Laras pun mengerti, ini memang sengaja oleh Yulia. Dia curiga pada Yulia yang tingkahnya aneh terhadap dirinya. Laras menggerutu dalam hati. "Sialan, dia sengaja, tapi biarlah nanti juga akan kena batunya," batin Laras sambil menatap Yulia tanpa ekspresi.
"Kenapa kau menatap begitu? bukan kah sudah aku bilang tidak sengaja, melotot gitu." Yulia nyolot sendiri.
Akhirnya Laras bersuara, seraya tersenyum dan berkata, "Oh, tidak apa kak, santai saja."
"Aish ... bukannya marah, malah senyum-senyum dasar gembel," gumam Yulia dalam hati sambil masih berdiri dan menyilang, kan tangan di dada menampakan keangkuhannya.
"Aku gak akan terpancing ulahnya Yulia. Aku akan masih bisa bersabar," gumam Laras sambil menyuapkan sendok ke mulutnya.
"Yulia, kenapa kau masih berdiri? ayok sarapan," ajak Ibra pada istri ke duanya.
Sembari mendelik, kan mata yang bulat itu Yulia duduk dan mengambil sarapan dengan malas.
Tidak ada yang mengeluarkan suara selama sarapan berlangsung hanya suara sendok dan garpu yang bertemu piring terdengar pelan. Suasana terasa tegang tak ada kehangatan sama sekali.
"Sayang, besok aku harus ke luar negri, untuk mengurus sesuatu." Dian menatap Ibra yang begitu anteng dengan sarapannya.
Ibra mengangkat kepalanya menoleh istri tertua nya Dian, "Besok?"
"Iya sayang, ada urusan penting."
"Kenapa baru bilang?" ucap Ibra dengan nada sedikit kecewa.
"Emang kenapa sayang? kemarin aku lupa bilang. Lagian, kan tau kalau aku sibuk," sahut Dian yang memang selama ini terlalu mementingkan urusannya.
"Besok saya ada pertemuan penting di kantor pusat, dan semua kolega akan membawa pasangan nya masing-masing, begitupun saya," seru Ibra sambil menautkan jarinya.
"Oh, gimana ya sayang? urusanku gak bisa di pending juga, kan ada Yulia dia bisa temani kamu ya?" sambil melirik Yulia yang juga meliriknya sambil menggeleng.
"Tidak bisa Kak, aku ada ujian di kampus," jelas Yulia dia gak pernah mau mendampingi suaminya kalau urusan kantor. Kecuali pertemuan di luar kota baru dia mau sambil jalan-jalan dan shoping.
"Sudah aku duga jawabannya," gumam Ibra.
"Mery! kau saja yang menemani Ibra ya? kak Dian gak bisa mengundurkan urusanku di luar negeri." Dian menatap Mery penuh harap.
"Aduh Kak ... kenapa mendadak sih? aku sibuk jadwal pemotretan ku penuh, lagian ada janji lama dengan keluarga. Yang harus aku penuhi hari esok," sahut Mery juga menolak dengan alasan sibuk.
"Sudah! cukup jangan saling melempar, saya sudah putuskan yang akan menemani saya pertemuan di kantor pusat Laras, karena memang dia juga menemani saya rapat atau pun pertemuan di rumah ini, kebetulan besok akan di hadiri oleh orang tua saya yang langsung datang dari Belanda," sergah Ibra sedikit menggebrak meja, lalu berdiri dan berlalu membawa berkasnya.
Laras terkejut, dia merasa inse urea, tidak percaya diri, di rumah masih mending. Lah kalau di luar dia bingung, harus ngapain meski tidak disuruh ngapa-ngapain juga, cukup mendampingi. Senyum ramah, duduk manis itu saja.
Ketiga istrinya terkejut mendengar orang tua Ibra akan datang. Sebab tentunya mereka akan cari muka dihadapan mereka, terutama Yulia dan Mery, kalau Laras santai saja toh dia belum kenal juga.
Dian mengejar langkah Ibra. "Sayang dengar dulu," meraih tangan Ibra setelah Ibra menghentikan langkahnya.
Dengan malasnya. "Apa lagi?"
"Kenapa baru bilang.., kalau Ayah dan Mama mau ke sini?" ucap Dian dengan suara lirih.
"Penting kah? tidak, kan, kau lebih mementingkan kepentingan mu, pribadi," Ibra kesal.
"Kak Dian, biar aku saja yang menemani Ibra," suara Yulia dari samping Ibra.
"Aku aja Kak. Aku mau menunjukan bahwa aku istri yang baik juga, yang selalu mendampingi suami," Mery berdiri depan Ibra dengan gaya manja.
