Mereka berpelukan, melepas rindu yang lama tidak bertemu, anak-anak riuh, memanggil Kak Laras, kak Laras katanya, Laras langsung memberikan apa yang dia bawa supaya dibagi-bagikan. Senang rasanya bisa membuat mereka tertawa.
"Kau hari ini tidak kerja ya Neng?" tanya ibu panti, sambil menuangkan air minum untuk Laras.
"Em ... kerja. Bu, cuma masuknya siang makanya Laras ke sini dulu," Laras beralasan.
"Oh, terima kasih ya neng! sudah menyempatkan datang," bu panti duduk dan menyuguhkan air minum sama cemilannya.
"I-iya Bu." Laras belum ingin bercerita tentang pernikahannya, biarlah jadi rahasia dulu pikirnya.
Setelah sejenak bermain dengan anak-anak Laras berpamitan, dan sebelum pergi memberikan sebuah amplop pada bu panti. "Bu ini ada sedikit uang untuk nambahin uang belanja, terima ya Bu. Laras ikhlas kok."
Bu panti tak serta merta menerimanya. "Laras! kenapa di kasihkan sama Ibu? kamu juga masih membutuhkan Neng, simpan aja buat keperluan kamu. Nanti saja kalau kamu sudah cukup baru ngasih Ibu dan anak-anak, lagian tadi kamu bawa oleh-oleh banyak banget."
"Tidak apa Bu, buat Laras ada kok. Ibu ambil saja buat jajan anak-anak mungkin, jangan khawatir. Laras bisa nyari lagi Bu," ucap Laras sambil memperlihatkan barisan gigi putihnya.
"Yakin?"
"Yakin lah Bu," sahut Laras dengan cepat.
"Baiklah, Ibu terima semoga Allah menggantikan dengan yang lebih banyak, cepat dapat jodoh yang baik," ucap bu panti penuh doa.
"Makasih ya Bu atas doanya," Laras memeluk ibu panti, setelahnya Laras berjalan meninggalkan panti, memutar badan sebentar dan melambaikan tangan pada anak-anak panti.
Laras memasuki sebuah taksi online nya yang sudah menunggu sedari tadi, taksi meluncur ke kediaman tuan Ibra.
Laras harus berada di rumah jam 12.00 tepat, ia melihat jam yang melingkar di tangannya. "Maaf Pak bisa lebih cepat?"
"Oh, baik Nona," supir mengangguk, dan mempercepat laju mobilnya.
Sesampainya di depan rumah mewah itu Laras sedikit berlari masuk ke lobi, di sana nampak sepi, yang ada hanya satpam saja, biar cepat Laras menggunakan lift untuk bisa mencapai lantai atas.
Mau ke lantai empat Laras bertemu dengan bu Rika. "Bu, maafkan saya terlambat?" Laras menunduk sambil melirik putaran jam nya.
"Tidak apa kok Nyonya, masih tepat waktu, mandilah, 20 menit lagi tuan pulang untuk makan siang, dan membawa rombongan, siang ini akan ada pertemuan di lobi," ucap bu Rika dengan nada serius.
"Oh," Laras berdiri mematung."Ini rumah apa kantor sih setiap hari pertemuan lah, rapat lah," gumam Laras dalam batinnya.
"Di sini rumah sekaligus kantor Nyonya, jadi bila ada pertemuan ataupun rapat di adakan disini sekalian biar mudah menjamunya," sahut bu Rika seolah mendengar kata hati Laras, membuat Laras tercengang bengong.
"Kok nyambung? apa bu Rika dapat mendengar kata hatiku?" gumam Laras kembali sambil menggeleng.
"Aku masuk dulu kalau begitu." Laras memutar badan dan menekan tombol pintu lift.
"Nanti saya antarkan pakaian buat anda," ucap bu Rika di balas Laras dengan anggukan.
Dia segera bersih-bersih setelah berada di kamarnya. Tak lama bu Rika datang mengantar pakaian yang dia janjikan. Setelan pakaian formal yang harus Laras pake kali ini, sebisanya Laras berdandan sendiri. Setelah berasa rapi dia segera turun, menunggu kepulangan tuan Ibra di lobi.
"Bu, saya sudah siap," kata Laras dengan langkah tergesa-tergesa.
"Iya Nyonya, sebentar lagi tuan datang bersama kolega nya," jelas bu Rika.
Laras mengangguk. "Istri yang lain mana?" tanya Laras melirik bu Rika kembali.
"Sibuk di luar Nyonya."
"Apa memang setiap hari begini?" tanya Laras sembari menatap bu Rika.
"Ya ... begitu lah! dulu sih bu Dian sering menyempatkan mendampingi tuan. Namun semakin ke sini gak pernah lagi, yang lain pun selalu sibuk dengan acaranya masing."
"Oh gitu," Laras membulatkan bibirnya, tibalah iringan mobil mewah memasuki halaman diantaranya yang paling depan adalah mobil tuan Ibra, sacurity pun turut membukakan pintu. Ibra keluar bersamaan dengan sekertaris pribadinya Zayn.
