Waktu itu Laras melihat pelayan tidak cuma dua atau tiga, tapi sekaligus ada lima. Berjejer di dapur, yang satu mungkin kepala asistennya. Mengangguk dan menyapa. "Met sore Nyonya muda?"
Laras membalas dengan anggukan, dan mematung di tempat. Kemudian perlahan duduk kursi meja bundar. Seketika pelayan menyuguhi Laras makanan dan Buah-buahan.
"Nyonya muda belum makan siang, silahkan?" ucap kepala pelayan berdiri dekat Laras, dan Laras hanya Diam.
"Panggil saya Bu Rika? silahkan Nyonya makan dan panggil saya kalau anda membutuhkan sesuatu."
"Terima kasih. Bu Rika," Laras menyantap makanan dengan lahap Sambil lirik-lirik masih mengamati tempat sekitar. Habis makan Laras mau mencuci bekasnya makan. Namun di cegah sama Bu Rika dengan cara memerintah anak buahnya supaya mengambil piring tersebut.
Laras bengong, lagian cuma mencuci ini. "Mbak gak apa-apa. Aku yang kerjain, aku sudah biasa kok mengerjakannya," Laras menatap wajah mbak, dan di sahut oleh Bu Rika.
"Tidak usah Nyonya muda, jangan repot-repot. Nyonya cukup duduk manis, biar kami yang melayani anda dan orang-orang di rumah ini," ucap bu Rika membungkuk hormat.
Laras menggeleng. "Ya sudah. Aku mau jalan-jalan melihat isi rumah ini, tapi ... aku sendiri. Siapa yang mau menemani aku? tuk menunjukkan ruangan apa aja yang ada di rumah sebesar ini."
Rika menoleh salah satu bawahannya yang bernama Susi. "Susi. Kau dampingi Nyonya muda, dan perkenalkan isi rumah mewah ini padanya."
Susi menghampiri dengan cepat. "Baik Bu." Susi membungkuk, kan badannya, kemudian berjalan dengan Laras, untuk menjelajahi rumah mewah tersebut.
"Kau saudah lama di sini Sus?" tanya Laras sambil berjalan.
"Em ... sekitar dua tahun Nyo-nyonya," sahut Susi bersikap agak segan.
Laras melirik kearah Susi. "Oh. Apa di sini orangnya baik-baik?"
"Baik nyonya muda," singkat. Mereka terus berbincang, Susi memperkenalkan setiap ruangan yang ada dan sudah terlewati. Laras dibuat sangat terkagum-kagum melihat isi rumah mewah tersebut. Bukan hanya barang-barang yang mewah menghiasi. Namun juga di lengkapi fasilitas yang serba mewah. Mulai dari kantor, ruang nge-gym. Kolam renang yang luas, ruang rapat, ruang karoke. Bioskop, salon kecantikan. Ruang kesehatan, dan taman yang sangat indah.
"Wah-wah wah sultan mah bebas ya?" Laras menghela napas panjang. Terpesona dengan rumah yang ia tinggali sekarang. Seakan belum percaya. Ia mencubit tangannya terasa sakit. Berarti bukan mimpi. Laras tersenyum sendiri. "Aku aja sudah capek meski cuma melihat-lihat saja. Apa lagi yang kerja ya?" Laras mengalihkan pandangan pada Susi.
"Kan pekerjanya banyak Nyonya muda, dan juga ... lagian, kan bersih-bersih pake mesin," sahut Susi sambil mengerutkan keningnya.
Laras mengangguk-angguk. Setelah puas melihat-lihat. Laras mengajak Susi kembali ke tempat semula.
"Susi. Aku capek, lain kali aja ajak aku melihat-lihat lagi tempat yang belum sempat aku ketahui. Sekarang kita kembali saja. Huuh ... rumah ini besar banget. Aku gak akan cukup 1 atau 2 hari hapal tempat-tempat yang ada di istana ini, dasar orang kaya ya? semuanya harus serba wah. Serba ada, kenapa gak sekalian ada kebun. Sawah itu dalam rumah, hehehe," akhirnya terkekeh sendiri, Susi pun ikutan tersenyum.
"Kebun, ada kok di atas. Kebun sayuran," ucap Susi.
"Ha ... yang bener Susi? kebun apa?" Laras seakan tidak percaya.
"Sayuran, dan kalau kebun buah seperti Apple, mangga dan juga jeruk. Tak ketinggalan anggur, adanya di samping rumah," sahut Susi.
Laras berdecak kagum ck ck ck "Masa sih? Aku tambah penasaran," sambil menelan saliva nya yang tersendat di tenggorokan.
"Bener nyonya, lain kali aku antar nyonya muda ke tempat-tempat tersebut." Susi meyakinkan Laras yang melongo.
"Baiklah. Sekarang balik saja," kata laras sambil berjalan.
Setelah sampai depan pintu kamarnya. Laras masuk ke dalam, dengan lunglai, duduk di sofa dan menyetel televisi. Menonton sambil baringan, saking asiknya menonton sampai dia tidak menyadari kalau ada orang di kamar tersebut.
