Dengan sangat terpaksa. Laras memakaikan pakaian Ibra mulai dari celana panjangnya. Laras berjongkok sambil memalingkan muka, bahkan memejamkan mata agar tak melihat sesuatu yang ada depan matanya. "Gila nih orang, masa aku harus melayaninya seperti ini?" terus saja Laras menggerutu, saking kesalnya dia.
Sampai semuanya selesai, dan melekat di badan Ibra. Baru Laras mundur, dan menunduk hormat. "Su-sudah Tuan?" Laras semakin mundur niatnya ke kamar mandi.
"Tunggu dulu. Rambut saya belum dikeringkan, belum juga memakai minyak wangi. Kau sudah mau pergi saja?" desak Ibra menatap tajam.
"Uuh ... nih orang gak tau apa aku mau sholat magrib?" gerutu Laras dalam hati. "Baik Tuan?" ucap Laras lirih dan mengeringkan rambut Ibra dengan handuk karena menolak di keringkan dengan hair dryer.
Selesai mengeringkan rambut. Menyemprotkan minyak wangi yang baunya tidak terkira, maklum minyak wangi super mahal dan bermerek. "Sudah Tuan. Maaf saya ijin sholat magrib dulu?" kali ini Laras tak menunggu persetujuan dulu, dia langsung berlalu sedikit berlari masuk ke kamar mandi dan hilang di balik pintu.
Ibra hanya menatap punggung gadis itu. Tak sempat bicara lagi, dia duduk di sofa, membuka laptop miliknya. Tak lama Laras keluar dari kamar mandi. Mengambil mukena dan tergesa-gesa menuju tempat sholat di luar kamar, tak menghiraukan Ibra yang duduk di sofa.
Ibra menelpon asisten, untuk membawakan makan malamnya. Untuk berdua dengan istri mudanya ya itu Laras, beberapa menit kemudian. Pesanan makan malam Ibra sudah datang, asisten menata di meja depan Ibra. "Silahkan Tuan, makanan sudah siap?" ucap pelayan membungkuk sangat hormat.
Ibra hanya memberi isyarat dengan matanya, lalu kemudian pelayan keluar dari kamar tersebut. Laras masuk tak lupa menutup pintu, bengong melihat makanan sudah tersedia di meja depan Ibra.
"Hei ... kunci pintu, siapa yang suruh kamu bengong seperti kambing ompong dan hanya berdiri disitu?" suara tuan Ibra bergema di dalam ruangan tersebut, mengagetkan Laras.
"Baik Tuan?" Laras mengunci pintu, lalu menyimpan mukena di atas meja, Laras kembali mematung memperhatikan Ibra yang duduk di sofa, dengan mata fokus ke laptopnya.
"Sudah saya bilang siapa yang suruh kamu bengong dan berdiri saja? kemari duduk dan makan malam bersama saya?" titah Ibra menatap tajam gadis itu.
Laras heran kenapa harus makan di kamar berdua! kenapa tidak bersama yang lain saja? dengan istri Ibra yang lain, makan bersama. Kenapa harus berdua saja? namun kaki Laras melangkah mendekati sofa yang Ibra duduki, lalu duduk di sana menatap semua makanan yang enak-enak tersebut.
"Bengong lagi! makan yang banyak, biar sehat? biar anak saya nanti tidak kurang gizi dalam perutmu?" ucap Ibra sambil mengambil piring untuknya.
Laras menoleh ke arah Ibra mendengar kata-kata anak, membuat Laras bergidik "Nikah aja baru tadi sudah bahas anak, dia pikir gampang apa membuat anak? Kalau gampang kenapa istri-istrinya belum punya anak juga?" batin Laras menggerutu. Apa lagi membayangkan kalau malam ini dia harus melayani Ibra memberi kesuciannya. Semakin bergidik saja Laras sambil memejamkan matanya.
Ibra melirik Laras yang terus bergidik "Kamu kenapa? apa kamu melihat hantu? atau genderewo haa?" dengan nada sangat dingin.
Laras tak menjawab, dia langsung mengambil piring diisi beberapa menu lantas memakannya tanpa ragu. Membuat Ibra tersenyum namun tak memperlihatkan senyumnya pada Laras. Hingga Laras berpikir Ibra orang yang jarang senyum.
Di akhir makan. Ibra melirik Laras. "Kau sudah siap melayaniku malam ini?"
