Hari demi hari pun telah berlalu kini hari yang di nanti-natikan oleh Della dan Desi pun tiba. Yap hari weekend pastinya. Sesuai dengan janji mereka hari selasa lalu, Della dan Desi berniat untuk pergi kesalah satu mall terbesar di kota CX.
Dering telepon membangunkan tuan putri yang masih meringkuk di atas kasur miliknya. Ia meregangkan otot tubuhnya dan dengan mata yang masih terpejam meraih ponsel miliknya.
"Ya hallo," jawabnya dengan suara khas bangun tidur.
📞 : "Della bangun! Sekarang udah jam 8 molor mulu, jadi gak ke mallnya." suara nyaring Desi berhasil membuat mata Della terbuka dan segera ia menjauhkan ponsel dari kupingnya.
"Astaga. Lo tuh bisa gak sih gak teriak-teriak sakit tau kuping gue," protes Della.
📞 : "Salah siapa dari tadi gue Whatsapp, gue sms, gue telepon gak lo baca maupun lo angkat, dan juga anak perawan tuh gak boleh bangun siang jodohmu di patok ayam baru tau rasa."
"Ya kalau di patok ayam lari lah atau ayamnya di tangkap terus kasih ke gue. Gue masak tuh ayam buat lauk, lumayankan gak nambah pengeluaran buat makan," jawab Della santai.
📞 : "Haisss lo tuh ya kalau di bilangin jawab terus. Mandi sekarang juga Del! Jadi gak sih ke mallnya," kata Desi.
"Iya-iya gue mandi sekarang. Lo tunggu aja sekitar 2 jam tar gue jemput bye."
"Apa? Nunggu 2 jam gue keburu kering, jamuran, kusam, gak can..." Tut Tut Tut panggilan terputus.
"Punya temen gitu amat sih cerewetnya amit-amit ngalahin emak gue," gumam Della dan segera beranjak ke kamar mandi.
Sedangkan dirumah Desi dia sedang ngomel ngomel dengan Della.
"Kurang ajar nih anak. Gue belum selesai ngomong udah di matiin aja. Bener-bener bule gak ada akhlak. Hih gue pites tar tuh anak seenaknya aja matiin telepon gue, awas lo Del," tutur Desi sambil nunjuk wajah Della di wallpaper ponselnya yang ada foto mereka berdua.
1 jam telah berlalu. Desi masih menunggu dengan setia kedatangan sahabat bulenya. Tin tin tin suara klakson mobil tepat di depan pagar rumah Desi. Desi bergegas keluar dan menghampiri mobil Della, lalu ia masuk, duduk di bagian samping kemudi.
"Lama bener, sampai ubanan nih nunggu lo," gerutu Desi sambil memasang seat belt.
"Hehe ya maaf tadi gue lupa kalau ada janji sama lo," ucap Della sembari melajukan mobil perlahan.
"Janjiannya jam berapa berangkat jam berapa, ternyata gak cuma orang Indonesia aja yang suka ngaret ternyata bule juga suka," kata Desi memanyunkan bibirnya beberapa senti.
"Heh gue juga masih ada darah indo kali. dlDah ah jangan manyun gitu tar tuh mulut di cium bebek lho tambah monyong tar," rayu Della.
"Bodo amat," jawab Desi cuek.
"Uluh-uluh, jangan ngambek dong. Gue janji gak bakal ngaret lagi entar kalau mau jalan sama lo." Della mencubit gemas pipi sahabatnya itu.
"Aw, sakit tau Del. Tar kalau bengkak pipi gue gimana? Gede sebelah kan jelek di pandang." Desi mengusap pelan pipinya.
"Makanya jangan cemberut mulu."
"Iya-iya, tapi dengan syarat," ucap Desi.
"Haisss, apa?"
"Mana parfum lo, gue mau minta. Gue tadi lupa gak pakai parfum hehehe." Desi meringis memperlihatkan deretan gigi rapinya.
"Nih lo cari sendiri. Kalau gak ada berarti gue tadi lupa bawa. Kalau gak cari di dashboard tuh biasanya gue juga naruh parfum disitu." Della melempar tasnya di pangkuan Desi. Desi terus mengobrak abrik isi tas Della, setelah menemukan Desi segera membuka tutup parfum dan menyemprotkan keseluruhan badannya dan kembali menaruh ke dalam tas sesudah di gunakan. Sepanjang perjalanan mereka berdua saling bercerita dan sesekali tertawa.
Mereka berjalan masuk kedalam mall mewah tersebut.
"Del, tar mampir kesitu ya setelah lo dan gue beli keperluan kita dulu," ucap Desi sambil menunjuk ke arah toko perhiasan.
"Mau ngapain kesana," ucap Della.
"Mau beli pecel Del, kayaknya enak tuh pecelnya."
"Ish, maksud gue tuh gini, kan lo jarang tuh pakai perhiasan, mubasir Des, atau jangan-jangan lo mau beliin gue ya, wah makasih banget lho ya," kata Della.
"Mak gue nitip suruh beli liontin yang lope lope katanya, dah lah kita beli baju dulu." Desi menarik tangan Della.
Jam menunjukkan pukul 4 sore sudah hampir lima jam mereka memutari seluruh mall. Tanpa rasa lelah sekalipun. Maklum cewek kalau udah belanja lupa waktu, lupa tenaga, juga lupa dompet yang sudah menangis meratapi nasib uangnya berhamburan keluar. Habis itu kalau udah sampai rumah baru kerasa, nangis tuh dalem ati. Mereka berdua memasuki toko perhiasan.
"Mbak, tolong keluarin dong liontin yang bentuknya lope lope selera emak-emak," kata Desi sesampainya di dalam.
"Bentar ya Kak, saya carikan dulu," ucap pelayan toko yang di balas anggukan kepala Desi.
Della yang berada disamping Desi mengedarkan pandangannya sampai ia menghentikan pandangannya kesalah satu kalung dengan lionti snow yang ditengahnya terdapat berlian berwarna biru yang memikat hati Della ketika melihatnya. Della pun berjalan mendekatinya tak disangka sangka ada satu orang pria juga mendekati kalung yang sudah ia incar.
"Mbak saya mau yang ini," ucap Della dengan pria tersebut kompak. Della menatap wajah pria yang ada disampingnya. Tampak pelayan toko bingung mau menyerahkan kalung itu kesiapa.
"Berikan ke saya Mbak," kata pria itu.
"Eh enak aja gak bisa. Berikan ke saya Mbak! Jangan dengerin orang ini, itu dari tadi udah saya incar," ucap Della.
"Serahkan ke saya! Saya akan bayar sekarang juga." Pria itu mengeluarkan black cardnya
"Heh, saya juga mau bayar sekarang. Anda kira saya gak mampu bayar." Della tau mau kalah ia mengeluarkan kartu kredit biasa.
"Terima kartu saya dan lakukan pembayaran untuk kalung ini kalau tidak, toko ini akan saya tutup selamanya," ancam pria tersebut. Pelayan itu langsung mengambil kartu tanpa batas milik pria itu dan segera melakukan transaksi. Della yang masih tersulut emosi menatap tajam pria yang tidak mau kalah darinya.
"Apa?" tanya pria itu membalas tatapan Della yang tak kalah tajam.
"Dasar, sama perempuan tidak mau mengalah. Gak gentle banget sih jadi laki," cibir Della.
Disisi lain Desi yang sedari tadi menunggu pelayan toko tetap setia di tempat duduknya sambil mendengarkan musik lewat earphone.
"Ini Kak, silahkan di pilih." Pelayan toko memperlihatkan beberapa koleksi liontin. Dengan senyuman Desi memperhatikan satu persatu liontin dihadapannya.
"Menurut lo yang bagus yang mana Del?" tanya Desi yang tidak menyadari sahabatnya tidak lagi berada disampingnya.
"Del, hoy Del, jawab napa." Desi masih tidak menyadari dan belum juga mencopot earphone di telinganya.
"Fredella Genoveva bantuin milih lah malah diem bae." Desi mencopot salah satu earphone di telinganya, menengok ke sebelah kiri tempat dimana Della tadi berdiri.
"Lah kemana tuh anak?" Desi terlihat celingukan sampai ia menemukan sosok yang ia cari sedang adu mulut dengan pria tampan di sampingnya.
"Astaga, Della." Desi beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Della. Sampai di tengah jalan Desi balik ke tempat yang tadi ia tempati.
"Mbak saya ambil yang menurut Mbak bagus buat emak-emak. Ini kartu kredit saya, saya tinggal dulu sebentar ya Mbak, selagi Mbak melakukan transaksi." Desi berlari kecil kearah Della.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
A.0122
si bos kah itu yg pertemuan pertama udh ribut aja
2022-03-27
0
Siti Solikah
jangan2 itu Aiden ya
2022-03-14
0
bini seokjin💜
si Della umur nya berapa sih????
2022-02-15
0