Beberapa jam telah berlalu kini waktu menunjukkan pukul 11:30 WIB, Della meninggalkan pekerjaannya untuk sementara waktu dan segera pergi ke kantin yang ada di kantor tersebut yang berada di lantai bawah. Ting, lift terbuka Della keluar dengan santai.
"Hai Del," sapa Desi yang kebetulan ingin ke kantin.
"Hai Des, mau ke kantin juga?" tanya Della sesudah Desi sampai di sampingnya.
"Iya nih, yuk bareng aja." Desi langsung menggandeng tangan Della menuju kantin.
"Kamu gak sama temen kamu yang lain?" tanya Della heran.
"Mereka udah pada janjian sama gebetannya, ya kali aku ganggu mereka," jawab Desi.
"Emang kamu gak janjian juga sama gebetan mu?" kata Della yang masih di gandeng Desi di sampingnya.
"Boro-boro punya gebetan, yang deketin aja gak ada. Hmmm nasib orang jelek ya gini, jomblo terus," keluh Desi.
"Siapa yang bilang kamu jelek? Kamu tuh cantik tau, hanya belum ada seseorang yang tepat untukmu," kata Della sambil mengacak-acak poni Desi.
"Ih jangan di berantakin lah Del, lama tau benerinnya." Desi membenarkan poni sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hahaha kamu tuh lucu tau Des kalau manyun gitu jadi gemes akunya pengen cubit jantungmu."
"Gak lucu Del," kata Desi yang masih cemberut.
"Hahaha baiklah Desi sayang, jangan manyun gitu lah jelek banget tau dan buat tebusannya sekarang aku ambiln makanan buat kamu dan kamu tinggal duduk manis disini gimana," bujuk Della sambil mendudukkan tubuh Desi disalah satu kursi yang masih kosong.
"Baiklah aku tunggu kamu disini, tapi emang kamu tau dimana ambilnya?" tanya Desi.
"Tuh disanakan, tunggu bentar disini jangan kemana-mana tar ilang gue juga yang repot."
"Haisss gue bukan anak kecil juga kali Del, masih tau arah kalau disini mah. Eh btw kita ngomongnya gini aja ya gak usah aku kamu formal banget, belibet juga lidah gue kalau harus ngomong aku kamu terus. Di kantor harus formal masak sama teman sendiri juga harus formal gak enak banget tau," cerocos Desi.
"Iya-iya Des, kalau lo ngajak gue ngomong terus kapan guenya ambil makannya," kata Della.
"Hehehe ya maaf, dah sana lo ambil makan dulu keburu dah habis waktu makannya," usir Desi sambil mendorong pelan tubuh Della.
"Haisss lu tadi yang ngajak gue ngomong dasar." Della pun pergi meninggalkan Desi.
Tak berselang lama Della menghampiri Desi dengan membawa dua kotak makan.
"Nih makan!" Della duduk di depan Desi sambil menyerahkan makanan.
"Thanks cantik." Mereka pun langsung melahap sampai habis tak tersisa dan bergegas untuk kembali ke pekerjaan masing masing.
...*****...
Beberapa bulan telah berlalu pekerjaan Della semakin sibuk namun masih bisa ia kendalikan, dan persahabatan Della dan Desi semakin dekat layaknya keluarga.
Mereka berdua sekarang sedang menikmati makan siangnya di kantin kantor seperti biasa.
"Del, sabtu jalan yuk, kan Jum'at nya kita gajian," ajak Desi di tengah-tengah mereka menikmati makanannya.
"Kemana?" tanya Della mengalihkan pandangannya ke Desi di depannya.
"Ke mall. Mau beli baju gue, sekalian refreshing biar otak gue gak ngebul mulu karena urusan kantor," keluh Desi.
"Hahaha kasihan sekali sih banyak kerjaannya sampai sampai buat otak ngebul," ledek Della.
"Haisss emang lo gak banyak kerjaan."
"Lo tanya sama gue?"
"Gak, gue tanya sama bakso bukan sama lo," ucap Desi sembari melahap bakso.
"Hahaha, ya gitu lah kerjaan gue banyak, ngumpul, numpuk, tapi masih aman-aman aja buat gue," ucap Della.