Menyambar ponselnya di atas meja melihat jam yang sudah waktunya melaksanakan sholat magrib. Laras bangun dengan niat ke kamar mandi untuk mengambil air wudu.
Laras berjalan tanpa melihat kanan kiri ataupun depan. Hingga ia membentur benda keras namun bukan tembok. "Aw ..." pekik Laras sambil mengusap jidatnya.
Laras berdiri membatu! mulai melihat dari bawah. Sepasang kaki pria berbulu, mengenakan handuk melilit pinggangnya, terus Laras menaikan pandangan lagi terlihat jelas sebuah gambaran dada dan perut yang sixpack, badan yang sangat bagus. Sampailah pandangan Laras pada wajah yang sangat tampan. Tengah menatap dirinya dengan sangat tajam, rupanya seorang pria yang tadi siang mengucap ijab Kabul dengan walinya. Sebagai tanda pria itu adalah suaminya.
Dengan tatapan tajam Ibra membuka suara. "Apa kau tidak melihat jalan?"
"Ma--maaf Tuan, sa-saya tidak sengaja?" ucap Laras menunduk dalam. Begitupun dengan pandangannya tak berani menatap wajah itu. Jantungnya bisa-bisa loncat dari tempatnya! terbukti dengan lirikan sekilas aja membuat jantung Laras berdebar sangat kencang! dag dig dug bagai bedug yang ditabuh ketika mau takbiran.
"Haduh ... jantungku?" batin Laras, memegangi dadanya.
"Siapkan bajuku. Cepat?" titah Ibra.
"Di-di mana Tuan?" dengan masih menunduk.
Ibra menunjuk sebuah lemari besar di sebelah kanan. Dekat pintu kamar mandi.
"Baik Tuan." Laras langsung mendekati tempat tersebut. Setelah membukanya Laras bingung! harus mengambil pakaian apa? Laras melirik Ibra yang tengah duduk depan meja rias.
"Maaf Tuan, pakaian apa? yang harus aku ambil?" Laras mematung di tempat menunggu jawaban dari Ibra.
"Pakaian santai. Atau setelan tidur," sahut Ibra.
Laras mengambil pakaian santai untuk Ibra dan membawa ke hadapannya. "Ini Tuan?" Laras memberikannya sambil menunduk.
Ibra mengambilnya dari tangan Laras, dan ia letakkan di kursi yang dia duduki. "Aku mau sholat magrib dulu Tuan.?"
"Hem ... pergilah." Ibra mengibaskan tangannya di udara.
Baru beberapa langkah menuju pintu kamar mandi. "Laras?" panggil Ibra. Sontak Laras membalikkan badan dan diam di tempat.
"Iya. Tu-tuan?" sahut laras sekilas melirik Ibra yang masih belum memakai pakaiannya.
"Apa saya jangan memakai pakaian dalam?" dengan tatapan datar.
"Ma-maksud Tuan? Aku tidak mengerti?" tanya Laras dengan polosnya.
"Pakaian dalam saya mana? kau hanya membawakan setelan baju saja," sambung Ibra.
"Oh ..." Laras membulatkan mulutnya, "Ha? maksudnya aku juga harus mengambilkan nya juga?" Laras kaget.
"Iya kamu. Siapa lagi? masa saya harus suruh pelayan? apa gunanya kamu di sini?" Ibra menyeringai.
"Ta-tapi ... aku belum pernah--" Laras tak meneruskan perkataannya, lalu balik lagi ke lemari milik Ibra "Di mana?" tanya Laras.
"Cari saja di situ. Pasti ketemu," sahut Ibra dengan malasnya.
"Ck ... masa aku harus mengambil yang gituan sih? aku kan geli ..." gerutu Laras, setelah mengacak-ngacak. Akhirnya ketemu. Laras menjewer barang tersebut, dan menutup mata dengan jari tangan kirinya. Membawa ke hadapan Ibra.
Sontak Ibra terkekeh. Melihat tingkah Laras yang membawa pakaian dalamnya di jewer dan setengah menutup mata. Usai memberikan pada Ibra Laras bergidik. Ibra mengenakannya dan membuka handuknya. "Tolong pakaikan bajuku?"
"Haa ...aku?" Laras menunjuk hidungnya.
"Iya kamu?"
Dengan sangat terpaksa Laras memakaikan pakaian Ibra mulai dari celana panjangnya. Laras berjongkok sambil memalingkan muka bahkan memejamkan mata agar tak melihat sesuatu yang ada depan matanya. "Gila nih orang. Masa aku harus melayaninya seperti ini?" terus saja Laras menggerutu, saking kesalnya dia ....
,,,,
Hi ... perkenalkan ini novel yang ke tiga ceritanya sih hi..hi..hi.. semoga kalian suka, jangan lupa like, komen, kasih star dan vote nya plis-plis, terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Oyah Oyah
Next thor
2022-06-02
1
Lia Eka Pratama
bener gadis polos
2022-05-31
1
sriyatningsih 1708
Laras....laras 😅
2022-03-27
1