"Ah, kenapa mesti bingung, kan banyak asisten ya tanya mereka saja," gumam Laras, pintu Lift terbuka langsung melangkah ke dapur, langkah nya berhenti setelah berada dekat meja. Kebetulan ada beberapa pelayan di sana.
"Mbak maaf! aku mau tanya, kalau kopi buat tuan berapa sendok ya gulanya?" yang di tanya tak lantas menjawab namun melihat kedatangan bu Rika ke tempat itu.
"Ada apa Nyonya? sampai turun, kan bisa telepon minta bantuan nanti biar kami yang mengantarkan ke tempat nyonya," ucap bu Rika sebelumnya mengangguk hormat.
"Em ... ini Bu, tuan sedang di taman dan minta saya buatkan kopi, tapi aku gak tahu ukuran gulanya," lirik Laras.
"Oh, satu sendok makan saja gulanya, begitu biasanya," bu Rika tersenyum menatap Laras, gadis ini akan berbeda dari istri-istri Ibra yang lainnya.
"Gitu ya,?" Laras mengangguk, "Makasih Bu,?" sambil melempar senyuman.
Laras mengambil cangkir di masukan bubuk kopi dan gula lalu dituangi air panas dari dispenser. Dengan hati-hati! Laras membawanya ke atas, "Uuh ... panas, bismillah," Laras memasuki lift dengan secangkir kopi di tangan.
"Ini Tuan kopi nya," Laras langsung menyimpan dekat Ibra yang tengah serius dengan laptop di pangkuan.
"Makasih," tanpa menoleh, dan perlahan mengambil cangkir kopi lalu nyeruput nya dengan nikmat.
"Aduh sayang ... aku cari ke mana-mana di sini rupanya," suara Dian dari belakang yang tiba-tiba, penampilannya sudah nampak segar dan berpakaian tidur yang tipis, dan langsung duduk di samping Ibra dan mengecup kedua pipi suaminya.
Membuat Laras memalingkan muka, merasa risih melihat adegan itu.
"Kapan kamu pulang?" tanya Ibra sambil meletakkan dagunya di bahu sang istri.
Dengan tangan mengusap kepala Ibra Dian menoleh Laras. "Sudah 30 menit yang lalu sayang, langsung mandi makanya sudah segar dan wangi," sahut Dian.
"Pantas wanginya semerbak menyeruak ke dalam hidung ku nih," sambung Ibra seraya mengendus mencium wangi dari istrinya.
"Bobo yuk sayang, sudah kangen nih," ajak Dian dengan manjanya dan menautkan jarinya pada jemari Ibra.
"Yuk," Ibra mengikuti kemauan istri tercintanya.
Laras hanya tetap terdiam, seolah tidak mendengar dan tidak melihat. Yang ada di dekatnya.
Setelah dirasa mereka sudah jauh barulah Laras menoleh, menatap punggung keduanya. Tangan Dian bergelayut mesra di lengan Ibra, sementara tangan Ibra pun menggandeng pinggang Dian, sehingga tubuh mereka begitu menempel.
"Gue berasa nyamuk ya, bahkan nyamuk pun lebih baik karena dianggap ada, nah gue?" Laras menaikan kedua bahunya.
Mata Laras bergerak melihat kopi Ibra yang masih tersisa, dengan malas Laras meneguknya sedikit demi sedikit. "Sayang nih mubazir, kan gak boleh membuat makanan dan minuman mubazir," gumamnya.
Lama-lama Laras menurunkan kakinya dari tempat duduk, "Sudah malam, tidur ah." Laras berjalan menuju kamar nya dan ingin segera beristirahat, sudah beberapa kali ia menguap dan matanya berair menahan kantuk. "Berarti malam ini tuan Ibra giliran bermalam di tempatnya Dian," batin Laras sambil berjalan.
Sesampainya di dalam kamar. Laras langsung menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur yang super empuk itu dan tidak butuh waktu lama untuk memasuki alam mimpi.
Dini hari Laras menggeliat, perlahan membuka dan membuka matanya yang terasa sepet akibat rasa masih ngantuk. Namun dari jauh sayup-sayup terdengar suara adzan subuh. Laras pun menyibakkan selimutnya, menapakkan kaki dan menyeretnya ke kamar mandi.
Selepas menunaikan sholatnya, Laras membereskan tempat tidur, melipat selimut, membuka gorden, hingga terlihat remang-remang cahaya pagi, langkahnya membawa dia ke balkon menghirup udara segar di sana, pandangannya jauh ke depan.
"Ayah, bu, jika saja kalian masih ada. Aku ingin berkumpul dengan kalian, aku rindu kalian," tetes air mata jatuh membasahi pipi mulusnya.
Jarinya mengusap pipi yang terus di basahi air matanya, puas sudah berdiri di balkon Laras masuk ke kamarnya. Menonton acara pagi di televisi, ia bingung harus ngapain, toh sudah banyak yang kerja. Tapi bosan juga diam di kamar. Laras memutuskan turun, sebelumnya mematikan saluran televisi.
Di dapur ada bu Rika dan dua asistennya tengah sibuk memasak, yang lain mungkin sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing begitu pun Susy kebetulan tidak terlihat di sana.
"Pagi Bu Rika..." sapa Laras dengan ramah nya.
