Della dan pria yang tidak ia kenal saling tatap menatap seolah umpatan demi umpatan mereka tuangkan melalui tatapan tajam mereka berdua.
"Del, udahlah." Desi memisahkan tatapan maut mereka.
"Gak. Dia duluan lho Des. Gue udah ngincer tuh kalung tiba-tiba dia nimbrung mau tuh kalung juga, pakai ngancem mbak-mbaknya kalau gak dikasih dia, ini toko mau dia tutup. Dia pikir dia tuh siapa? Yang punya toko bukan, yang punya negara juga bukan, gue tau dia orang kaya dari tampilannya aja orang-orang udah tau. Tapi gak harus semena-mena mau nutup usaha orang lain untuk mendapatkan apa yang dia mau. Gak mau ngalah juga sama perempuan," cerocos Della.
"Udah lah yang waras ngalah. Malu di liatin orang banyak, cuma gara-gara kalung doang. Besok gue anterin lo cari kalung yang sama kayak yang lo mau deh," bujuk Desi.
"Maaf Kak tapi ini kalung cuma tinggal satu di negara ini," timpal pelayan toko.
"Tuh kan cuma satu Des satu. Limited edition tau gak," ucap Della dengan menekankan kata satu dalam ucapannya.
"Haish, Mbak kenapa kamu ngomong gitu sih ahh, gak bisa diajak kompromi nih Mbak," gumam Desi.
"Dah lah Del. Cari yang lain aja masih banyak kalung limited edition disini. Dah yuk malu Del malu, orang-orang liatin tuh, dah yuk pergi aja dari sini." Desi menggandeng lengan Della. Della melepas tangan Desi, maju mendekat kearah pria tersebut dan tubuh mereka hanya berjarak beberapa senti. Della mendangakan kepalanya menatap manik mata pria tersebut. Diam-diam Della mengangkat kaki sebelah kanannya dan menginjak dengan keras kaki kiri pria tersebut.
"Rasain tuh." Della beranjak meninggalkan pria tersebut yang tengah kesakitan.
Mereka pun memutuskan untuk pulang setelah Desi mengambil liontin yang di pesan ibunya.
...*****...
Hari weekend telah berlalu, kini semua orang telah melakukan aktivitas seperti biasa.
"Pagi Pak," sapa Della kepada Reiki yang memasuki ruang kerjanya.
"Pagi, Del nanti tolong kamu buka ruang CEO ya kalau ada orang ob kesini. Mau di bersihin soalnya. Saya lagi ada urusan mendadak, tolong ya, sekalian nanti pindahin dokumen yang ada di meja kerja saya sebelah kanan ke ruang CEO," tutur Reiki.
"Baik Pak."
"Ya sudah saya tinggal dulu ya." Reiki beranjak dari ruangan Della berjalan sedikit tergesa-gesa yang di ikuti sekertarisnya di belakang. Tak berselang lama ob sudah berada di depan ruang kerja Della.
"Permisi Non, ruangan CEO di kunci tidak ya? saya tadi di tugaskan untuk bersihin ruangan itu," ucap ob sambil membawa alat perangnya.
"Oh ya Pak. Ruangan CEO gak di kunci kok. Silahkan masuk saja Pak," kata Della mengalihkan pandangan dari komputernya.
"Baik Non, saya permisi." Ob beranjak masuk keruang CEO yang beberapa tahun tak di gunakan sang empu.
Cukup membutuhkan waktu 1 jam ob selesai menyelesaikan tugasnya dan keluar.
"Terimakasih ya Pak," kata Della yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Sama-sama Non. Saya tinggal ya Non." Della menjawab dengan senyuman di wajahnya. Ia pun langsung menutup kembali ruang CEO tersebut dan beranjak ke ruang kerja Reiki.
Tanpa mengetuk pintu Della masuk ke ruangan Reiki, dan segera menuju meja kerja mengambil beberapa berkas yang ada di sana dan kembali lagi ke ruang CEO.
"Selama kerja jadi sekertaris CEO, gue baru pertama kali masuk nih ruangan. Gede juga ternyata." Della mengedarkan pandangannya setelah masuk dan menaruh dokumen diatas meja.