Laras kaget uhuk uhuk uhuk Laras batuk. Hampir saja mengeluarkan makanan yang sudah ada di mulutnya. Ibra menyodorkan segelas air putih pada Laras, dan laras meneguknya sampai tandas. Lehernya terasa sedikit sakit. Laras menyimpan piringnya yang sudah kosong di meja di satukan dengan bekas Ibra makan.
Tak lama, dari luar pintu di ketuk dan bersuara sepertinya pelayan yang ingin mengambil bekas makan. "Tuan ... saya mau membereskan bekas makan?"
Ibra memberi isyarat pada Laras agar membukakan pintu. Laras menuruti perintah Ibra untuk membuka pintu.
Asisten pun masuk dan membereskan bekas makan mereka berdua. "Apa anda butuh sesuatu Tuan?" tanya kepala pelayan tersebut.
"Tidak! terima kasih."
"Baik Tuan, kami permisi?" kedua pelayan tersebut membungkuk hormat lalu keluar.
"Tutup dan kunci pintunya,?" perintah Ibra pada Laras dan Laras turuti, lalu Laras duduk di sofa yang satu lagi.
"Kenapa kau tidak mau duduk denganku?" tanpa ekspresi.
"Bu-bukan, tidak mau Tuan, tapi--"
"Tapi apa? kau takut sama saya?" memotong kalimat dari Laras.
"Ti-tidak Tuan?" Laras gelagapan, emang ada rasa takut yang Laras rasakan. Maklum. Satu kamar dengan orang yang baru dia kenal meskipun statusnya sudah menikah! tetap saja belum lama kenal, perlahan Laras mendekat dan duduk di sebelah Ibra dengan jarak dua jengkal.
"Kamu belum menjawab pertanyaan saya, yang tadi?" ucap Ibra.
"Em ... yang mana Tuan?" tanya Laras dengan polosnya.
"Kamu sudah sering pacaran?" Ibra melirik sekilas.
"Tidak pernah Tuan," sahut Laras menunduk.
"Kenapa? jangan bilang laki-laki tidak ada yang mau pacaran sama kamu?" sambung Ibra masih fokus dengan laptopnya.
"Tidak tau Tuan, yang jelas saya tidak mau pacaran. Takut," jawab Laras sekilas melihat Ibra.
"Pantas, takut kenapa? bukankah pacaran itu enak?" tanya Ibra terus mengorek informasi dari gadis itu.
"Enak! emangnya makanan? di bilang enak? hihihi yang jelas kata ustazah pacaran itu tidak boleh. Karena mendekati zinah," ujar Laras.
Ibra menoleh dan menatap Laras. Laras pun melihat Ibra, akhirnya mereka bersitatap sesaat, namun Laras secepatnya menunduk dalam sembari meremas jari-jarinya. Tampak gugup sekali.
Ibra menyeringai entah apa yang dia pikirkan, dia mendekati Laras dan Laras perlahan menjauh. "Kenapa menjauh? kamu tak perlu takut! saya ini sudah menjadi suamimu?"
"Ta-tapi Tuan sa-saya ... belum siap." Laras semakin gugup. Membuat Ibra menggeleng dan semakin mendekat hingga tidak ada tempat untuk Laras menggeser duduknya.
Laras langsung berdiri "Maaf Tuan saya mau sholat isya dulu," sambil bergegas mengambil mukenanya berlalu meninggalkan Ibra di kamar tersebut.
"Dasar gadis bodoh, eh tepatnya gadis polos, satu saat aku akan mendapatkannya." Ibra tersenyum licik.
Laras yang bergegas keluar kamar, meninggalkan Ibra. Jantungnya seakan ingin melompat-lompat, berdebar begitu kencang dag dig dug seperti bedug yang di tabuh, tak karuan. Laras melanjutkan langkahnya menuju mushola ....
,,,,
Hi ... perkenalkan ini novel yang ke tiga ceritanya sih, hi..hi..hi.. semoga kalian suka, jangan lupa like, komen, kasih star dan vote nya, "terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠
emang Laras sholat nya di mana..? kok keluar masuk kamar trs.. kenapa ga sholat di dlm kamar ajah..👀
2022-07-13
1
Oyah Oyah
Hhh lucu laras
2022-06-02
1
🌼 Pisces Boy's 🦋
lanjuut
2022-03-23
1