setelah pulang dari rumah sakit sherly dan Daniel pergi membeli dulu martabak dan juga pizza, setelah membeli itu mereka langsung saja pulang,
dan sekarang mereka sudah berada di depan rumahnya, mereka masuk dan berjalan menuju ke ruang santai,
karena jam segini mereka pasti ada di sana, saat sudah sampai di ruangan itu ternyata benar saja mereka berada di sana,
Daniel dan sherly langsung duduk dan membuka kresek yang ia bawa,
"bawa apa tuh?, " tunjuk dinda pada kresek yang sherly bawa,
"makanan, " balas sherly dengan mata yang fokus membuka kresek itu,
"mau dong, " timpa angela yang langsung bergeser mendekat pada sherly,
"boleh, " setelah mengambil satu potong pizza ia langsung menyodorkan kotak pizza nya pada mereka,
Della, dan yang lainnya pun langsung mengambil pizza itu dan memakannya,
"oh iya, gimana tadi ke dokter nya?, " tanya bastian dengan mulut yang masih penuh,
Daniel dan sherly terdiam sejenak dan saling bertatapan, mereka seperti nya sedih,
dinda langsung mencubit paha bastian, sambil Memelototi bastian, kenapa ia harus bertanya seperti itu,
lalu sherly menunduk, seketika ruangan itu terasa hening, bahkan hanya terdengar suara tarikan dan hembusan nafas saja,
namun tiba-tiba sherly mengangkat kepalanya kembali sambil tertawa, "gue hamil, " teriak sherly di barengi cengengesan dari Daniel,
semua yang berada di sana mendadak kesal pada tingkah sherly, hampir saja mereka di buat jantungan,
"gila lu yah, gue udah sedih juga, " kesal angela sambil memakan pizza yang belum habis karena terpotong oleh suasana tadi,
"bisa banget lu bikin gue sedih dan prihatin, " ucap lintang yang juga ikut tertipu,
"kayaknya kalau gue jadi pemain sinetron bagus juga yah, " ucap Daniel sambil tertawa puas,
"gue ampe ngerasa bersalah tau gak nanya itu, mana si dinda cubit paha gue lagi, " timpa bastian,
"ya dianya sih kenapa nampakin muka sedih kan gue takutnya gak hamil gitu, " ucap dinda membela diri,
"oh iya tadi kan gue ke rumah sakit nya tempat lu kerja, " ucap sherly,
"terus, " cuek bastian, ia kembali mengambil sepotong pizza,
"oh iya ternyata anak dari pemilik rumah sakit itu adalah orang yang kita temui tadi di restoran gardenia, marisa, keren banget ya dia, " ucap sherly terkagum-kagum,
seketika bastian tersendat mendengar ucapan sherly,
"yang hati-hati ih, " dinda pergi ke dapur untuk mengambilkan minum, karena bastian tersendat,
"iya katanya pacar dia yang mau di kenalin tadi ama kita itu juga kerja di sana loh, " sambung sherly,
bastian kembali tersendat mendengar ucapan sherly, kini di pikirannya adalah marisa menganggapnya pacar bagaimana bisa?,
setelah mengambil air dari dapur dinda langsung memberikan nya pada bastian, dan bastian pun meminumnya sampai habis,
"lu kenapa sih, keselek mulu, " ucap lintang yang heran melihat bastian, yang bertingkah aneh,
"iya yang, muka kamu kok panik, " dinda juga merasa ada hal yang aneh,
"aku gak papa kok yang, " bastian mencoba menstabilkan kembali tubuhnya, dan juga ketakutannya,
ia menjadi mengundurkan niatnya untuk membicarakan apa yang sebenarnya terjadi pada dinda, ia akan bicarakan ini semua dengan marisa terlebih dahulu, ia akan menanyakan apa maksud dia berkata seperti itu,
"ouh iya marisa juga bilang, kalau bisa kita main bareng, sekalian ngenalin orang yang dia suka sama kita, " sambung sherly,
"ah ide yang bagus, aku mau tau tipe cowok yang seperti apa sih yang membuat dia jatuh cinta, marisa kan cantik banget, " ucap dinda semangat,
"cantik, gak ah gak cantik cantikan juga kamu, " sinis bastian,
"kamu pernah ketemu sama dia yang?, " tanya dinda,
"ya pernah lah, aku kan kerja di tempat ayahnya, " ucap bastian,
"oh iya yah aku lupa, " ucap dinda sambil tersenyum bodoh,
"berapa bulan lu hamilnya?, " tanya lintang,
"baru 1 bulan sih, " jawab sherly,
"kapan lu mau punya anak tang?, " tanya Daniel,
"ah gue mah belum minat punya anak, tapi kalau Tuhan kasih sih gak papa, gue mah masih kasian ama istri gue, masih muda udah ngurus anak, capek tau katanya ngurus anak tuh, " balas lintang sambil merangkul Della, dan tersenyum manis ke arah Della,
"ah lu mah, tapi gak papa nanti ada anak gue jadi lu ngurusin anak gue aja gitu, " ucap Daniel sambil mengangkat satu alisnya,
"serah lu dah, " acuh lintang,
"kalau lu din, kapan lu mau punya anak, bukannya lu yah yang nikah duluan, " tanya Daniel,
