"Ih kemana sih nih bos kurang ajar. Masak iya gue di tinggal, kan gue gak telat ini juga jam setengah sembilan kurang lima menit. Tadi nelpon juga gak jelas suruh nunggu dimana, ngabarin juga mendadak ih nyebelin banget sih pengen gue cakar cakar wajah gantengnya." Kini kekesalan Della naik dua kali lipat. Mood yang tadinya buruk menjadi lebih buruk. Della meninju ninju udara yang di depannya tak memperdulikan orang lain yang menatap aneh dirinya, membayangkan jika yang ia tinju bukanlah angin melainkan wajah Aiden yang sangat menyebalkan.
Hingga datanglah seseorang bertubuh kekar mendekati Della.
"Maaf apakah benar nona yang bernama Fredella Genoveva?" Tanyanya dengan suara bariton yang berhasil membuat Della kaget. Della segera menetralkan jantungnya dan menatap pria itu dengan curiga darimana dia tau nama lengkapnya sedangkan Della saja tidak mengenal orang yang sekarang tengah berdiri disampingnya.
"Iya, anda siapa?" tanya Della was was.
"Oh saya salah satu bodyguardnya tuan Aiden yang kebetulan di tugaskan untuk mengantarkan nona Della ke pesawat. Tuan Aiden sekarang sudah berada disana." Della menghembuskan napas lega.
"Mari nona," ucapnya sopan namun tegas. Della beranjak dari tempat duduknya dan mulai berjalan mengikuti bodyguard Aiden yang lebih dulu melangkah didepannya.
"Tunggu dulu om bodyguard." Bodyguard tersebut menghentikan langkahnya dan menghampiri Della yang tengah berdiri tegak di belakangnya.
"Iya ada apa nona?" tanyanya yang sudah berada di depan Della.
"Saya belum di kasih tiketnya sama Pak Aiden otomatis saya tidak bisa masuk kedalam pesawat kan?" ucap Della.
"Tenang saja nona, tuan Aiden kesana dengan pesawat pribadinya tanpa pakai tiket segala, tinggal cus menerobos awan lalu sampai deh." Della menatap heran ke arah bodyguard Aiden, ternyata di balik tubuhnya yang kekar dan tegap ada sifat pelawak disana.
"Mari nona lanjutkan jalannya tar kalau sampai telat tuan Aiden bisa marah, saya juga yang kena imbasnya," tuturnya sembari berbalik badan meninggalkan Della yang masih berdiri dibelakang.
"Ih om bodyguard tungguin dong, berat nih koper," teriak Della yang mulai berjalan mengikuti bodyguard.
"Ya elah nona kenapa gak bilang dari tadi kalau berat, kan ada saya yang siap membantu. Ya udah sini saya bawain."
"Om aja yang gak peka, jadi cowok tuh harus peka lho om, kasihan cewek om entar kalau om gak pekaan." Della menyerahkan koper miliknya dan mensejajarkan dirinya di samping bodyguard dan kembali berjalan.
"Benar juga kata nona. Setiap hari istri saya marah marah terus katanya saya gak pengertian lah, gak peduli lah, gak peka lah ini itu lah. Padahal saya kerja juga buat dia, apa yang dia mau saya belikan tapi kenapa masih marah marah ya non?" tanya bodyguard. Della menengok ke arah bodyguard Aiden dengan mengerutkan keningnya heran. Owh lagi curhat colongan toh ternyata pikir Della dengan tersenyum.
"Mungkin om gak romantis sama istrinya. Biasanya cewek itu suka cowok yang setiap hari romantis, cium kening sebelum berangkat kerja, rangkul dia kalau lagi masak, bantuin beresin rumah. Atau kalau om udah punya anak bantuin jagain dia, ganti popoknya lah, mandiin babynya lah, buatin susu atau makanan buat dia pasti istrinya seneng dan gak marah marah lagi deh," tutur della panjang lebar.
"Hmmmm gitu ya non." Bodyguard itu manggut-manggut tanda jelas apa yang Della katakan.
"Saya jadi curiga sama om. Apa om gak pernah ngelakuin apa yang saya bicarakan tadi ke istri om?" tanya Della menyelidik.
