"Sore Pak. Ada keperluan apa ya Bapak memanggil saya?" ucap Della sesampainya di depan Reiki.
"Duduk dulu Del!" Della kemudian menarik salah satu kursi yang ada di depannya dan mendudukan tubuhnya disana.
"Mulai besok kamu tidak perlu lagi memberikan pekerjaanmu ke saya, karena besok tuan Aiden sudah mulai kembali bekerja, dan saya minta tolong kalau kamu bekerja dengannya berhati-hatilah jangan sampai ada kesalahan sedikit pun. Siapkan mental, hati, jiwa dan ragamu perbanyak sabar dan istighfar ya. Saya sudah gak tau lagi kalau sampai kamu gak betah karena sifatnya terus kamu mengundurkan diri seperti sekertaris-sekertaris sebelumnya. Terus terang saya sudah lelah mencarikan dia sekertaris jadi saya berharap besar dengan mu Del. Tolong jangan mengunduh diri dari pekerjaan ini ya," kata Reiki penuh harapan.
"Lah kenapa Pak Reiki jadi curhat. Kasihan juga dia," batin Della.
"Akan saya usahakan Pak," tutur Della.
"Saya berharap banyak denganmu Del. Ya sudah kamu boleh pulang dan sekalian saya minta tolong antar Tania pulang sekalian. Kasihan dia, hujan-hujan harus cari taksi dulu. Dan katakan padanya bahwa dia tidak perlu menunggu saya, karena saya masih ada kerjaan yang tidak membutuhkan bantuan dia," ucap Reiki.
"Ehem kayaknya ada apa-apa nih antara Tania dan Pak Reiki," batin Della.
"Baik Pak. Saya akan mengantar Tania sampai tujuan dengan selamat. Kalau begitu saya permisi dulu Pak." Della berjalan meninggalkan Reiki menuju tempat Tania.
"Yok pulang," ucap Della mengagetkan lamunan Tania.
"Pak Reiki belum pulang Del. Mana bisa gue pulang kalau dianya masih disini. Tar gue dicap sekertaris gak ada akhlak lagi," jawab Tania murung.
"Tadi katanya pak Reiki, lo gak perlu nungguin dia balik."
"Serius dia bilang gitu," wajah Tania berubah jadi ceria seketika.
"Hemm. Dan gue disuruh nganter lo pulang. Dia takut kalau lo kenapa-napa, perhatian banget ya babang Reiki," goda Della.
"Lo sebenarnya ada apa sih sama pak Reiki Tan? Kalau udah jadian ngomong dong biar gue minta traktir lo kan enak makan gratis," sambung Della.
"Jangan ngaco deh Del lo tuh. Dah ah yok pulang." Tania berjalan mendahului Della.
"Masak kalau gak ada apa apa, pak Reiki tadi sampai khawatir sama lo gitu," tutur Della yang menyesuaikan langkah Tania.
"Pak Reiki tuh orangnya emang gitu Del, care sama semua orang."
"Tapi gue lihat, gue raba, gue terawang pak Reiki tuh care nya beda kalau sama lo Tan."
"Duit kali ah," pungkas Tania.
"Ih tapi beneran tau Tan. Gue lihat kalau pak Reiki tuh punya rasa sa BNNma lo," tutur Della setelah mereka memasuki lift.
"Itu gak mungkin Del dan tak akan mungkin."
"Gak ada yang gak mungkin Tan."
"Pak Reiki tuh bagaikan langit Del, gak mungkin bisa gue gapai, dah inspektur dulu gue," pungkas Tania.
"Insecure tan Insecure bukan inspektur," ralat Della. Ting, lift pun terbuka mereka berdua berjalan menuju parkiran mobil.
"Ya itu lah pokoknya, gue gak bisa ngimbangin dia, apalagi pak Reiki banyak yang suka, cewek yang suka pun gak main main bentukannya, dari yang pengusaha sukses sampai model papan atas bahkan artis ada yang naksir dia, bodynya uhhh bagaikan gitar inggris."
"Gitar spanyol Tan, astaga." ralat yang ke dua dari Della.
"Iya iya, lah lo bandingin sama gue yang cuma gadis perawan biasa, bapak gue cuma guru sekolah biasa, emak gue cuma ibu rumah tangga, body gue kek triplek gini ya gak sebanding lah Del," tutur Tania sembari masuk kedalam mobil Della. Della segera masuk ke bagian kemudi menjalankan mobilnya pelan.
"Tapi kalau pak reiki sukanya sama lo, yang lain bisa apa," kata Della yang tak mengalihkan pandangan dari jalan yang super duper padat dengan kendaraan lalu lalang.