"Dengar semuanya ya, keputusan sudah ada di tangan saya, yang akan mendampingi saya besok itu Laras! sudah, kalian terserah mau ngapain, kalian tak ubahnya wanita malam, yang adanya cuma ketika malam datang dan membutuhkan kehangatan. keperluan saya yang lain tak pernah kalian perhatikan."
Ibra berlalu dengan wajah yang di tekuk. "Pagi-lagi dah bikin emosi," gerutunya.
Hati Dian, berasa sakit mendengar ucapan sang suami. "Sayang, kami ini istri kamu, kok kamu tega bicara seperti itu ha?" Dian yang kecewa dengan perkataan Ibra, Yulia dan Mery mengangguk sedih.
Laras yang masih duduk hanya termangu di tempat, melirik kursi bekas Ibra duduk, jas nya ketinggalan di sana. Buru-buru Laras berdiri meraih jas kerja sang suami. Laras berlari mengejar Ibra, yang lain keheranan melihat Laras mengejar Ibra.
"Tuan? jas nya ketinggalan," pekik Laras matanya mencari Ibra, ternyata Ibra menuruni tangga dengan langkahnya yang lebar sehingga sudah jauh dari tempat makan tadi. "Tuan tunggu sebentar?" Laras terus mengejar Ibra yang akhirnya Ibra menghentikan langkahnya seketika. Mendengar suara Laras yang memanggilnya.
"Tuan, ini jas Tuan ketinggalan, ponselnya pun di situ." Laras memberikan nya pada Ibra. Ibra menatap Laras.
Mereka berdiri terhalang dua tangga Laras berdiri di atas membuat tinggi mereka berdua sejajar. "Pakaikan!" gumam Ibra pelan.
Laras pun tak membuang waktu memakaikan ke tubuh Ibra, merapikan dan membetulkan dasinya yang longgar.
Ibra masih menatap Laras entah apa yang dia pikirkan. Laras menunduk tak kuasa memandang netra mata Ibra yang tajam.
Tangan Ibra diangkat menyentuh pipi kiri Laras dengan lembut. "Terima kasih? nanti siang tunggu aku makan siang," suara Ibra begitu lembut dan sedikit bergetar, seketika Laras mengangkat kepalanya menoleh kearah Ibra.
Kemudian Ibra membalikan tubuhnya, bergegas pergi untuk ke kantor, kebetulan pak Barko sudah menunggu di depan.
Laras membalikan badan, betapa terkejutnya dia, ketiga wanita yang berpenampilan smart itu sudah berada di hadapannya.
"Eh, gadis miskin, jangan coba-coba mencari muka dihadapan Ibra ya? kau itu orang baru dan kelas kita berbeda, jadi jangan sok-soan deh sekelas kita," ucap Yulia menatap tajam kearah Laras.
Laras memegangi wajahnya. "Cari muka? muka saya ada nih Kak, kenapa mesti di cari," Laras pura-pura gak ngerti.
"Iih ... dasar bodoh," Yulia jengkel.
"Besok, kau akan bertemu mertua, jadi jangan cari muka atau menjelekkan nama kami di depan beliau, kalau kau langgar?" ucap Mery telunjuknya menunjuk hidung mancung Laras.
Laras tersenyum. "Aduh! Kak Mery, gimana aku bisa menjelekkan nama kalian? kita bertemu saja jarang, bertutur sapa juga jarang. Gimana caranya?"
"Aish ... banyak berkilah kau," tangan Yulia menarik sedikit rambut Laras. Membuat Laras meringis memegangi kepalanya, dan Yulia tertawa puas.
Kini giliran Dian berkomentar. "Ingat ya Laras, ingat perjanjian kita, kamu tidak boleh jatuh cinta sama Ibra, tugas kamu cuma untuk melayaninya, jadi boneka nya saja. Bukan untuk mencintainya, faham?"
Laras menatap Dian, dia sendiri masih bingung, dengan perasaannya pada Ibra, yang jelas dia berusaha memenuhi kewajibannya saja sebagai seorang istri mau di suruh atau tidak. Laras mengangguk. "Faham Kak Dian."
"Bagus," jelas Dian, kemudian mereka berjalan, pergi meninggalkan Laras yang masih meringis! dengan tujuannya masing-masing.
,,,,
Hi ... reader ku semua, ketemu lagi ya sama aku di novel ini, yuk dukung aku agar novel ini lebih baik dari karya sebelumnya, terus ikuti aku, dukung aku ya, jangan lupa like, komen, rate nya dong, semoga Allah mengganti segala kebaikan kalian dengan yang lebih-lebih Aamiin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
sriyatningsih 1708
Yang sabar ya laras
2022-03-28
1
Najda Jamila
pasti ad yg selingkuh dr 3 cwe itu
2022-03-25
2
Ghiets'Enay
kok gitu yaaa, setidaknya luangkan lah waktu buat suami,,,, kayaknya nikah karena harta doanx
2022-03-13
1