"Hehehe gak pernah non, saya romantis sama istri kalau lagi ada maunya misalnya ehem begituan." Della menepuk jidatnya sendiri, pantas saja istrinya marah marah orang suaminya aja gak pernah bantuin dia, romantis juga kalau mau berbuat hubungan dasar lelaki.
"Nanti kalau udah di rumah praktekin deh om ucapan saya tadi," ucap Della.
"Harus itu non, biar saya gak di marahin mulu sama istri saya." Della menganggukan kepalanya, tak terasa kini Della tengah berada didepan badan pesawat, sebelum naik ke dalam pesawat ia menengok ke belakang.
"Makasih ya om, kapan kapan kalau ketemu ngobrol lagi." Bodyguard itu memberi hormat kepada Della, dengan segera ia melangkahkan kakinya masuk kedalam pesawat.
Della terpaku melihat isi didalam pesawat pribadi Aiden. Sungguh amat sangatlah mewah baginya. Sampai dia berpikir apa benar sekarang ini dia sedang berada di dalam pesawat bukan sedang di dalam rumah seseorang kan, pikirnya.
"Wow amazing," ucapnya lirih. Della terus mengamati setiap inci isi pesawat Aiden tanpa dia ketahui Aiden sudah duduk manis disalah satu kursi yang menghadap lurus ke arah Della.
"Ngapain masih disitu, duduk." Della dibuat kaget oleh suara Aiden, tanpa sepatah kata pun Della menuruti ucapan Aiden dan dengan segera ia duduk disalah satu kursi tersebut.
"Kenapa bisa telat?" Tanya Aiden ketika Della sudah duduk manis tepat di depannya.
"Saya tidak telat Pak, saya sampai disini jam setengah sembilan kurang lima menit," tutur Della santai.
"Mana ada orang sekarang sudah jam setengah sembilan lebih sepuluh menit, kamu telat sepuluh menit, penerbangan di tunda karena nungguin kamu yang lama," ucap Aiden yang tak mau kalah.
"Kok nyalahin saya Pak. Orang saya emang gak telat kok, tadi saya nungguin bapak yang lama eh ternyata udah duduk manis disini," omel Della tak terima.
"Mangkanya kalau nyuruh tuh jangan mendadak plus kalau ngasih info tuh yang jelas. Udah gak jemput, fitnah orang telat pula padahal dia sendiri yang telat," cibir Della lirih.
"Apa kamu bilang jadi kamu nyalahin saya yang telat?" sentak Aiden.
"Ya iya lah Pak. Saya kan dari tadi udah nungguin bapak, mana ada saya yang telat," ucap Della.
"Asal kamu tau ya saya dari tadi sudah disini nungguin kamu," ucap Aiden sambil menunjuk muka Della.
"Ck biasa aja kali Pak gak usah pakai nunjuk nunjuk muka." Della menepis jari telunjuk Aiden.
"Mangkanya kalau ngomong itu disaring dulu jangan asal ngomong jatuhnya fitnahkan." Della memutarkan bola matanya malas. "Gak ngaca ya gini nih," ucapnya lirih.
"Apa kamu bilang?"
"Ck saya lupa bawa kaca Pak, kan jadinya saya gak bisa ngaca nanti," sindir Della, namun yang disindir nampaknya gak ngerasa.
"Sana ke toilet ada kaca besar kalau mau ngaca," ucap Aiden sambil menunjuk arah ke toilet yang tak jauh dari mereka.
"Bapak gak mau ikut, kita ngaca bareng bareng yuk biar sadar diri," ucap Della yang menekankan kata sadar diri di depan Aiden, kemudian Della berdiri dari duduknya menuju toilet dan tak menghiraukan Aiden yang tengah memancarkan raut kekesalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Lena Sari
hebat lu Del,,ksih tu kaca biar Aiden nyadar.
2023-06-15
1
emil lia
bukannya ortunya della juga kaya raya... 🤔🤔🤔
2022-07-07
1
Liana Rismawati
baru kali ini ada sekretaris yg berani ama boss🤣🤣
2022-05-23
0