"Tapi masih nyaman kantornya daddy. Ah jadi rindu." Della berjalan keluar.
{Dad, i miss you} pesan singkat yang Della kirim ke papanya sesudah sampai di ruangannya kembali.
Beberapa jam pun telah berlalu. Sebentar lagi jam kantor telah usai. Della membereskan semua dokumen dan teman-temannya sebelum meninggalkan kantor.
"Del," panggil sekertaris Reiki tiba-tiba.
"Astagfirullah. Ngagetin aja sih Tan, ada apa?" Della memegangi dadanya yang hampir lompat karena ulah Tania.
"Disuruh pak bos tuh keruangannya," kata Tania.
"Mau apa pak Reiki manggil gue di jam mepet-mepet pulang gak biasanya," timpal Della.
"Gak tau. Nyebelin gak tuh bos lo. Kayaknya gak tenang kalau gue balik awal. Lembur terus, sampai rumah masih dikasih kerjaan lagi. Kalau Sabtu atau Minggu masih di kasih kerja, lama-lama kek kerja rodi jadinya gue. Huh nasib-nasib," keluh Tania yang umurnya terpaut 1 tahun lebih tua dari Della.
"Heh pak Reiki tuh bos lo. Kalau bos gue ya pak CEO. Eh ngomong-ngomong lo pernah ketemu gak sama pak Aiden. Gue penasaran sama dia. Dia tuh CEO tapi gak pernah masuk kerja, semua kerjaannya dilimpahkan ke pak Reiki, gue jadi penasaran jangan-jangan CEO-nya itu pak Reiki." Della berjalan menghampiri Tania yang berada di depan pintu.
"Ngadi-ngadi lo. Pak reiki tuh bukan CEO tapi tangan kanannya. Kalau di tanya udah pernah ketemu sama pak Aiden, tentu gue udah pernah ketemu. Orangnya Del uhhh mantap, bener-bener ganteng banget kek oppa-oppa Korea gitu lho. Badannya pelukable banget, idaman banget dah pokoknya, dan selama 2 tahun ini emang dia lagi ke Inggris ngurusin perusahaan di sana katanya gitu sih yang gue denger dari pak Reiki dan hari Kamis kemarin baru balik kesini," kata Tania jujur.
"Tapi Desi yang udah kerja di sini 2 tahun juga belum pernah ketemu," ujar Della penasaran.
"Pak Aiden tuh orangnya jarang banget turun langsung buat liat-liat kerjaan karyawannya kecuali emang ada yang urgent baru turun tangan kalau gak urgent-urgent banget, dia percayakan sama pak Reiki. Tapi kalau masalah kerjaan uhh nomer one, salah sedikit suruh ganti semua. Gak kaya pak Reiki masih bisa di omongin baik-baik, hih." Tania bergidik ngeri membayangkan jika dia jadi sekretaris CEO-nya.
"Gue bersyukur lah jadi sekertarisnya pak Reiki. Kata-kata gue tadi gue cabut, pak Reiki tetap bos gue walaupun nyebelin," sambung Tania.
"Pak Reiki i lope you poreper," imbuh Tania sambil berjalan disebelah Della.
"Haish labil banget sih lo, tadi katanya pak Reiki nyebelin sekarang malah ngasih love segala dasar." Della menoyor kepala Tania pelan.
"Ish sakit tau." Tania mengelus kepalanya.
"Lebay banget sih lo. Gue noyornya juga gak sampai buat lo kejengkang. Apa lo mau coba? Sini gue ulangin." Della memajukan tangannya ke arah kepala Tania.
"Gue gampar lo. Dah masuk gih. Jangan lama-lama bicaranya, biar gue bisa pulang cepet, tar gak ada taksi mampyus gue gak bisa pulang," bisik Tania setelah mengetuk pintu tuannya dan mendapat jawaban.
"Tar gue anterin tenang aja." Della melenggang masuk keruangan Reiki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
yhoenietha_njus🌴
si Della dah fasih bahasanya...
2024-01-25
0
❄️ sin rui ❄️
begron lokal kan? soal nya kalau luar gak cocok dengan gaya bahasa
2023-07-10
1
Siti Solikah
waduh aku yang deg degan
2022-03-14
1