"Halo, ada apa ya Pak?" tanya Della yang sudah mengangkat telepon dari Aiden.
📞:"Berkemaslah, jam setengah sembilan kamu harus sudah sampai di bandara, jangan sampai telat," tuturnya tegas.
"Lho Pak emang mau kemana?" tanya Della bingung.
📞:"Perusahaan yang ada di Jepang lagi ada masalah, kamu sebagai sekertaris saya harus ikut."
"Kenapa mendadak sih Pak, kayak tahu bulat aja. Kenapa gak dari kemarin ngomongnya. Kenapa gak sama Pak Reiki aja atau yang lain, pasalnya saya tidak bisa Pak kalau sekarang harus ke Jepang nemenin bapak karena besok saya ada urusan keluarga, dan sekarang udah jam setengah delapan Pak mana bisa jam setengah sembilan saya sudah di bandara, saya saja belum beres beres belum lagi jalanan pasti macet," elak Della.
📞:"Jangan banyak tanya dan jangan banyak alasan, kalau kamu tidak mau ikut saya, saya akan pecat kamu," ancam Aiden.
"Ih kok maksa sih Pak."
📞:"Kalau tidak mau ya sudah mulai hari ini kamu saya pecat. Jadi sekertaris harus tanggungjawab dengan pekerjaannya," tegas Aiden.
"Ya udah pecat ya pecat lah Pak gitu aja susah." Della mengerucutkan bibirnya, seketika dia ingat akan janjinya dengan sang ayah, matanya melebar sempurna, tangannya memukul bibir yang sudah seenaknya ngomong tanpa berpikir lagi.
"Eh jangan deh Pak. Saya tarik ucapan saya, jangan pecat saya ya Pak please. Saya sekarang beres beres dan segera menuju bandara," ucap Della.
📞:"Oke, tapi kalau kamu telat sedetik pun, saya tidak segan segan memecat kamu camkan itu." Aiden memutuskan telepon nya, seketika Della bernapas lega.
Dengan buru buru Della keluar dari mobilnya dan kembali masuk kedalam rumahnya.
"Lho non, kenapa belum berangkat? Ada yang ketinggalan ya non?" tanya Rina heran pasalnya Della masuk rumah dengan berlari kecil.
"Mbak Rina bisa bantu Della gak, Della mau ke Jepang ada kerjaan disana," tutur Della.
"Oke siap dengan senang hati non." Della berjalan terlebih dahulu di susul dengan mbak Rina di belakangnya.
Tak butuh waktu lama barang barang Della sudah tersusun rapi di dalam koper besar miliknya.
"Ini udah semua non, ada yang ketinggalan gak?" tanya Rina sambil melihat kearah Della yang tengah sibuk memasukkan alat makeupnya. Della pun menghentikan aktivitasnya dan berjalan menuju Rina dengan membawa tas kecil yang sudah berisi beberapa alat makeup.
"Hmmm kayaknya udah deh mbak, tinggal masukin ini aja," jawab Della yang sudah berada tepat di depan Rina.
"Baiklah non." Rina mengambil tas kecil itu dari tangan Della dan segera memasukan kedalam koper.
"Ini beneran udah semua non?" tanya Rina lagi meyakinkan Della yang sudah bersiap akan keluar kamarnya.
"Iya mbak, udah yuk turun tar akunya telat lagi." Della segera keluar dari kamarnya tak lupa di belakangnya ada Rina yang sedang menyeret koper milik Della sampai depan pintu rumah.
"Ya udah ya mbak aku berangkat dulu, eh iya aku hampir lupa, besok bang Maxime mau kesini katanya ada kerjaan, sampaikan juga ke dia kalau adeknya belum pulang jangan balik ke Rusia dulu oke mbak," tutur Della.
"Siap non." Della tersenyum sebelum ia beranjak dari rumahnya menuju taksi yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Nitip rumah ya mbak," teriak Della yang sudah berada di dekat pagar rumahnya. Rina hanya menjawab dengan memberikan hormat kepada Della.
