Hari ini Felic hanya sibuk mondar mandir di rumahnya, ia bahkan naik turun dari
kamar ke ruang tamu, kembali ke kamar, ke teras hanya untuk menunggu seseorang.
Sejak pagi ia benar-benar di buat tidak tenang. Pasalnya hari ini sudah jatuh
tempo waktu yang di tentukan ayahnya untuk Felic.
“Sudahlah Fe …, nggak usah di tunggu …, paling juga nggak akan ada yang datang. Kamu
nyerah saja dan terima perjodohan ini, di jamin deh kamu nggak akan nyesel,
orang anaknya cakep banget!” ucap ayahnya santai sambil nonton tv, ayahnya
sengaja mengambil sift malam agar bisa bertemu dengan orang yang di maksud
Felic.
“Ayah…, ih…., dia pasti datang yah …, percaya deh sama Felic. Dia kan calon dokter,
jadi mungkin masih sibuk dengan pasien-pasiennya!”
“Ibu nggak percaya kamu bisa kenal sama dokter, ke rumah sakit saja takut …, mana
mungkin bisa kenal sama dokter!” ucap ibunya tak percaya, saat ini ibunya
sedang asik nonton sinetron kesukaannya, ratapan hati seorang istri. Ibu felic
benar-benar tidak mau ketinggalan acara itu, kalau sudah nonton itu, ibu Felic
biasanya sampek nangis-nangis.
“Lihat aja nanti kalau datang, kalian pasti terpesona sama dia!” ucap felic kesal, ia
pun memutuskan untuk ikut duduk bersama orang tuanya.
Drama pun di mulai, ibu Felic sudah mulai menangis tersedu-sedu.
“Kurang ajar sekali sih suaminya itu …., awas saja kalau di sini aku ulek mulutnya sama
sambal!” omel ibu Felic sambil nangis Bombay.
“Ih…, ganti aja bu …, jangan di liat kalau bikin nangis!” ucap Felic.
“Gimana ibu nggak nangis, mikirin keluarga mereka kayak gitu, kasih sekali anaknya!”
“kurang kerjaan banget sih bu, segala senetron di pikirin …, mikir hidup sendiri aja
bikin nangis, repot-repot mikir tv!” gerutu Felic. Ia sudah sangat kesal karena
yang di tunggu tak juga kunjung datang, di tambah lagi liat ibunya yang
nangis-nangis Bombay.
Tapi kekesalannya segera menguap mana kala ia mendengar suara motor yang berhenti di
depan rumah mereka.
“ayah…, ibu …, dengar suara motor kan? Kayaknya dia datang deh!” ucap felic sambil
menanjamkan telinganya agar bisa mendengar lebih jelas. Ia pun segera beranjak
dari duduknya dan ebrlari ke depan, pintunya sudah terbuka semenjak tadi.
Seseorang turun drai motornya, dan segera melepas helmnya. Semampilkan sosok yang luar biasa. Dia begitu berbeda hingga membuat Felic terkesima di buatnya.
“Hei…, kenapa bengong seperti itu? Heran ya liat gue gantengnya nggak ketulungan.
Emang sih gue ini titisan malaikat, jadi tidak heran kalau lo terpesona …!”
ucap pria itu dengan tengilnya, siapa lagi yang punya kepedean lefel top kalau
bukan dokter Frans.
“Hoek…..!” Felic pura-pura muntah. “Amit-amit deh gue terpesona sama makluk
jadi-jadian kayak lo …!”
“sudahlah…., nggak usah pura-pura, gue tahu lo sebenarnya mau muji gue. Terimakasih
atas pujianya, gue sangat menghargainya!”
“Sudah jangan berisik, bersikaplah baik dan manis, biar ntar lo luylus jadi calon
mantu!”
Dokter Frans pun segera mengatur nafasnya.
“kenapa kayak gitu?’ Tanya Felic yang heran.
“Nggak tahu nih …, ngomongin camer …., tiba-tiba aja gue jadi deg-degan!”
“lebay….!” Cibir Felic.
“Iyo masuk!” ajak felic.
Mereka pun segera masuk ke dalam rumah, felic meminta dokter Frans untuk duduk di
ruang tamu.
“Duduk diam di sini, gue panggil ayah sama ibu dulu!”
“Iya! Bawel banget …!”
Felic pun segera masuk dan menghampiri kedua orang tuanya yang masih asik menikmati
acara tv yang selalu bikin nangis itu.