Laras menyambut dengan senyuman, dan meraih tangan Ibra bukan untuk bergelayut mesra atau apa. Melainkan untuk mencium punggung tangannya.
Ibra hanya mengulas senyum tipisnya. "Siapkan makan siang segera," ucapnya sambil berjalan di ikuti Zayn dan Laras.
Bu Rika bergegas ke belakang untuk menyiapkan apa yang tuan nya perintahkan.
"Zayn, kau temani kolega kita sampai saya kembali," ucapnya menghentikan langkahnya sebentar,
"Baik bos," Zayn memberikan berkas penting pada Laras.
Laras yang kebingungan tidak tahu harus disimpannya di mana berkas tersebut? yang bisa ia lakukan hanya memeganginya.
Kemudian Ibra kembali berjalan ke kamarnya di ikuti oleh Laras, di lift hanya ada Ibra dan Laras. Ibra menatap wanita yang ada di sampingnya itu tanpa ekspresi.
Laras salah tingkah di pandangi seperti itu, ia menunduk malu, jantungnya berdebar-debar tak menentu setiap kali di dekatnya, pintu lift terbuka Ibra melangkahkan kaki menuju kamar pribadinya.
Depan pintu Laras berdiri. "Maaf Tuan berkas ini mau disimpan di mana?" Menunjuk berkas yang di pegang nya.
Ibra menoleh kearah yang di tunjuk Laras. "Bawa saja ke kamar," sahutnya lalu membuka pintu lebar-lebar. "Tutup?" setelah dirinya dan Laras masuk.
Setelah menutup pintu, lagi-lagi Laras bingung harus berbuat apa, melihat Ibra berdiri dan memutar badan menghadap padanya.
"Ngapain berdiri di sana? simpan berkas nya di sana, masukan ke dalam laci," Ibra menunjuk sebuah laci yang berdekatan dengan tempat tidur.
Laras melangkah mendekati laci tersebut dan menyimpan nya dengan rapi lalu di kunci, kan, dia berdiri kembali menoleh kearah Ibra.
"Bukakan jas saya?" pinta Ibra hendak membuka jas yang melekat di tubuhnya.
Tidak buang waktu Laras mendekat dan membukakan jas tuan Ibra. Ia lipat disimpan di bahu sofa. Ibra menatap wajah Laras sedari tadi membuat Laras semakin salah tingkah dan dadanya berdegup kencang.
"Buka, kan juga kemejanya saya mau mandi sebentar, jangan lupa siapkan pakaian ganti," menatap lekat wajah yang selalu menunduk.
"I-iya Tu-Tuan." Laras semakin gugup terus berdiri depan pria itu. membukakan kancing dan melepaskannya, sekalian dengan sabuk yang terpasang di pinggang celana panjang nya.
Ibra terus memandangi, dan bibirnya menyeringai puas entah apa yang dia pikirkan. Laras menyampaikan pakaian dan celana panjang ibra di tangan. Ibra sendiri pergi ke kamar mandi sembari senyum mengandung arti.
Kemudian Laras memasuki ward robe untuk mengambil pakaian ganti Buat Ibra, cocok tidak cocok Laras bodoh amat, yang penting sudah di siapkan.
Begitu lah tugas Laras setiap hari, pagi-pagi menyiapkan pakaian kantor Ibra lanjut bersih-bersih kamarnya, setelah itu baru sarapan bersama, siang juga Laras harus selalu menyambut kepulangan Ibra, menyiapkan segala keperluan bila ingin mandi, menemani makan bersama kolega-koleganya, mendampingi rapat pula.
Sudah seminggu Laras di rumah mewah tersebut, bertemu dengan istrinya yang lain bila pagi ketika sarapan, malam jarang bertemu. Seminggu ini Laras baru sekali bermalam dengan sang suami, sebab Ibra selalu bermalam dengan istrinya yang lain bergantian. Apa lagi istrinya yang dua itu Yulia dan Mery sok manja terhadap suaminya.
Bagi Laras sih gak jadi masalah gak kebagian waktu juga, bahkan itu lebih baik baginya. Namun merasa aneh saja, seperti malam ini Laras membaringkan tubuhnya, di atas tempat tidur, sesekali pejamkan mata terbayang jelas apa yang pernah Ibra lakukan di waktu itu, Laras menggigit bibirnya, segera ia membuka matanya.
****
Hi ... malam ini aku sapa lagi kalian nih, gimana suka gak, dengan tulisanku ini, kalau suka aku ucapakan banyak terima kasih ya. Tapi bila gak suka, gak apa-apa kok, hak kalian Aku gak memaksa kalian untuk suka.🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Yunia Abdullah
anggap ax laras lgi skolah d masa ujian spa yg DPT nilai tertinggi dri guru Dan terpilih sbgai juara y
2022-01-26
2
Leli Leli
cerita yang menguras emosi i like .
aq beri boom like sekalian favoritnya 🤗🤗🤗
2022-01-19
1
Fina Ina
lma2 jg psti bucin
2021-12-11
1