Mobil taksi yang Della tumpangi perlahan meninggalkan pekarangan rumah menuju bandara yang sudah di tentukan Aiden.
Di dalam taksi Della terus melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 8.
"Pak bisa cepetan dikit gak Pak?" Tanya Della gelisah.
"Baiklah neng, pegangan yang kencang ya neng," jawab sopir taksi tersebut, tanpa aba aba sopir tersebut melajukan mobilnya dengan sangat kencang. Della menutup matanya dan mengencangkan pegangannya.
"Ngajak mati apa gimana sih nih sopir, gue nyuruh cepet tapi gak gini juga kali, astagfirullah." Della terus menutup mata tak lupa mulutnya komat kamit bagaikan dukun membacakan mantra bedanya Della tengah berdoa untuk nyawanya.
"Udah sampai neng," tutur sopir itu santai berasa tanpa dosa.
"Ya Allah Pak, kalau tadi mau mati jangan ajak saya dong," desis Della kesal.
"Ya maaf, kan tadi neng yang nyuruh cepetan ya jadi saya gas aja lah neng dari pada neng nanti telat ketinggalan pesawat kan," ucapnya lagi.
"Ya udah deh Pak, terserah bapak aja, tapi saya pesan jangan kayak tadi Pak takutnya ada pelanggan bapak yang sakit jantung kan bisa berabe bapak mau tanggung jawab." Oke sekarang Della melupakannya waktu yang terus berjalan, hanya karena berdebat dengan sopir taksi.
"Ya nanti saya tanyakan dulu apa penumpang saya memiliki riwayat penyakit jantung apa tidak. Kalau tidak mah ya gas aja lah neng daripada kelamaan di jalan," tuturnya.
"Haduh Pak, terserah bapak deh. Oh ya ini uangnya dan saya minta tolong dong Pak turunin koper saya yang ada di bagasi, berat masalahnya koper saya," ucap Della sebelum keluar dari taksi.
"Ya elah neng tinggal buka bagasi doang, terus ambil apa susahnya sih, ambil sendiri aja neng, saya sudah PW alias mager nih buat keluar."
"Kan saya tadi udah bilang koper saya berat Pak," tutur Della yang sudah mulai kesal.
"Ih neng jangan manja dong jadi orang, harus mandiri. Neng juga yang tadi masukin kopernya ke bagasi berarti koper neng gak berat dong dan harusnya sekarang neng juga bisa dong ambil sendiri." Mana ada Della masukin kopernya sendiri di bagasi, orang tadi di bantuin satpam rumahnya. Della akhirnya dengan kesal membuka pintu mobil dan menutupnya dengan kasar membuat sang sopir kaget seketika.
Menuju bagasi taksi, dengan susah payah Della berhasil menurunkan kopernya, Della sempat berpikir, dia bawa apa saja sampai sampai kopernya sangatlah berat buat Della. Setelah berhasil Della menutup bagasi lagi lagi dengan tenaga yang kuat dan segera menyeret kopernya menuju kedalam bandara.
Sampai di dalam bandara ia nampak bingung mencari keberadaan Aiden yang entah sekarang ada di mana. Tengok kanan kiri namun tetap saja tidak ditemukan.
"Bodohnya diriku kenapa tadi gak nanya sih suruh nunggu dimana ah elah." Della kembali menyeret kopernya dan menuju ke kursi tunggu yang sudah di sediakan oleh pihak bandara. Dengan segera ia mendudukkan tubuhnya dan merogoh tas kecil yang sedari tadi bertengger di bahunya mencari benda pipih untuk menghubungi Aiden.
Memencet nomor Aiden dan mencoba menghubunginya namun hanya suara operator yang menyaut. Della berdecak kesal dan mulai menghubungi Aiden kembali sampai lima kali namun hasilnya tetap nihil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Sibuea
Della oon dan kebanyakan ngomong menurutku
2022-03-01
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Della kenapa gak berhenti aja dr pd Aiden seenak jidat nyuruh kamu
2021-12-15
1
Sri Murni
pada bae mereka berdua...😀😀
2021-08-13
0