🍁🍁kehidupan ku dan kamu sudah menentukan bahwa bersatu itu adalah hak yang mustahil 🍁🍁
Aku perlahan membuka mata tepat pukul 04.45Am.terlalu dini untuk bangkit hingga aku masih saja terdiam diatas sofa melihat sekeliling kamar mas Albar dan mataku berhenti tepat kearah tempat tidur, disana mas Albar berbaring dengan lelap dan menghadap kearah lain hingga aku tidak bisa untuk sekedar melihat wajahnya itu.
Aku kembali menatap langit-langit kamar memikirkan bagaimana hidup ku ini kedepan nya? Apakah aku akan tetap seperti ini? Dalam kendali mas Albar dan tak bisa terbang bebas.
Air mataku tiba-tiba mengalir mengingat kehidupan ku yang tak jelas ini, dulu saat ibu dan bapak hidup aku memang miskin dan tak punya apa-apa tapi kenapa hatiku sangat damai? Aku merasa akulah manusia paling bahagia di dunia padahal kami sangat apa adanya dan bahkan hanya makan seadanya saja.
Kini, aku memiliki tempat tinggal yang lebih layak meskipun bukan rumahku. Aku bisa makan enak saatas Albar membeli makanan. Aku bisa bersekolah disekolah yang cantik dan juga memiliki banyak teman bahkan kini aku sudah menikah meskipun tidak bisa disebut sebagai pernikahan karena ini sudah berbeda konsep dari kebanyakan orang. Aku hanya sebuah alat yang ia butuhkan dan aku akan dibuang sewaktu-waktu ia lelah dan bosan dengan ku.
"Ibu, bapak maafkan aku yang menjalani hidup dengan cara seperti ini hiks,, aku juga lelah sebenarnya. " Aku menahan tangisanku. Sebenarnya aku bukanlah gadis yang cengeng tapi entah kenapa akhir akhir ini aku merasa sangat emosional dan mudah menangis apalagi mengingat hidup ku yaang mulai membaik itu tapi tiba-tiba aku kembali jatuh pada titik dimana aku tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Aku merasa dunia tak pernah berpihak pada ku, dunia seolah ingin aku menderita sampai akhir nafasku.
Aku menghapus air mataku dengan cepat dan bangkit dari sofa. Untuk tidur sudah tidak mungkin lagi bagiku, aku lebih baik mulai mengerjakan tugasku agar tidak terlambat kesekolah seperti kemarin. Aku tak mau berhadapan lagi dengan pak saepudin dan melihat wajahnya saja aku tak sanggup sama sekali.
Kubuka pintu kamar perlahan dan berjalan menuruni tangga dengan hati-hati takut mas Albar terbangun lalu marah karena aku mengganggu tidur nyenyak nya itu.
Aku mulai memasak nasi dengan beras yang kami beli tadi malam, karena sehabis makan dari kaki lima kami mampir bentar di swalayan untuk membeli beberapa perbelanjaan untuk kami dirumah ini.
Selagi menunggu nasinya matang aku mulai membersihkan rumah mulai dari menyeka debu debu dan menyapu hingga mengepel lantai. Aku merasa sangat lelah dan berkeringat padahal masih pagi sekali.
Aku pun berjalan kearah kulkas setelah selesai dengan urusan membersihkan rumah. Aku mulai mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas dan mulai mengerjakan ritual memasak ku itu.
Benar-benar lelah saat aku harus bangun di jam segini, aku merasa ingin demam saja tapi aku tetap menahannya. Mungkin karena aku masuk angin tidur tanpa selimut. Aku tak berani meminta selimut dan mas Albar juga tak mau menawari hingga aku harus tidur tanpa selimut. Mungkin itu penyebabnya aku merasa pegal kini.
Aku terus saja mengaduk tumisan ku itu dan tersenyum saat mencoba rasanya "Wahh memang masakan zhia adalah yang terbaik. " Aku tersenyum setelah memuji diriku sendiri.
Setelah selesai dengan masakan aku mengaturnya diatas meja makan dengan rapi diikuti dengan beberapa peralatan seperti tisu dan juga buah yang kami beli kemarin. Aku harap mas Albar mau menghargai nya. Aku sudah susah payah membuat nya.
