar mending di tabung!”
“Nggak bu, Felic udah terlambat! Takut nggak ke buru!”
"Ya sudah lah terserah kamu!"
"Felic berangkat dulu ya bu!"
Felic pun keluar dari rumahnya dengan sedikit terburu-buru, ia tidak mau sampai ketemu
sama tetangganya yang kepo. Pasti kepulangannya semalam dengan seorang pria
menjadi gosip hangat lagi.
Dan benar saja, belum terlalu jauh berjalan ia sudah bertemu dengan tetangga
keponya. Ingin rasanya cepat berlari saja dari tempat itu.
“Felic…, tunggu!” panggil tetaangganya.
“Iya bu!” Felic pun terpaksa berhenti, mau tak mau ia harus menghentikan langkahnya sejenak.
“Semalam suami ibu melihat kamu pulang sama seorang cowok, pacar kamu ya? Atau
jangan-jangan diam-diam kamu menghanyutkan lagi!”
“Nggak kok bu, bukan itu temennya Felic!”
“Cepet di halalin aja napa Fe, udah gede juga, dari pada nanti kebablasan loh …!”
“Iya bu, mari ….!” Felic segera berlalu.
Felic tidak mau berlama-lama di tempat itu, bisa-bisa ucapan ibu-ibu itu akan merembet kemana-mana.
Rasanya ia ingin sekali pindah dari tempat
itu dan mencari tempat tinggal baru, tapi keinginan itu selalu saja kandas karena
memikirkan orang tuanya, ayahnya sudah tua ia tidak mungkin membuat ayahnya
semakin kepikiran.
Fe berjalan kaki cukup jauh, ia tidak tertarik untuk memakai jasa angkutan umum, selain lebih sehat jalan kaki juga bisa menghemat biaya karena minggu depan waktunya dia dan keluarganya membayar angsuran rumah.
Akhirnya setelah berjalan cukup jauh, Felic sampai juga di tempat kerjanya. Di sana ia langsung disambut oleh bang Ilham, sesama Cleaning service.
“Fe…, terlambat lagi ya?” Tanya bang Ilham lagi.
“Iya bang, maaf ya merepotkan abang terus sih! Felic jalan kaki tadi!"
“Nggak pa pa, belum buka juga …, sudah sana siap-siap!"
Bang Ilham memang sangat penyabar orang ta, dia tidak pernah mengeluhkan apapun tentang Felic, malahan sering membantu pekerjaan Felic.
‘Iya bang!”
Felic pun berlalu hendak menuju ke ruang ganti, tapi bang Ilham kembali menghentikan langkahnya.
“Oh iya Fe, tadi ada cowok yang nganterin sepeda kamu!”
“Sudah di anter?”
“Iya …, tuh di samping!”
“Cepet banget …! Lalu sepatunya?”
"Kenapa Fe, ada masalah?" tanya bang Ilham yang melihat Felic yang malah terbengong.
"Oh nggak bang, nggak pa pa! Ya udah Felic ganti baju dulu ya!"
Felic pun kembali melanjutkan langkahnya ke ruang ganti dan mengganti bajunya dengan seragam cleaning service nya. Ia memilih fokus dulu dengan pekerjaannya dan memikirkan soal sepatu itu nanti selesai kerja.
Felic pun memulai pekerjaannya. Seperti biasa ia akan baru beristirahat setelah jam Sembilan
dan mulai bekerja lagi saat bank sudah akan tutup. Di sela-sela istirahatnya
dari pada pulang ia lebih suka menghabiskan waktunya untuk menulis cerita di
buku kecilnya dan setelah sampai di rumah ia akan mengetiknya.
Hari ini pekerjaan Felic selesai lebih cepat, ia tidak suka pulang ke rumah dalam
keadaan masih siang seperti ini, ia memilih mengayuh sepedanya ke taman, selain
mencari inspirasi ia juga bisa lebih tenang di sana.