“ayah…, ibu …, orangnya sudah datang!” ucap Felic dengan senyum sumringah.
“Beneran…, kamu nggak ngimpi kan?” Tanya ayah Felic.
“Ayah ini ….!”
Ayah dan ibu Felic segera mematikan tv. Ia jadi penasaran sama orang yang sudah
dekat dengan putrinya setelah sekian lama putri sulungnya itu tidak pernah
mengenalkannnya pada pria manapun.
Melihat kedatangan ayah dan ibu Felic, dokter Frans egera berdiri dan menyambutnya.
“selamat sore om …, tante …!” sapa dokter Frans.
“Sudah duduk saja!” ucap ayah felic. Dokter Frans pun kembali duduk di susul ibu dan
ayah Felic, sedangkan Felic segera ke dapur untuk membuatkan minum.
“Siapa nama kamu?’ Tanya ayah felic.
“Saya Frans om …, Frans Aditya!”
“Apa pekerjaan nak Frans ini?”
“Kebetulan saya salah satu dokter tetap di salah satu rumah sakit swasta om …!”
“Jadi benaran kamu dokter?”
“Iya om!”
“Anak om itu kan takut sama hal-hal yang berbau rumah sakit, kok bisa kenal sama nak
Frans, emang ketemunya di mana?”
“Ketemunya di tempat reoni Felic, om. Saat itu saya sedang seminar di gedung yang sama,
jadi kami tidak sengaja ketemu!”
Tak berapa lama Felic datang dengan membawa nampan yang berisi minuman dan juga camilan. Felic pun ikut bergabung dengan mereka.
“Om tidak ingin yang main-main, kalau nak Frans memang sudah yakin dengan putri
kami. Kami menginginkan kalian menikah secepatnya!” ucapa ayah Felic berhasil
membuat Felic dan dokter Frans terkejut, walaupun mereka tahu ujung dari
pembicaraan panjang itu adalah pernikahan tapi tetap saja kata menikah adalah
hal yang masih begitu asing untuk mereka.
Felic dan dokter Frans saling bertatapan, mata mereka bertemu. Mata yang menyiratkan
kevingungaan, apa yang mereka sudah yakin tapi menjadi berbeda saat berhadapan
dengan oorang tua.
“Bagaimana nak Frans? Apa nak Frans setuju menikah secepatnya?” Tanya ayah felic lagi.
Dokter Frans pun menatap Felic, berusaha meminta pendapat pada wanita di depannya itu. Tapi sepertinya felic malah balik bertanya padanya. Dokter Frans pun kembali
menghela nafas, ia kembali fokus pada tujuannya datang ke tempat itu.
“Saya siap om …, menikah dengan putri om!”
“Alhamdulillah deh kalau gitu!”
“Kalau gitu kapan rencananya kalian mau nikah?” Tanya ibu Felic pada dokter Frans.
“Itu terserah om sama tante saja, Frans siap!”
“Baiklah …, kalau gitu kalian nikahnya lusa, besok persiapan dan lusa kalian nikah!”
“Hah…, lusa?” ucap felic dan dokter Frans bersamaan, mereka benar-benar di buat
terkejut dengan keputusan ayah Felic.
“Iya ibu juga setuju, lebih cepat lebih baik. Ibu nggak mau Felic sampai gagal nikah
lagi!”
Setelah terlepas dari keterkejutannya. Dokter Frans pun tak punya pilihan lain selain
melanjutkan rencanannya. Lagian baginya cepat atau lambat sama saja, ia hartus
segera menikah. Dan Felicia adalah wanita yang tepat menurutnya.
“Baiklah om …, saya siap. Kalau begitu saya permisi, saya harus egera mengurus urusan
surat menyurat, kalau boleh saya meminta surat-surat milik Felicia juga biar
saya urus sekalian!”
Baginya mengurus surat-menyurat hal yang sepela, karena ia punya banyak kolega di sana.
Ia tinggal suruh anak buah tau beres. Ia tidak mungkin menyerahkan urusan itu
pada Felic atau orang tua Felic, merteka pasti akan sangat di repotkan. Kalau
orang normal, pasti tidak cukup satu hari untuk menyelesaikan urusan
surat-menyurat.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 😘❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 404 Episodes
Comments
Lia Shechibie'slove
emang si Frans gak normal gitu thorrrr
2022-11-03
0
Balqis Shopp
setuju menuju SAH....
2021-09-12
0
Risya
serba dadakan 😀😀😀
2021-08-08
0