"Ya ya ya orang pinter mah beda. Sesulit apapun sebanyak apapun gas aja gak ada gangguan," jawab Desi yang sambil mengunyah baksonya.
"Gue gak pinter-pinter banget kali Des. Gue juga masih tahap belajar."
"Merendah untuk meroket ya Mbak ya," timpal Desi.
Mereka pun kembali makan tanpa pembicaraan lagi sampai makanannya habis.
"Jangan balik dulu deh Del, ngobrol-ngobrol lagi masih ada waktu 20 menitan ini. Gue kalau balik sekarang makanan nih, yang ada di perut gue keluar semua gara-gara liat dokumen yang antri minta pertanggung jawaban gue." Desi mengambil nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar.
"Gue juga belum mau balik kali Des. Disana paling masih belum ada orang paling-paling cuma asistennya pak Reiki yang super duper sibuk. Oh iya Des gue mau nanya sama lo," ucap Della sambil membenarkan posisi duduknya.
"Nanya apa?"
"Lo pernah liat CEO perusahaan ini gak sih?" tanya Della penasaran.
"Ha, lo tanya gimana tadi?"
"Isss, gue tanya lo pernah gak liat mukanya bapak CEO AWA grup tempat gue dan lo kerja saat ini? Bolot banget sih jadi orang," kata Della sembari menyangga dagunya menggunakan kedua telapak tangan.
"Kurang ajar ngatain gue bolot kualat lo tar sama orang tua baru tau rasa." Desi menoyor kepala Della pelan.
"Kita cuma beda beberapa bulan aja kali," timpal Della sambil membalas toyoran kepala ke Desi.
"Tapikan sama aja tuaan gue."
"Baiklah Mbak Desi maafkan kata-kata gue yang sebenarnya kenyataan, dan sekarang lo jawab pertanyaan gue! Lo pernah gak liat orangnya, masalahnya gue yang sekertarisnya aja gak pernah liat, malah semua dokumen disuruh nyerahin ke pak Reiki terus ruangan CEO juga gak pernah ada orangnya. Heran gue tuh sebenarnya perusahaan ini punya CEO gak sih atau jangan-jangan CEO-nya pak Reiki tapi dia nyamar gitu jadi asisten pribadi, terus nama aslinya pak Reiki tuh Aiden bukan Reiki," cerocos Della.
"Ha, masak lo gak tau sama gak pernah liat orangnya sih lo kan sekertarisnya, harusnya kan setiap hari tatap muka."
"Gue tau namanya doang Des, kalau mukanya gak tau sama sekali gue bener deh. Malah gue ngerasa kalau gue bukan sekertaris CEO tapi sekertarisnya pak Reiki," jelas Della.
"Atau jangan-jangan bener kata lo. Kalau pak Reiki tuh sebenernya CEO berkedok asisten pribadi. Masalahnya gue kerja disini hampir 2 tahun gak pernah ketemu juga sama pak Aiden, seujung jarinya aja gak pernah liat. Gue dulu mikirnya kalau pak Aiden tuh orangnya tertutup banget gitu jadi gak pernah nampakin batang hidungnya, dan gue juga cuma beberapa kali liat wajah pak Reiki ganteng banget uyy pengen gue nikahin tapi gue sadar posisi. Pak Reiki bagaikan pangeran dan gue upik abu. Susah gapainya nyesek dihati, saingan banyak, cakep-cakep pula, orang berada semua, barang-barang yang mereka pakai branded semua, kalau di bandingin sama gue kan jauh dan kalau gue bersanding sama pak Reiki jadinya gak imbang berat di pak Reiki-nya ringan di gue. Hiks ngenes banget ya," ucap Desi panjang lebar. (Merendah untuk meroket Desi mah).
"Lah kenapa lo jadi curhat. Gue-kan tadi tanyanya pak Aiden kenapa jadi lo bahas masalah suka lo sama pak Reiki. Hadeh, dah lah gue mau balik bye." Della melangkah pergi dari kantin.
"Haisss, tungguin lah Del." Desi pun bergegas menyusul Della.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
yhoenietha_njus🌴
lanjooot
2024-01-25
0
ramochaaa
semangat!!!
2023-07-13
0
A.0122
sampai beberapa bln kerja tpi blm ketemu sosok bos
2022-03-27
0