"Hish, gue gak berharap Del, tar gue udah berharap tinggi tinggi sampai puncak khatulistiwa eh ketabrak tuh sama roket kan sakit."
"Tapi lo punya perasaan kan sama pak Reiki," kepo Della.
"Sebenernya sih gak punya perasaan tapi gue cuma mengagumi dia, cowok pintar kerjanya gesit, care, ketambahan tajir, ganteng pula paket komplit buat cewek Del."
"Walau gak se kaya pak Aiden, dah lah jangan di pikirin bikin pusing kalau mikirin soal cinta tuh gak bakal abis abis," sambung Tania.
"Hahaha baiklah," Della pun menerjang jalanan dengan santai melewati beberapa lampu lalu lintas sampai akhirnya mereka masuk kedalam perumahan dimana Tania tinggal.
"Makasih ya Del, mampir dulu ke dalem makan makan gratis gak usah bayar, kalau mau bayar ya gak papa sih gue ikhlas," canda Tania yang sudah turun dari mobil.
"Gak ah Tan, tar duit gue abis buat makan di rumah lo, dah malem juga, kapan kapan aja gue main ke rumah lo sama Desi," mereka bertiga sudah menjadi teman akrab satu sama lain, saling curhat, bahkan waktu weekend selalu jalan bareng entah itu cuma di taman atau sekedar menghabiskan bensin saja.
"Oke, gue tunggu lo sama Desi kesini, atau ajak gue kerumah lo, selama gue jadi temen lo gue gak pernah tau alamat lo," tutur Tania.
"Tar kalau lo tau alamat gue takutnya lo bobol tuh rumah," jawab Della.
"Gue pulang dulu Tan, bye," Della menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Tania.
**********
Paginya seperti biasa Della berangkat dari rumahnya jam 7 dan sampai kantor jam 7:30.
Della berjalan santai menyusuri lobi.
"Del" teriak Desi dari belakang. Della menghentikan langkahnya, menengok ke arah sumber suara. Desi mensejajarkan dirinya disamping Della.
"Ada apa?" tanya Della.
"Lo tau gak."
"Enggak," pungkas Della.
"Hish, gue belum selesai ngomong bupret."
"Bupret apaan?" tanya Della penasaran.
"Bule kamvret," kata Desi menekankan huruf v yang sebenarnya huruf p tapi dia ganti.
"Hmmm nyembur semua ya," Della mengelus pipi kirinya.
"Bodo amat, kan jadi lupa gue mau ngomong apa ah lo sih," tutur Desi.
"Ya udah di inget inget lagi ntar baru ngomong, gue ke ruangan gue dulu bye Cecanbamibu," ucap Della.
"Cecanbamibu tuh apa?" tanya Desi sebelum Della pergi.
"Cewek cantik bau minyak bumi," Della kemudian melenggang pergi.
"Masak gue bau minyak bumi sih gue dapetnya dari mana tuh minyak, perasaan di rumah udah gak pakai kompor sumbu deh, juga gue gak punya lampu teplok," Desi menciumi bajunya sampai dia lupa apa yang akan ia bicarakan dengan Della.
Di sisi lain Tania yang sudah mulai bergulat dengan tumpukan dokumen di ruang kerjanya nampak sedikit wajahnya tertekuk. Della yang melewati ruangan kerja Tania pun menghampirinya.
"Pagi Tania, dah sibuk aja pagi pagi," ledek Della yang berdiri di hadapan Tania.
"Ledekin aja terus," gerutu Tania.
"Hahaha rajin banget sih bahkan pak Reiki aja belum sampai kantor," tutur Della.
"Gak ada sejarah ya gue ngerjain tugas gue dan pak Reiki belum ada, dari tadi tuh orang udah semedi di ruangannya, dah ah sana pergi, kalau cuma mau ngejekin gue terus," usir Tania.
"Astaga, galak bener sih mbak," Della dengan isenge mencolek dagu Tania.
"Bodo amat, sana pergi sebelum nih dokumen gue timpukin ke pala lo," Tania mengangkat sebuah map yang berisi dokumen. Della dengan secepat kilat lari dari hadapan Tania sambil tertawa kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
yhoenietha_njus🌴
next
2024-01-25
0
Siti Solikah
ah penasaran nih
2022-03-14
0
Ulil Zamhariroh
Della sudah berapa tahun sih di Indonesia
kok logat bahasa nya Indonesia banget
kan Della dari Rusia
karena setahu ku
orang luar negeri kalau di Indonesia logat asli negara nya tetep ada
lha ini si Della Indonesia banget gak ada bule nya sama sekali
2022-03-04
0