"Eh Nyonya muda, sudah bangun?" sahut u Rika membungkuk hormat, begitupun yang lain melakukan yang sama.
"Apa kalian sedang membuat sarapan! aku bantu ya," Laras mendekati mengambil alih tugas seorang asisten di sana yang sedang membuat sarapan.
"Oh, jangan Nyonya. Nyonya gak boleh, ini kerjaan kami. Nyonya duduk saja menunggu sarapannya jadi, yang lain pun masih di dalam kamarnya masing-masing loh," cegah bu Rika, tidak ingin Laras turun ke dapur.
"Aku bosan di dalam kamar terus, jadi biarkan aku di sini membantu kalian," rajuk Laras, memelas pada bu Rika. "Saya janji tidak akan membuat keributan. Aku cuma ingin membantu saja."
Sejenak bu Rika diam membisu, lalu berkata. "Baik lah! tapi jangan membuat gaduh atau pun mengacaukan kerjaan asisten ya?"
"Baik Bu," sahut Laras tertawa senang.
Bu Rika menerima sebuah telepon dan setelah itu mendekati Laras. "Maaf Nyonya, tuan menyuruh anda membawa kopi ke kamar pribadinya. Terus menyiapkan segala keperluannya di sana."
Laras bingung. "Keperluan apa Bu?"
"Keperluan dia! seperti menyiapkan pakaian kerja dia dll," timpal bu Rika.
"Loh, kan ada istrinya?" ucap Laras merasa enggan untuk ke sana.
"Kan nyonya istrinya?" sambung bu Rika lagi.
"Eh iya..." Laras nyengir. "Tapi, kan ada istrinya yang lain, seperti semalam saja dia bersama Dian," lirih Laras kembali.
"Nyonya cemburu?"
"Hah ... cemburu? tidak! tapi, kan sudah sewajarnya mereka juga menyiapkan semua itu, bukan cuma tidur saja," gerutu Laras masih malas untuk ke kamar Ibra.
"Biasanya Susi yang menyiapkan, tapi setelah ada nyonya muda. Sudah sepantasnya Nyonya muda lah yang menyiapkan itu semua untuk tuan setiap paginya," lanjut bu Rika sambil menyodorkan kopi yang belum di seduh pada Laras.
"Uuh ... terus mereka apa saja sih setiap pagi? kalau menyiapkan pakaian saja harus juga Susi yang siapkan aneh," Laras menggerutu terus sambil membuat kopi, lalu ia bawa ke kamar Ibra walau dengan malas.
Sampai depan pintu kamar. Laras mengetuknya dan terdengar suara berat Ibra dari dalam. "Masuk."
Laras pun masuk terlihat Ibra masih digulung selimut tapi sendiri tanpa Dian, memang ini kamar pribadi sih, lalu Laras menyimpan kopi di atas laci samping tempat tidur Ibra. "Kopinya Tuan."
"Kok, kopinya kelihatan banget pahitnya ya?" Ibra terbangun dan duduk bersandar ke bahu tempat tidur.
"Hah! maksudnya?" laras tidak mengerti dan balik nanya.
"Iya, yang bawanya masam tanpa senyuman, jadi kopi yang manis pun akan terasa pahit di lidah."
"Oh ... silahkan kopinya Tuan ..." Laras mengulang kata-katanya yang tadi sambil tersenyum yang di paksakan.
"Hem ... senyum yang terlihat sekali dipaksakan, tapi ya sudah lah." Ibra mendekati kopinya, dan meminum sedikit. Ibra menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya tampak lah dia bertelanjang dada, tidak memakai kaos pun, bawahannya pun cuma celana pendek. Laras menelan saliva nya yang tersekat di tenggorokan. Terpaku melihatnya walau ini bukan yang pertama kali.
"Terpesona ya?" suara Ibra mengagetkan lamunan Laras.
"Em ... bo-boleh saya pergi Tuan?" Laras sedikit gugup dan malu.
"It's not that easy, miss, tidak segampang itu Nona, tugas mu, setiap pagi adalah menyiapkan semua kebutuhan saya di kamar ini. Membereskan kamar ini juga dan jangan membantah, karena kamu itu istri saya," sedikit memberi penekanan.
Jantung Laras berdebar tak menentu, takut Ibra macam-macam, pikirnya.
"Ta-tapi Tuan, kan istri anda bukan cuma saya, tapi banyak. Kenapa mesti selalu saya yang menyiapkan semuanya, membereskan kamar ini juga, terus tugas tugas istri anda yang lain apa saja? masa cuma nemenin tidur doang. Mana tanggung jawabnya sebagai seorang istri? kalau mau bilang ada asisten, kenapa mesti saya juga," ungkap Laras suaranya begitu lirih.
,,,,
Terimakasih author ucapkan kepada kalian yang telah sudi mampir di novel yang ini. Terima kasih banyak ya, semoga gak bosan, dan suka.🙏🙏 maaf kalau novel ini masih jarang up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Anih Suryani
istri 4 s athoeur yg ke 5 hihi
2023-06-29
0
Jupilin Kaitang
benar masa isteri 4 hanya seorang yang mengurus suami masa hanya mau ditiduri saja
2022-06-17
1
Anisatul Azizah
serasa maid
2022-04-07
1