setelah beberapa menit menunggu bastian seperti nya anjar sudah tidak punya banyak waktu untuk menunggu lagi,
"Mar, gimana cowok lu masih lama gak?, " tanya anjar, ia sudah tidak bisa mengundur waktu nya lagi, karena para tamu undangan yang lainnya juga sudah menunggu dari tadi,
"ya udah kita mulai aja, tau di kemana, " pasrah marisa, ia memutuskan memulai acaranya tanpa mengenalkan bastian pada teman barunya itu,
setelah beberapa menit berlalu, dan acara pemotongan pita juga sudah di laksanakan, para tamu undangan juga sudah mulai pulang satu bersatu,
dan marisa rupanya masih menunggu bastian, sampai satu pesan masuk ke ponsel nya
Bastian:"Mar, gue ke rumah sakit, tadi pihak rumah sakit, hubungin gue buat ke sana karena ada pasien yang kritis, lu pulang naik Grab aja yah, sorry, "
pesan yang di dapat oleh marisa, terlihat dari wajah marisa, ia sangat kesal dengan apa yang di lakukan bastian,
marisa tengah bersama dinda, Della, sherly, angela, dan juga Anjar, namun saat dinda memperhatikan wajah marisa ia melihat kalau marisa tengah kesal,
"kamu kenapa?, " tanya dinda ramah, dinda duduk di samping marisa,
"ini cowok ku, dia katanya pulang duluan, bilangnya sih ada urusan mendadak, " balas marisa dengan cemberut,
"terus kamu pulang sama siapa?, " tanya dinda,
"paling aku pesan Grab aja, " jawab marisa,
"ouh, " balas dinda sambil mengangguk,
"pulang yuk, " ajak Della, ia sudah mulai bosan berada di sana,
"ya udah yuk, " balas semuanya serentak,
dinda, Della, sherly, dan angela berpamitan pulang pada kinar dan juga anjar,
kini mereka sudah berada di rumah, Della langsung meluruskan tubuhnya, ia tidur terlentang di sofa,
di ikuti oleh angela dan yang lainnya mereka ikut duduk di samping dan di dekat Della,
"ah punggung gue sakit, " keluh angela, sambil menyenderkan tubuhnya ke senderan sofa,
"sama gue juga, " setuju dinda,
"mana udah sore lagi, " ucap sherly,
"iya, mana harus masak, ah males deh, " ucap Della, karena yang akan masak adalah Della,
"ya udah pesan aja, " usul dinda, dinda memang akan sangat pintar jika berurusan dengan makanan,
"ah lu pintar juga sih, " ucap sherly sambil tersenyum dan menatap ke arah dinda,
"ya udah ah, gue mau mandi dulu, " ucap dinda ia berjalan menuju kamarnya,
"gue yang pesan yah, tapi lu yang bayar din, " teriak Della, sambil cengengesan,
"iya, " balas dinda acuh sambil berjalan ke tangga,
sementara itu marisa kini juga sudah berada di rumahnya, dengan ke adaan wajah yang sangat kusut, ia berjalan masuk sambil menundukkan pandangannya,
" sayang kamu kenapa?, kamu kok sendiri? bastian nya mana?, " tanya mamah marisa, yang melihat anak nya pulang sendiri dengan ke adaan wajah yang kusut,
marisa mengangkat pandangannya, dan menatap ke arah wajah mamahnya, ia menampilkan wajah sedihnya,
"mamah, bastian malah ninggalin aku, aku pulang naik Grab, " ucap marisa dengan nada manja,
"kemana dia?," mamahnya Marisa terlihat begitu kesal pada bastian,
"ke rumah sakit sih, " balas marisa,
"tapi kan tetep aja, tadinya aku mau kenalin dia sama temen-temen anaknya tante kinar, " sambung Marisa,
"ya udah ah, jangan cengeng, kalau kamu mau kenalin mereka sama temen-temen nya anjar kan bisa lain waktu, mamah yakin mereka bakal iri sama kamu deh, punya pacar yang ganteng, dan juga dokter kaya bastian, " ucap mamahnya sambil menyemangati anaknya itu,
"ya udah ah, " acuh marisa, sambil berjalan menuju kamarnya, dengan langkah yang gontai,
setelah berada di kamarnya ia langsung pergi ke kasur dan memeriksa ponsel nya, ia membuka galeri ponsel nya, ia melihat poto bastian,
"aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkan mu, apa pun, aku juga berhak bahagia di sisa hidup ku, " gumam marisa sambil tersenyum miring,
"aku akan mendapatkan mu, aku janji, aku tidak akan pergi tenang sebelum bisa dapatkan mu, " lanjut nya, kini ia tertidur di kasurnya menatap ke atas langit-langit kamar,
ia tersenyum lebar sambil membayangkan bastian, ia sangat ingin memiliki bastian, dulu ia memang tidak suka dengan bastian, namun semakin ke sini ia semakin baper kalau bastian perhatian tentang kesehatan nya,
namun kan maksud bastian cuman menjalankan pekerjaan nya, namun beda di mata marisa,
sementara itu bastian kini tengah di rumah sakit, ia tadi baru saja selesai menangani Pasien yang kecelakaan,
"pak, bisa tidak kalau saya di sini lagi, " pinta bastian pada kepala rumah sakit, di ruangan kepala rumah sakit,
"maaf bas, ini sudah keputusan dari pemilik rumah sakit ini, saya tidak bisa apa-apa , " pak joni sang kepala rumah sakit, meminta maaf ia tidak bisa membantu bastian,
"memangnya kenapa?, " sambung joni,
"saya pikir anak nya itu memiliki perasaan yang berbeda pada saya, " jelas bastian ia merasa akhir-akhir ini marisa berbeda dari hari sebelumnya, marisa menjadi orang yang menuntut bastian,
"sudah lah mungkin itu cuman perasaan mu saja, " pak joni merasa itu wajar saja,
"kau tau dia kan punya penyakit, mungkin dia hanya ingin di perhatikan lebih saja, kau juga tau kan berapa lagi waktu dia, " sambung joni,
"apa iya yah, tapi saya tidak enak kalau dinda istri saya tau, " ucap bastian ragu,
"kau harus bisa jelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat ini, dia pasti mengerti, dinda itu kan orangnya baik, " balas joni,
"tapi tetap saja kan, saya tidak bisa menjelaskannya, bahkan saya belum bicara kalau saya tidak lagi di tugaskan di sini, " ucap bastian sambil menundukkan tatapannya,
"kau salah, kau harus secepatnya bicarakan ini pada dinda, kau tau wanita itu akan lebih sakit ketika dia tau yang sebenarnya dari orang lain, "
"baiklah pak, nanti akan ku bicarakan masalah ini dengan dinda, Terima kasih telah mau mendengarkan curhatan saya, " ucap bastian sambil berdiri dan menundukkan tubuhnya,
"iya, kamu boleh pulang sekarang, bicarakan yang sebenarnya pada dinda, namun tidak usah terburu-buru kau harus memikirkan kata-kata yang akan mudah di mengerti olehnya, agar ia tidak salah paham" joni menyuruh bastian untuk pulang,
"baik Pak, saya pulang dulu, " bastian berpamitan untuk pulang pada joni,
kini ia berjalan ke luar dari rumah sakit itu, ia berjalan menuju mobilnya, namun matanya tertuju pada seorang penjual bunga yang berada di pinggir jalan,
ia bergegas membeli bunga mawar merah terlebih dahulu untuk dinda,
setelah ia membeli satu bunga mawar merah, ia langsung masuk ke dalam mobilnya, saat di dalam mobilnya bastian menatap bunga mawar itu sambil tersenyum,
ia juga menghirup wangi dari bunga itu, sebelum akhirnya ia menyimpan bunga itu di kursi sebelahnya, dan menyalakan mobilnya lalu pergi dari parkiran, untuk pulang ke rumahnya,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments