"Jangan natap gue kayak gitu Del. Tar gue khilaf bahaya," tegurnya gugup. Della melemparkan kapas yang tadi ia gunakan.
"Ck mesum. Dah lah back to topik, emang pacarnya Pak Aiden kenapa?" tanya Della sembari membereskan alat tempurnya tadi.
"Dia tuh cewek gak bener Del. Pacaran sama Aiden cuma karena hartanya aja. Setelah hartanya Aiden habis dia pasti ninggalin dan udah banyak yang jadi korbannya," ucap Rino.
"Gue gak mau sampai sahabat gue dihancurin oleh cewek bangsat kayak dia. Tapi Aiden itu seakan akan menutup mata dan telinganya kalau gue, temen temen bahkan orang tuanya nasehatin dia dan orang yang bicarain yang sebenarnya tentang ceweknya pasti berujung kayak gue gini," sambungnya frustasi.
"Jangan jangan Pak Aiden di pelet lagi," ucap Della menerka nerka.
"Ya kali Del zaman sekarang yang super duper canggih masih pakai begituan."
"Ya kan gak ada yang tau."
"Ck dah lah jangan mikir yang gak gak takutnya jadi fitnah nanti." Rino meraih cangkir tehnya dan segera meminumnya sampai tandas.
"Oh iya Del. Minta nomor lo dong," ucap Rino sambil menyodorkan ponselnya ke arah Della. Della mengerutkan dahinya menatap ponsel dan wajah Rino secara bergantian.
"Buat apa?" tanyanya.
"Buat neror lo, biar mau jadi bini gue," canda Rino yang mendapat geplakan tangan dari Della di punggung.
"Canda mulu jadi orang," jawab Della sambil tersenyum. Walaupun di dalam hatinya sekarang sedang berbunga bunga andaikan itu bukan candaan pasti Della dengan senang hati menerimanya.
"Ya udah sih. Buruan kasih nomor lo," paksa Rino.
"Pemaksaan." Della mengambil ponsel Rino dan mengetikan nomornya.
"Nih udah." Della menyodorkan kembali ponsel Rino.
"Thanks cantik." Rino mengedipkan sebelah matanya dan segera berdiri dari duduknya.
"Mau kemana?" tanya Della menghentikan langkah Rino.
"Pulang lah, kalau disini takut di amuk lagi sama singa," ucapnya kemudian dengan senyum yang tidak bisa diartikan ia berjalan kembali kearah Della berasal. Mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Della yang masih terduduk manis diatas sofa, memajukan wajahnya sampai ujung hidung mereka berdua bertemu. Della yang mendapat perlakuan seperti itu hanya diam tanpa suara bahkan perlawanan, entahlah otaknya serta saraf saraf sekarang sedang tidak bekerja dengan baik.
"Hahaha baru juga di gituin, pipi Lo udah merah aja jadi tambah gemes deh." Della segera menjauhkan wajahnya dan menutupnya dengan kedua tangan.
"Apaan sih lo, gak lucu," ucap Della menahan malu.
"Gitu aja marah. Jangan marah oke. Gue tadi cuma bercanda lain kali gak lagi deh. Maafin gue ya." Rino membuka tangan Della yang dari tadi menutupi muka cantiknya, menggenggamnya erat.
"I..iya gue maafin," jawab Della sambil menundukkan wajahnya. Rino yang mendengarnya pun tersenyum dan melepaskan tautan tangannya.
"Ya udah gue pulang dulu. Nanti gue telpon," pamitnya sembari mengelus puncak rambut Della. Della mengangguk kepalanya dan segera mengantarkan Rino sampai didepan pintu apartemen.
"Hati hati," ucapnya malu. Rino pun membalas dengan senyumnya dan segera pergi meninggalkan apartemen Aiden. Della terus melihat Rino sampai ia benar benar menghilang dari hadapannya.
"Huwaaaaa emak anakmu lagi jatuh cinta, sungguh bahagianya diriku," teriaknya tanpa memperdulikan Aiden yang tengah istirahat di dalam kamarnya.
"Gini ya rasanya jatuh cinta, uhhh my hearte is kungkang kungkang," ucapnya sendirian sambil memegangi dadanya yang tengah memacu begitu cepat tidak seperti biasanya.
Sebegitu bahagia kah orang yang sedang jatuh cinta sampai sampai Della tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang telah melihat tingkah laku absurdnya dari tadi. Ya siapa lagi kalau buka Aiden yang terganggu akan teriakan Della yang menggema di seluruh ruangan bahkan mungkin tetangga apartemen pun juga iku mendengar.
Aiden berjalan mendekati Della yang masih cengar cengir membayangkan jikalau tadi dirinya tengah berciuman dengan Rino ah dasar otak Della sudah terkoneksi dengan virus mesum. Aiden menggeplak pelan pundak Della yang membuat sang empu menoleh kaget.
"Apaan sih Pak, selalu aja merusak suasana," gerutu Della tak terima.
"Kamu tuh yang apaan teriak teriak gak jelas. Ini apartemen bukan hutan," Della memutarkan bola matanya malas.
"Dah lah Pak jangan di bahas. Saya lagi males berdebat dengan bapak untuk sekarang. Mending bapak masak sana, saya udah laper pak beneran deh cacing cacing udah pada demo dari tadi," ucap Della sambil memegangi perutnya yang memang sudah bunyi beberapa kali.
"Kamu nyuruh saya Della," tutur Aiden tegas.
"Iya lah Pak, siapa lagi coba orang yang ada di apartemen ini cuma saya dan bapak aja gak ada orang lain."
"Enak aja kamu nyuruh saya masak. Saya itu atasan kamu Fredella Genoveva kalau kamu lupa," ucap Aiden yang menekankan kata atasan pada pengucapannya.
"Ck ini tuh bukan jam kerja Pak Aiden yang terhormat jadi tolong dong pak sekali kali masakin saya gitu. Saya tuh bener bener lagi males Pak dan ini coba cium asem kan pak." Della mendekatkan tubuhnya ke Aiden.
"Stop gak usah dekat dekat saya. Jangan modus ya kamu." Aiden mundur beberapa langkah untuk menghindari Della yang semakin dekat.
"Saya tuh gak modus Pak. Cuma bapak biar percaya aja sama saya kalau saya itu butuh mandi sekarang dan gak sempet masak, jadi tanpa mengurangi rasa hormat saya sama bapak tolong pak masakin saya please," ucap Della sembari mengeluarkan jurus andalannya yaitu puppy eyes, tapi jurus itu kayaknya tidak manjur untuk seorang Aiden bos paling setia seantero jagat raya ini.
"Gak ada. Saya gak bisa masak Della. Kamu tuh harusnya sadar diri udah numpang di apartemen saya bukanya terimakasih malah nyuruh yang punya buat masak." what apa katanya numpang? Della gak minta buat ditampung Aiden di apartemennya ini bahkan dia tadi berniat untuk bermalam disalah satu hotel tapi dia tidak berani mengambil resiko yang mengakibatkan dia akan hilang di negara orang.
Della pun tidak menjawab ucapan Aiden yang berhasil membuat moodnya kembali hancur berkeping keping. Dia beranjak dari hadapan Aiden dengan sesekali menghentakkan kakinya menuju dapur bergulat dengan beberapa sayuran yang sudah tersedia disana dan beberapa peralatan yang siap digunakan. Ia mengambil ikat rambutnya dari dalam saku celana dan mengikatnya asal.
Sedangkan Aiden hanya mengedikan bahunya dan kembali berjalan memasuki kamarnya untuk segera menghubungi orang yang begitu spesial bagi hidupnya tak lain dan tak bukan siapa lagi kalau bukan Cika sang kekasih.
Aiden meraih ponselnya yang tadi diatas nakas, membaringkan tubuhnya dan dengan segera memencet nomor Cika. Panggilan pertama hanya sautan dari operator yang ia dengar hingga berkali kali mencoba dan hasilnya masih tetap sama.
"Kok gak diangkat sih," gerutu Aiden sambil memencet kembali nomor Cika.
"Nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif cobalan beberapa saat lagi."
"Kenapa sekarang malah gak aktif. Kamu kemana sih sayang bikin khawatir aja. Seharian gak ngabarin aku chat juga gak kamu balas aku telepon dari tadi gak kamu angkat dan sekarang gak aktif. Ayolah sayang jangan buat aku khawatir sama kamu," ucap Aiden sambil memandang layar ponselnya yang tengah menampilkan foto dirinya dengan Cika yang tampak romantis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
A.0122
semudah itu della di buat baper, dan aiden udh pasti pacar ularmu sedang bersama selingkuhannya lah
2022-03-27
1
Oi Min
Hadeh..... Aigo Aigo Aiden..... Aiden tak berdaya di butakan cinta si cabe
2022-01-25
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Della bikin ngakak aja🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-12-15
0