Sedangkan Della yang berada di dapur terus saja menggerutu dan melampiaskan semua emosinya dengan memotong sayuran di depannya, membayangkan itu adalah tubuh Aiden yang sedang ia cincang cincang halus.
Sampai ia lupa kalau sedang menggoreng ayam sedari tadi, "Bau gosong apa sih ini." Della mengendus-endus udara di dalam dapur. Hingga otaknya seketika memutar kegiatan apa yang tadi ia kerjakan tadi.
Plak, ia menggeplak dahinya sendiri, "Astaga ayam." Ia berlari kearah kompor, melihat kondisi teflon yang isinya sudah menghitam semua. Ia menghela nafas panjang begitu sial dirinya hari ini mulai dari dipaksa menemani Aiden ke Jepang, tinggal seatap dengannya, liat brutalnya Aiden menghabisi sahabatnya sendiri sampai sekarang ayam pun ikut membantu moodnya anjlok seketika. Dia sekarang butuh seseorang pengembalian moodnya yang sudah berantakan kemana mana.
"Bau gosong apa ini?" Della memutar bola matanya malas ketika melihat Aiden yang sudah berada di dapur. Tanpa menjawab Della membawa teflon berserta isinya kearah meja makan, menaruh ayam yang sudah tidak layak untuk di makan kedalam piring yang ia tadi sediakan.
Aiden berjalan mendekati meja makan, seketika ia mengerutkan keningnya dan menengok kearah Della.
"Apa ini?" tanya Aiden sambil menunjuk ayam dihadapannya. Della hanya mengedikan bahunya dan kembali lagi ke dapur, mengambil nasi beserta magic comnya dan sayur sop beserta pancinya.
"Silahkan dinikmati," ucap Della tersenyum kecut kearah Aiden.
"Kamu yakin nyuruh saya makan makanan kayak gini?" tanya Aiden menatap makanan dan Della bergantian.
"Mubasir kalau di buang," ucapnya ketus. Aiden pun tak bergerak untuk mengambil makanannya. "Ck lama." Della dengan gesit memasukan nasih, sop dan ayam gosong kedalam piring Aiden.
"Makan." Della menyodorkan piringnya kearah Aiden, "Mau saya suapin Pak, ngomong dong dari tadi." Seketika otak Della memancarkan ide cemerlang untuk mengerjai sang atasan dia yakin masakannya hari ini bakalan buat sakit perut bagi orang yang memakannya. Dia tersenyum devil sambil menyendokan nasi ke sendok Aiden.
"Aaa Pak Aiden buka mulutnya aaa," ucap Della sambil menyodorkan sendok kearah Aiden dan dengan bodohnya Aiden menerima suapan dari Della.
1
2
3
Byur Aiden menyemburkan makanannya dan dengan seketika Della tertawa terbahak-bahak, rencana jahatnya telah berhasil.
"Fredella Genoveva," ucap Aiden ganas.
"Hahahaha hadir Pak," jawab Della terus saja tertawa tanpa melihat wajah Aiden yang sedang menahan emosi.
"Kamu mau racunin saya."
"Kalau ngeracuni Bapak gak akan di hukum sih boleh di coba," tutur Della santai.
"Della bener-bener ya kamu." Aiden mulai beranjak dari duduknya dan menghampiri Della yang masih asik tertawa.
"Emang bener kan Pak gak ada yang salah dari ucapan saya. Cita-cita saya sekarang itu meracuni Bapak dan membuat Bapak end," jawabnya sambil mengarahkan tangannya ke leher guna mengisyaratkan tamatnya nyawa seseorang.
Aiden menatap Della yang tengah duduk dihadapan yang terus saja tertawa.
"Hukuman apa ya yang pantas untuk kamu yang sudah berniat membuat saya end." Aiden seolah olah berfikir dengan menaruh jari telunjuknya ke dagu.
"Apa?" tanya Della sambil menyeka ujung matanya yang sudah mulai berair. Dan dengan senyum yang tidak dapat diartikan Aiden mengangkat kedua tangan, menggerakkan jari jarinya dan tanpa aba-aba ia memulai aksinya dengan menggelitik tubuh Della.
"Hahahaha udah Pak, ampun hahaha," ujar Della dengan berusaha untuk melepas gelitikan Aiden.
"Rasain, mangkanya jangan laknat sama atasan. Nikmati balasan saya." Aiden terus menggelitik tubuh Della tanpa henti.
"Pak plis Pak berhenti, ampun hahahaha."
"Gak ada kata ampun buat kamu Della."
"Tolong udah Pak saya minta maaf deh gak lagi hahaha ca..capek saya Pak hahaha." Tanpa mereka sadari bahwa posisi mereka sekarang sedang ambigu, Aiden tengah memeluk tubuh Della dari belakang.
"Gak mau." Della pun memutarkan tubuhnya dengan seketika hidung mancung keduanya menyatu dan bola mata mereka saling menatap satu sama lain. Keduanya sama sama saling membeku menelusuri setiap inci bola mata mereka, deru nafas Aiden dapat Della rasakan begitu pun sebaliknya.
"Ma..maaf Pak," ucap Della lirih sambil menjauhkan dirinya dari Aiden. Aiden pun hanya mengangguk dan berjalan meninggalkan Della. Della bernafas lega dan berkali kali ia mengerutuki akan tingkahnya sendiri.
"Siap-siap lah kita makan diluar. Koper kamu udah ada di kamar tamu di lantai atas, kuncinya sudah disana," teriak Aiden.
"Baik Pak," jawab Della dan dengan sigap Della membereskan meja makan tapi anehnya moodnya sekarang tidak sehancur tadi.
Setelah membereskan urusan dapur Della bergegas menuju kamarnya bersiap untuk makan diluar dengan Aiden. Walaupun masih ada rasa canggung dihatinya namun kalau di bandingkan urusan perut sudah gak bisa dilawan lagi.
Butuh waktu 1 jam lebih 30 menit Della sudah selesai berdandan. Ia sekarang memakai kaos oblong berwarna abu-abu di padukan dengan celana jeans putih dan sneakers putih ditambah jaket denim. Rambutnya ia biarkan terurai dan tanpa mereka sadari bahwa penampilannya saat ini seperti sepasang kekasih yang kebetulan memakai style hampir sama yang membedakan hanya warna sepatu Aiden dan Della.
Della turun dari lantai 2 menghampiri Aiden yang tengah menunggunya entah dari kapan dia duduk manis di ruang tamu.
"Ehem Pak." Della menepuk pelan bahu Aiden.
"Udah siap?" tanya Aiden sembari berdiri dan menyimpan ponselnya kedalam saku. Della pun hanya mengangguk pelan.
Aiden berjalan lebih dulu dan di belakangnya sudah ada Della yang membuntutinya sambil menundukkan kepala. Aiden dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya yang membuat Della menubruk punggung Aiden dengan sedikit keras.
"AW, kalau berhenti tuh bilang-bilang dong pak jangan ngerem mendadak. Sakit kan dahi saya jadinya," omel Della sembari mengelus dahinya.
"Mangkanya kalau jalan itu jangan nunduk. Lagi nyari koin jatuh kamu dan jangan di belakang saya. Kamu bukan pembantu rumah tangga saya paham," ucap Aiden tak mau kalah dan melanjutkan perjalanan.
"Gak minta maaf malah diomelin balik dasar bos gak punya perasaan," gerutu Della.
"Saya dengar Della, jadi ikut tidak kalau tidak saya pergi sendiri." Della pun berlari kecil berusaha menyeimbangi langkah lebar Aiden menuju lift.
Ting, lift terbuka tampak sepi disana hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang keluar masuk pintu lobi.
"Pak kita jalan kaki?" tanya Della setelah mereka sampai pada lobi apartemen.
"Enggak lah. Kalau kamu mau jalan ya silahkan," ucapnya dan kembali berjalan menuju salah satu mobil yang entah dari kapan sudah bertengger di depan lobi.
"Ya kan kita tadi kesini pakai pesawat Pak dan kita gak ada mobil disini."
"Pakai ini jangan cerewet mulu," jawab Aiden dengan menunjuk mobil tepat di depannya. Della hanya membeokan mulutnya dan mulai mendekati Aiden yang sudah lebih dulu berada di depan kemudi.
"Saya bukan sopir kamu, pindah ke depan!" perintah Aiden ketika Della sudah siap mendudukan tubuhnya dan tanpa perlawanan seperti biasa kali ini dia lebih memilih menuruti ucapan Aiden. Duduk di samping bosnya dan jangan banyak bicara tapi entahlah mulut Della gatal untuk tidak bertanya.
"Pak kita mau makan dimana?" tanyanya.
"Kamu cukup diam saja jangan banyak tanya bisa," ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan yang tidak ramai tidak seperti di Indonesia apalagi di Jakarta tiada hari tanpa asap kendaraan yang amat sangat padat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Kireina
jalaran soko glibet iki pasti
2022-01-14
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pengen th gimana sama Rara yg di tampar Aiden🤔🤔🤔🤔🤔🤔
2021-12-15
1
Hilman damara
hahahahahaha della kamu tuh lucu banget sih😂😂
2021-09-11
0