“Fe…., tadi ibu dapat ini di depan rumah, sepertinya ini untukmu!” ucap ibu Felic
sambil menyiapkan bekal untuk ayahnya. Ayahnya seorang satpam komplek perumahan
elit. Ia tidak akan sempat pulang untuk makan siang, hari ini ayahnya mendapatkan sift jaga siang.
Felic sedang berdiri di atas tangga, ia sudah bersiap untuk bekerja. Felic melihat ayah dan ibunya sedang berada di meja makan.
“Apa bu?” Tanya Felic, ia sudah menenteng tasnya hendak berangkat kerja. Ia dengan
penampilan yang apa adanya itu, celana panjang dan kaos.
“Nggak tahu, kayaknya undangan!” ucap ibu Felic sambil menunjukkan sebuah undangan.
"Undangan pernikahan lagi ya Bu?" tanya Felic malas, ia paling kesal setiap kali mendapat undangan pernikahan, pasti ujung-ujungnya selalu sama, pertanyaannya kapan nikah? kapan nyusul? itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang paling di hindari oleh Felic dari pada membuat moodnya ancur.
"Bukan deh kayaknya!"
Felic pun memilih menuruni tangga, ia ikut duduk bersama ayahnya. Tidak biasanya ia
sarapan di rumah, biasanya ia lebih suka makan nasi pecel milik bu Tumi yang
berada di pinggir jalan dan membungkusnya di bawa ke tempat kerjanya. Tapi
karena undangan itu ia jadi ikut duduk bersama ayah dan ibunya di meja makan.
Ia begitu malas setiap kali berada di meja makan, pasti topiknya akan sama. Felic
membuka undangan itu dan membacanya.
“Reoni!?" baca Felic pada kertas itu.
Rasanya malas mengikuti reoni seperti itu, ia teringat reoni tahun lalu. ia bahkan
menjadi bahan gossip seluruh temannya, hanya dia yang tidak membawa
pasangannya. Sebelum acara di mulai ia memilih untuk pulang lebih dulu karena nggak suka dengan komentar-komentar teman-temannya.
Kalau cowok sih mending, nggak akan ada yang ngomongin, tapi entah
kenapa jika itu seorang wanita yang tidak menikah-menikah akan jadi bahan
gossip di manapun tempatnya.
“Reoni …?” ibu Felic tersenyum senang.
“Itu bagus …, kamu harus ikut! Kamu bisa dapat jodoh nanti di sana, kan teman-teman SMA kamu yang cowok banyak yang belum
nikah, dekati salah satu dari mereka …”
“Males ah bu …!” jawab Felic dengan nada malas-malasan. Ia benar-benar tidak tertarik dengan acara reoni itu, selain harus ngeluarin uang, dia juga bakalan jadi bulan-bulanan.
Felic tahu pasti akan seperti itu jadinya. Ia memilih bangun dari duduknya dan segera
meninggalkan meja makan. Ia tidak jadi sarapan di rumah, ia memasukkan undangan
itu ke dalam tas kainnya. Meninggalkan ibunya yang terus mengomel tidak jelas
karena Felic selalu saja menghindar setiap kali berbicara soal menikah.
"Fe ....., ibu belum selesai bicara ya ......!" teriak ibu Felic. Tapi tetap saja Felic tak menghentikan langkahnya.
“Sudah lah buk, jangan terlalu keras sama Fe …, nanti dia malah kabur, kita yang
repot! Biarlah ...., dia sudah dewasa juga ...., kalau sudah waktu ketemu jodohnya, anak itu juga akan nikah!”
"Tapi kapan yah, anak kamu itu cueknya minta ampun!"
"Sabar ....., ayah jamin nggak akan lama lagi!"
“Mau gimana lagi yah …., ibu malu setiap hari jadi omongan tetangga!”
“Sudah jangan di pikirkan, ayah berangkat dulu!”
Sebenarnya Felic masih mendengarkan pembicaraan orang tuanya dari luar, ia hanya bisa menghela nafas. Sebenarnya kasihan melihat ibunya selalu jadi bahan gossip seluruh
tetangga, tapi mau bagaimana lagi ia belum berminat untuk menikah, masih banyak
yang ingin ia raih. Termasuk cita-citanya untuk menjadi penulis tentunya. Ia takut jika menikah makan cita-citanya akan menguap begitu saja karena ia terlalu sibuk dengan urusan rumah tangganya.
Ia segera mengayuh sepeda nya saat mendengar ayahnya keluar, ia tidak mau ayahnya melihat kesedihannya. Ayahnya adalah ayah yang pengertian, ia tidak pernah
memaksakan kehendaknya untuk Felic. Semua terserah Felic.
Tempat kerja Felic tidak terlalu jauh dari rumahnya hanya butuh waktu setengah jam
untuk mengayuh sepeda mininya. Jalanan masih sepi setiap kali ia berangkat
kerja. Ia seorang office girl di sebuah bank swasta, ia mendapatkan pekerjaan
itu dari temannya yang juga bekerja di situ, temannya menjadi service center di
sana.
Pendidikannya yang hanya mencapai SMA membuatnya kesulitan mencari pekerjaan. Mendapatkan pekerjaan sebagai office girl aja sudah sangat untung. Ia punya cita-cita
menjadi seorang penulis, tapi lagi-lagi keterbatasan yang membuatnya tak bisa
berkembang, ia hanya bisa menulis online saja.
“Fe…, tumben siangan!” sapa sesama teman satu pangkat dengan Felic sama-sama cleaning service.
“Iya bang …., tadi ada urusan sedikit! Ya udah bang saya siap siap dulu!” jawab Felic dengan senyumnya yang terasa ringan ia angkat dari bibirnya walaupun rasanya tubuhnya kelu di terpa kerasnya kehidupan.
Ia punya rekan kerja namanya bang Ilham, usianya sebenarnya tak jauh beda sama
Felic. Tapi dia sudah punya istri dan dua anak. Felic memulai kesibukannya,
menyapu, mengelap kaca, mengepel dan membuang sampah adalah rutinitasnya setiap
hari, semuanya harus bersih saat bank mulai buka.
Felic meregangkan otot-ototnya saat yang teras kaku, ia membuka nasi pecelnya yang
tadi sempat ia beli di warung bu Tumi. Perutnya sudah sangat lapar pengen di
isi. Ia memakan nasi pecel itu di sudut pentry.
“Dorrr…!” seseorang mengagetkannya dari belakang.
“huk huk huk ….!” Felic tersedak , ia segera mengambil minumannya dan meminumnya.
“Maaf …, maaf …, gue nggak sengaja!”
“Ada apa sih Sya?”
Ersya adalah teman yang telah merekomendasikan Felic bekerja jadi office girl, dia cukup beruntung bisa kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang bagus, dia juga
teman satu SMA Felic.
“Besok ikut Reoni ya ….!”
“Nggak ah Sya …, males!”
“Kenapa? Padahal gue pengen banget datang, suamiku lagi tugas di luar kota, gue nggak mungkin datang sendiri, temani gue ya …, gini deh gaunnya nanti gue yang beliin deh!”
Sebenarnya Felic begitu malas untuk datang di acara reoni itu, tapi melihat Ersya memohon
seperti itu membuatnya tidak tega. Apalagi Ersya adalah sahabat baiknya, dia
juga sangat berjasa dalam hidupnya.
“Baiklah …, gue akan ikut!”
“Yes …, makasih ya …., ya udah gue kerja dulu. Nanti sepulang kerja kita ke mall,
gue yang belanjain!”
Felic hanya bisa mengangguk. Ia tidak mungkin menolak permintaan Ersya. Lagian kali
ini Ersya tidak dengan suaminya jadi, dia akan punya teman nanti. Ia tidak
bingung mencari teman ngobrol seperti tahun lalu.
Sore ini setelah pulang kerja, Ersya mengajak Felic ke mall. Ia membelikan gaun dan
sepatu untuk Felic. Harganya memang tidak mahal tapi akan terasa mahal jika ia
membeli dengan uangnya sendiri, gaun dan sepatu itu harganya setengah gajinya
sebulan. Cukup mahal untuk Felic.
Ia kan berpikir ribuan kali untuk membeli gaun semahal itu, tapi Ersya tetap
memaksanya walaupun felic menolak. Ia tidak bisa mengganti uang itu.
Sekeras apapun kita menolaknya …, jika kita di takdirkan untuknya, maka banyak jalan
yang akan membuatnya bertemu …
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 404 Episodes
Comments
Ida Ida
tuch buat adek fe....ngaca kk y kerja cuma jdi cs bisa byr kuliah ..TPi GK ad santuy y SMA KK y....najong dach pnya Ade kyk gitu
2023-03-09
1
Skolastika Nur Intan Kusuma
nnti di reuni Felic ketemu sama jodoh nya g ya?? lanjut baca nya deh
2022-08-31
0
Ahmat Hapids
yah ini sih visusl harads
2021-06-04
0