Setelah itu aku berjalan kearah mesin cuci dan mulai membersihkan semua pakaian kotor yang ada didalam ember itu. Sembari menunggu aku bahkan sempat ketiduran karena masih mersa tidur ku kurang.
"Akhh zhia ada apa dengan mu? Sadarlah, sekarang sudah pukul 06 lebih." Setelah selesai mencuci dan menjemur pakaian aku pun berjalan ke kamar dengan keringat di tubuhku. Ah tak apa lagian kan aku juga hendak mandi.
Aku mulai mandi terlebih dahulu karena mas Albar berangkat kerja pukul 08-an lah, kemarin ia buru-buru karena sedang melakukan sesuatu yang penting.
Aku keluar dari kamar mandi dan buru-buru memakai seragam sekolah ku dan merapikan penampilan ku agar nanti tidak perlu terburu-buru saat aku harus berangkat jenis sekolah.
"Tuan, bangunlah sudah pagi tuan. " Aku perlahan membangunkan mas Albar yang masih terlelap itu, kulihat ia sedikit terusik dengan suaraku namun ia masih belum juga membuka matanya.
Aku takut ia akan marah jika kubangun kan, tapi aku lebih lanjut ia juga marah karena terlambat masuk kantor nanti.
"Tuan, bangunlah tuan, saya takut tuan akan terlambat masuk kantor nanti. " Ia pun mulai membuka matanya dengan pelan lalu melihat kearah ku dengan wajah bingung.
"Jam berapa sekarang? Kenapa sudah rapi begitu? " Ia terlihat bingung dengan ku yang sudah rapi itu.
Aku melirik jam di dinding "pukul 06.45 pagi tuan, saya terbangun jam 04 tadi tuan dan sudah mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak dan mencuci, saya takut tuan akan berangkat seperti kemarin tanpa sarapan dulu. " Aku pun mulai melipat selimut mas Albar yang sudah mulai bangkit itu.
"Wahh, kenapa dengan nya? Peningkatan sekali, jam 04 dia Bangun dan sudah menyelesaikan semua tugasnya? Baguslah pagi ini aku tak perlu emosi padanya. " Albar membatin.
Kulihat sekilas mas Albar yang melakukan peregangan itu, aku masih fokus untuk mengerjakan pekerjaan ku membersihkan kamar ini, karena hanya kamar ini yang belum ku bersihkan.
Mas Albar terus saja melirik ponselnya berkali-kali seperti sedang menunggu pesan dari seseorang. Dan seketika senyumnya terbit karena sebuah notifikasi masuk.
Ia tersenyum senang saat membaca pesan itu, kenapa yah ia begitu bahagia hanya karena sebuah pesan? Apa itu dari pacarnya yah? Ahh sudahlah zhia bukankah kamu sendiri yang mengatakan untuk tidak usah mengurusi masalah pribadi orang lain.
Aku pun langsung berbalik kaget saat mas Albar lagi-lagi melakukan aksi lepas busananya live didepan mataku oh Tuhan apa ia tak malu yah? Aku bahkan tak bisa bergerak kini.
"Hei, dungu kali ini tolong siapkan setelan saya yang berwarna dongker yah. "
Aku dengan cepat mengangguk "baik tuan. " Tanpa melihat kearahnya sama sekali. Aku tak akan melihat kesana.
"Kamu yah, apa saat sekolah gurumu mengajar kalau berbicara dengan orang lain itu harus membelakangi yah? Saya sedang berbicara dan kamu malah membelakangi saya? Apa sekolah mu itu tak berguna yah? " Tuh kan salah lagi, aku kan cuma ngk mau liat ia bertelanjang dada begitu. Dia pikir itu mudah yah buat aku.
Aku dengan terpaksa berbalik dan pipiku langsung memerah karena ia lagi-lagi hanya mengenakan handuk saja.
"Ma,, maaf tuan. " Aku menunduk.
"Akhh sudahlah saya sedang bahagia dan tak ingin badmood hanya karena meladeni mu. " Ia memasuki kamar mandi dengan senyuman yg aku sendiri tidak tau apa penyebab nya.
Aku pun kembali membersihkan semua pakaian yang berserakan itu.
🍁🍁bersambung 🍁🍁
Jangan lupa yah like, komen dan vote❤
Pai pai say💋.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Jeng Woro
Kasian Zhia😭
2021-03-16
0