"kalau aku mah yah kak, gimana di kasihnya aja lah, Tuhan tau yang terbaik, " balas dinda dengan mendramatisir kan setiap kalimatnya,
"tidur yuk ngantuk, " ajak bastian pada dinda, sambil menarik tangan dinda untuk berdiri,
"alah jangan-jangan lu mau bikin anak lagi, bas, lu iri kan ama kita ngajak buru-buru masuk kamar, " ledek Daniel sambil tertawa,
"kagak iri gue, kan udah di bilangin kita mah gimana Tuhan aja, mau bikin tiap hari juga kalau kata Tuhan belum siap ya gak lah, " balas bastian sambil terus menarik dinda untuk pergi ke kamarnya,
"dasar lu, bisa aja kalau ngomong, " balas Daniel,
"kita juga tidur yuk, " ajak lintang pada Della,
"yuk, " Della menyetujui ucapan suaminya itu dan pergi ke kamarnya,
di ikuti oleh angela yang juga pergi ke kamarnya, untuk tidur karena besok ia masih harus melihat pangerannya,
tinggallah di ruangan itu Daniel dan sherly mereka masih enggan pergi ke kamarnya,
namun setelah beberapa menit menghabiskan waktu di sana, Daniel dan sherly memutuskan untuk pergi ke kamarnya untuk tidur,
setelah beberapa menit berlalu bahkan ini waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam,
bastian rupanya belum tidur ia kini tengah terdiam di sofa sambil melamun dan meminum teh manis, dengan kaki yang ia angkat ke atas meja, yang berada di depannya,
saat itu sherly habis dari dapur ia baru saja mengambil gelas yang berisikan air putih, namun matanya mendadak melihat bastian yang tengah melamun dan menatap kosong ke arah televisi yang mati,
sherly awalnya akan membiarkan bastian, namun ia akhirnya memutuskan untuk menghampiri bastian dan duduk di samping nya,
saat sherly duduk di sampingnya bastian sama sekali tidak menyadari nya, ia tetap pada posisi nya, sampai akhirnya sherly menepuk pindah bastian, sontak bastian langsung menatapnya,
"lu kenapa?, lagi ada masalah ama dinda?, " tanya sherly sambil menatap ke arah depan dan melipat kakinya,
"gak, gue lagi gak ada masalah ama dinda, " ucap bastian,
"terus ama siapa?, " sherly tau ini bukan urusan nya, namun ia juga tau kalau bastian saat ini butuh teman bicara,
"sama orang lain, " datar bastian,
"lu cerita aja sama gue gue janji gak bakal ceritain semua ini sama siapapun tapi itu kalau lu mau sih, gue cuman mau meringankan masalah lu, lu gak bisa pendem masalah lu sendirian, yah kalau gak sama gue lu bisa cerita sama orang lain ke, atau sama dinda juga bisa kan, dia sekarang udah jadi bagian dari hidup lu bastian, " sherly mencoba memberitahu pada bastian untuk menceritakan masalahnya pada siapapun yang bastian percaya, jangan memendamnya sendiri itu tidak baik,
bastian mulai berbalik menatap ke arah sherly, " gue sebenarnya udah gak kerja lagi di rumah sakit itu, " bastian mulai memberanikan berbicara itu pada sherly,
"maksudnya lu gak kerja di rumah sakit itu?, " tanya balik sherly,
"iya gue di pindah tugaskan menjadi dokter pribadi nya marisa karena dia sakit kanker, yang udah lumayan parah, " lanjut bastian,
"ya itu bukan hal yang salah dong, kalau cuman jadi dokter pribadinya, " ucap sherly, ia merasa itu baik-baik saja,
"yang jadi masalahnya, gue bukan hanya jadi dokter pribadi nya doang, orang tua marisa maksa gue buat nurutin semua permintaan marisa sebelum marisa pergi, " lanjut bastian,
"ya permintaan, jangan bilang kalau marisa suka sama lu, dan jangan bilang kalau orang yang marisa anggap pacar itu loh, " sherly mencoba mengeluarkan apa yang menjadi pertanyaan dalam otaknya saat ini,
"ya kurang lebih iya, dai suka sama gue, dan orang yang mau marisa kenalin itu gue, dan pada saat di restoran gardenia itu juga gue, awalnya gue gak tau akan kaya kini, tapi gue harus apa sekarang, gue bingung ngejelasin ini semua ama dinda, " bastian mulai frustasi,
"susah sih kalau udah nyangkut nyawa mah, " sherly juga kebingungan ia harus melakukan apa dalam masalah ini,
"di sisi lain nyawa orang jadi taruhannya, tapi di sisi lain jiwa gue yang bakal jadi taruhannya, " bastian benar-benar tidak tau apa yang harus ia lakukan, kalau saja ia bukan dokter mungkin ia akan meninggalkan marisa dan bodo amat sama masalah nyawa marisa,
namun sekarang marisa adalah tanggung jawab nya,
"gini aja deh, lu coba ngomong baik-baik ama marisa, lu bilang sama dia kalau lu udah punya istri mungkin aja dia akn merelakan lu pergi, " ucapan terakhir sherly sebelum akhirnya pergi ke kamarnya,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments