🍁🍁kebiasaan mu yang selalu berbeda dengan kebiasaan ku, aku khawatir itu juga akan membuat kita semakin jauh🍁🍁
Aku duduk diatas tempat tidur menunggu mas Albar selesai mandi, seperti biasa ia akan kesal jika ia keluar dari kamar mandi aku tidak ada didalam kamar katanya saat ia butuh sesuatu ia akan malas untuk berteriak memanggil ku. Padahal terkadang ia hanya ingin aku diam saja disana aku tak mengerti apa sebenarnya maunya mas Albar ini.
Aku mulai mengantuk lagi dan lagi, apa aku kurang tidur yah? Perasaan aku selalu mengantuk sejak tadi.
Aku merasa sedikit percikan air mengenai wajahku dari arah depan, perlahan kubuka mataku dan ku lihat mas Albar sudah berdiri disana dengan handuk yang melilit pinggang nya itu.
Aku buru-buru bangkit dari tempat tidur dan memberikan mas Albar setelan nya itu. Sekilas ia melihat kearahku lagi.
"Masih pagi sekali kamu sudah mengantuk begitu? Bagaimana mau belajar nanti? Pasti kamu akan tidur dikelas, ck, sia-sia saja bersekolah. " Apa-apaan dia? Sok tau sekali. Aku tak akan ketiduran disekolah karena disana banyak teman tidak seperti disini aku seperti patung yang seharian diam dan diam saja. Tak ada teman untuk diajak berbicara.
Aku hanya diam saja lalu mulai memberikan ia celana terlebih dahulu. Namun ia tak mau menerima itu, bahkan ia terus saja menatap kearahku seolah berkata bahwa aku melakukan sesuatu yang salah.
"Ada apa tuan? Apa saya salah mengambil nya? " Aku terheran melihat nya.
"Kamu pikir saya akan langsung memakai celana tanpa dalaman? Kamu pikir saya akan nyaman dengan itu, coba tarik pada dirimu memakai rok seperti itu dan tak memakai dalaman sama sekali, apa kamu sanggup? "
Aku kaget setengah mati mendengar ucapannya yang tak terduga itu, bagaimana bisa ia mengatakan itu pada seorang gadis? Yatuhan apa otaknya bermasalah karena terlalu pintar yah?. Lagian, masa dalaman nya saja harus aku sih yang ambil? Kan punya tangan sendiri aduhh.
Aku masih saja berdiri merasa kaku bahkan untuk bergerak pun aku tak sanggup karena masih segan dan canggung dengan ucapan nya tadi. Dan bagaimana bisa ia sesantai itu setelah mengatakan nya?.
"Tunggu apa lagi? Cepat ambil dungu! Kebiasaan suka lamban dan membuang banyak waktu. "
Aku berjalan dengan ragu dan membuka lemari, pipiku memerah saat melihat seluruh ********** yang beragam warna itu. Dengan cepat aku ambil asal lalu memberikan nya kearah mas Albar tanpa melihat kearah nya. Yatuhan ini sungguh memalukan sekali.
"Kenapa malah mengambil warna coklat sih? Harusnya warna dongker juga seperti setelan saya ini. " Aku kaget lagi bahkan sampai menjatuhkan dalaman yang ada di tanganku itu, apa harus yah dalaman juga sesuai dengan warna baju. Tak ada juga yang melihat kenapa harus segitunya yah?.
"Tunggu apa lagi? Kalau berani bengong lagi kamu saya habisi. " Aku buru-buru ke lemari dan mengambil dalaman berwarna dongker lalu menunggu ia memakai kemeja nya kemudian memakaikan ia dasi semampuku.
"Lumayan dari pada kemarin. " Ia berkomentar. Aku hampir gila saat belajar dari youtube kemarin.
"Silahkan makan tuan. " Aku menyiapkan nasi beserta lauk pauknya diatas piring mas Albar dan ia langsung menyantapnya begitu saja.
"Kenapa hanya diam saja? Kamu tak makan rupanya? " Ia terlihat heran.
"Memang boleh tuan? " Aku bertanya dengan ragu. Aku takut akan terasa lancang jika ikut makan bersama dengan nya.
"Kamu pikir saya akan sanggup memakan semua ini? Gunakan dulu otaknya walau sedikit. "
Aku dengan semangat duduk didepan nya langsung menyendok nasi dan lauk pauk itu lalu makan dengan semangat.
"Kamu mungkin tidak sebodoh itu kan tidak berani makan makanan dirumah ini? Saya tidak sepelit yang kamu pikirkan. Jadi baik-baik lah agar saya tidak berubah menjadi manusia menyebalkan. Kami bersyukur karena masih bersama dengan sifat saya yang baik ini. "
Aku tersedak karena ucapan nya itu, apa dia bilang? Dia baik? Apa tidak salah omong dia? Kalau begini sudah ia sebut baik apa sifatnya yang menyebalkan itu lebih parah yah? Wahh jangan sampai aku bertemu dengan sifatnya yang itu. Bisa mati muda aku lama-lama.
Setelah selesai makan kami pun keluar dari rumah, mas Albar Hendak ke kantor dan aku kesekolah.
"Eugh,, tuan. Apa saya boleh menumpang dimobil tuan sampai didepan gerbang sekolah, kebetulan tuan juga arah sana kan? " Aku memberanikan diri untuk menanyakan itu karena saat ini uang ku sudah sangat menipis untuk naik bus saja susah. Mas Albar tak memberikan aku uang sama sekali dan aku juga tak mungkin meminta, kami bukanlah suami istri sungguhan tak mungkin ia juga harus menafkahi ku seperti keperluan syukur syukur ia mau memberikan ku makan juga biaya sekolah.
"Em yasudah. " Ia masuk dan langsung kuikuti dengan semangat.
Assa dapat tebengan geratis.
"Hei." Lea menepuk bahuku saat ia juga baru pertama sampai digerbang sekolah.
"Eh lea, kamu biasa berangkat di jam segini yah? Rajin sekali. " Aku tersenyum.
Ia sedikit cemberut "Rajin bagaimana? Gua terpaksa tau, mamah nih maksa mulu biar aku berangkat jam segini. " Aku tersenyum dan kami melanjutkan langkah kami menuju kelas.
"Ragil memang suka terlambat yah? " Aku bertanya saat kami sudah duduk dikelas dan melihat kursi ragil masih kosong.
"Hooh, tuh anak mampir dulu ke warnet baru masuk ke sekolah. Kebiasaan nya sejak dulu mah. " Aku hanya ber oh saja lalu kembali mencatat beberapa catatan yang menurut ku perlu.
Kelas sudah dimulai sejak tadi, dan terlihat beberapa murid sangat fokus mendengar kan pak budi menjelaskan rumus mencari elektron valensi suatu senyawa. Aku sudah berkali-kali menahan kantuk ku namun masih saja tak bisa kutahan.
Apa mas Albar tadi menyumpahi ku yah? Hingga aku jadi ngantuk begini.
Kurasakan sebuah gulungan buku dilempar dari belakang hingga tepat diatas meja. Kuambil kertas itu dan membuka nya perlahan.
"Ngantuk lu? " Seketika aku melihat kebelakang ragil tersenyum padaku dan aku mengangguk mengiyakan itu.
Ia tersenyum lalu meminta kertas itu untuk ia tulis kembali dan ia lemparkan lagi kearahku.
"Tidur aja, nanti kalau pak budi liat gua bakal selametin lu kok. " Aku melihat kebelakang lagi dan benar saja ia mengangguk meyakinkan ku.
Aku sebenarnya merasa ragu diawal, tapi karena rasa kantuk ku sudah tak bisa ku lawan aku pun mau mau saja menerima tawaran ragil itu, baik sekali sih jadi orang. Apa dia memang sebaik itu yah? Ahh aku jadi ingin menjadi teman dekat nya.
Aku pun mulai terlelap karena merasa tidur ku masih kurang.
🍁🍁bersambung 🍁🍁
Jangan lupa yah like, komen dan vote❤
Pai pai say 💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments