Pagi itu ... Elina sudah siap - siap berangkat ke pantai bersama pamannya untuk menyelam. Setelah sampai dipantai, Paman Arya sudah menghidupkan kapalnya. Elina naik dikapal dan langsung duduk dibelakang mempersiapkan alat - alat penyelamnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat seorang pria terbaring dengan banyak luka disekucur tubuhnya, ia lalu berteriak. Paman Arya yang mendengar teriakan Elina langsung berlari kearahnya.
"Ada apa El? Kenapa kamu berteriak?" tanya Paman Arya.
"Paman ... lihat. Ada mayat!" Dengan wajah kaget sambil menunjuk pria itu.
Paman Arya yang melihat pria itu langsung memeriksa nafasnya.
"Tenanglah ... dia masih hidup," jawab Paman Arya.
"Tapi ... kenapa dia tidak bergerak sama sekali paman?" tanya Elina.
"Itu karena dia pingsan, sepertinya lukanya sangat parah. Mungkin dia dilukai seseorang," jawab Paman Arya.
"Kalau begitu ... sekarang kita bawa dia kerumah sakit paman," kata Elina.
"Tidak bisa El. Kalau ke Rumah Sakit kita harus keluar pulau dulu dan itu butuh beberapa jam. Takutnya tidak sempat, dia butuh pertolongan sekarang," jawab Paman Arya.
"Kalau begitu ... kita bawa saja dulu ke Puskesmas," kata Elina.
"Baiklah," jawab Paman Arya.
Paman Arya kemudian menggendong Dimas dipunggungnya dan membawanya ke Puskesmas satu - satunya yang ada dipulau itu. Setelah sampai di Puskesmas, Dimas langsung diperiksa oleh Dokter Rian.
"Dia siapa paman?" tanya Dokter Rian sambil memeriksa Dimas.
Elina dan pamannya saat itu berdiri disamping Dokter Rian.
"Paman tidak tahu, tadi Elina dan paman menemukannya dikapal," jawab Paman Arya.
Dokter Rian melihat Elina yang masih syok dan pucat.
"Kamu tidak apa - apa El?" tanya Dokter Rian sambil memegang kepala Elina.
"Aku tidak apa - apa kak. Kakak periksa saja dia" jawab Elina.
"Tapi ... wajahmu terlihat pucat, sebaiknya kamu pulang dulu. Biar aku dan pamanmu disini," kata Dokter Rian.
"Tidak kak ... aku dan paman yang membawa dia kesini, jadi aku juga yang harus bertanggung jawab" jawab Elina.
"Baiklah ... kalau begitu kamu istirahat dulu diruanganku, disana ada tempat tidur," kata Dokter Rian.
"Tidak usah kak, aku tunggu disini bersama paman" jawab Elina.
"El ... kamu turutilah kata - kata Dokter Rian. Wajahmu itu terlihat pucat, kamu perlu istirahat," kata Paman Arya.
"Baik..paman. Kalau ada apa - apa, paman panggil aku ya?" tanya Elina.
"Oke ... tenang saja, aku disini" jawab Paman Arya.
Elina pun pergi ke ruangan Dokter Rian dan istirahat tetapi dia terus gelisah memikirkan laki - laki yang ia tolong. Ia terus mondar mandir sambil mengigit kuku - kuku jarinya, itulah kebiasaan Elina ketika gelisah dan ketakutan. Dalam pikirannya banyak sekali pertanyaan tentang laki - laki yang ia tolong itu.
"Apa laki - laki itu akan baik - baik saja, bagaimana kalau sampai dia meninggal. Aku sangat takut kalau memikirkan tentang nasibnya....dan kenapa dia sampai terluka seperti itu ya, apa dia seorang mafia. Kalau dia mafia berarti aku dan paman pasti akan terancam, orang yang ingin membunuhnya pasti mengejarku dan paman. Aaahh sudahlah, yang penting menolong dia dulu yang lainnya tunggu sampai dia bangun baru aku tanyakan?" Dalam hati Elina.
Sementara di UGD, Dokter Rian sudah selesai memeriksa Dimas dan ingin memindahkannya ke kamar pasien.
"Bagaimana keadaan pria itu?" tanya Paman Arya dengan serius.
"Paman tenang saja. Lukanya tidak terlalu dalam. Setelah beberapa hari, dia akan pulih" Jawab Dokter Rian.
"Terima kasih dok" Kata Paman Arya.
"Itu sudah tugasku paman. Sebaiknya kita bawa dia ke kamar pasien dulu" Jawab Dokter Rian.
"Ok" balas Paman Arya.
Dimas pun dipindahkan ke kamar pasien.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Erlis Tya AyRint
katanya Puskesmas Kok Ada UGD dan kamar pasien kayak di RS aja, keliru ya thoooorrr
2021-03-17
1
Neny Putri Julirinni
lanjut
2021-03-15
0
Mamsky Lury
menrik
2021-03-08
0