Sebenarnya ingin mencari alamat dokter Frans tapi melihat alamat di kartu nama itu, sepertinya sangat jauh. Ia pun kembali meletakkan sepatu itu di keranjang sepdanya.
Felic duduk di salah satu kursi taman, ia mengambil botol minumnya di dalam tas
ranselnya, meneguknya perlahan sambil menikmati cahaya senja. Ia mengeluarkan
buku kecilnya dan sebuah pulpen, mencoba menuliskan beberapa kata di sana,
merangkainya menjadi kalimat yang indah.
Tapi belum juga mendapatkan satu buah paragraf, otaknya sudah terasa buntu. Ia
menghela nafas,
“kenapa?”
Tiba-tiba suara seseorang membuatnya terkejut hingga ia menjatuhkan bukunya.
“Astaga…, siapasih lo …, tiba-tiba nongol aja!” keluh Felic dan segera mengambil
kembali bukunya yang telah terjatuh.
"Karena gue tahu lo pasti bakal nyari gue setelah ini, gue tadi liat lo bawa sepeda lo ke sini, makanya gue nyusul!"
"Nggak tanya!" jawab Felic ketus. Tapi sepertinya ucapannya nggak terlalu berpengaruh terhadap pria itu.
“Geser dong duduknya!”
Walaupun terus menggerutu, ia akhirnya bersedia menggeser duduknya. Pria itu duduk di samping Felic.
“kenapa di sini sendiri?”
“Lagi jualan sate!” jawab Felic asal.
“Lucu juga lo ….!” Ucap pria itu sambil membidikkan kameranya ke segerombolan
anak-anak yang sedang bermain bola.
Felic menatap pria itu penuh keheranan, melihat penampilannya yang seperti itu. Ia
jadi teringat dengan tag namanya yang kemarin ia tunjukkan. Penampilannya
tidak menunjukkan kalau dia seorang dokter. Selengean dan nggak punya aturan.
“Kenapa ngelihat gue kayak gitu? Naksir ya?”
“Ge Er banget lo jadi orang!"
Felic kembali fokus ke depan, ia melihat anak-anak itu, anak-anak yang sedang berlarian mengejar bola, sesekali ia menarik sudut bibirnya ke atas, pemandangan itu cukup menghiburnya.
"Lo suka anak-anak juga?" tanya pria itu.
"Nggak terlalu sih, tergantung sikonnya. Kalau pas gue nggak banyak kerjaan anak-anak itu bisa jadi hiburan buat gue, tapi kalau pas gue lagi sepaneng, pengen gue cakar aja kalau ada anak-anak di dekat gue!"
"Galak juga lo!"
"Lo beneran seorang dokter?"
“Menurutmu?”
“Bukan!”
“Ya udah anggap saja seperti itu! Gue lebih suka lo nganggap gue orang biasa aja!"
“Kalau ngomongnya kayak gini, gue yakin lo dokter!"
“Nah itu udah tahu …, perkenalkan nama saya dokter Frans Aditya. Jadi lo boleh
panggil gue apa saja!”
“Jadi lo beneran dokter?”
‘Terserah lo saja lah ….!”
“Tapi dokter kok jalan kaki sih ….?”
“Suka-suka gue …., karena gue sudah perkenalkan diri gue, sekarang giliran lo, siapa nama
lo?”
“Felicia…., Felicia Daryl!”
“Nama lo keren juga …!”
***Sesuatu itu di ciptakan dengan kadarnya masing-masing, jadi mencintai dan membenci juga sesuai kadarnya saja nanti kalau sakit biar nggak terlalu ......
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 😘😘❤️❤️❤️***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 404 Episodes
Comments
Nicky Nick
mantul thoor..
2021-07-11
1
Agna
hhhmmm.... dokter Frans keren deh💞💞💞💞
2021-04-11
1
Ayyu S
💕💕💕💕
2021-04-10
0