Lisya yang mendengar samar-samar ucapan Gathan, dengan cepat menghentikan tangisnya lalu membuka matanya, kemudian menatap Gathan tajam.
"Apa yang kamu katakan tadi?" Tanya Lisya karena hanya mendengar samar-samar.
"Ehh,, emm.. Bukan apa-apa." Gathan panik, kemudian menjauh dari tubuh Lisya, lalu duduk di samping Lisya yang masih dalam posisi tidur.
"Trus kenapa ketawa seperti ituu??" Tanya Lisya penuh selidik. lalu bangun dari posisinya dan duduk disebelah Gathan sambil menyeka air matanya bekas tangis nya tadi.
"Cengeeng!!" Jawab Gathan singkat.
"Apa??!!! Aku mau turun sekarang!!" Lisya hendak membuka pintu mobil.
Namun dengan cepat Gathan menghalanginya dengan meraih tangan Lisya, kemudian agar aman, Gathan menarik kedua tangan Lisya dan diletakkan di kedua sisi pinggangnya. Sehingga seolah Lisya memeluk tubuh Gathan.
Kedua mata itu saling bertemu, dan beberapa detik keduanya hanya saling diam merasakan deru nafas yang sama-sama tak beraturan.
"Sedikit saja kamu keluar dari mobil ini, maka saya pastikan studio temanmu itu akan lenyap." Ancam Gathan setelah deru nafasnya tenang. Matanya tak henti menatap mata dan bibir Lisya bergantian.
Lisya yang mendengar ancaman Gathan, hanya bisa menelan salivanya. Ia tahu seperti apa kekuasaan bos gila itu. Ia tidak mau jika temannya kehilangan usahanya hanya karena dirinya.
"Tungguu.. tungguu. Tau dari mana kalo studio ini milik temanku?" Tanya Lisya heran.
"Cih, kamu lupa saya siapa? Kalau hanya mencari informasi tentang dia saja sangatlah muda bagiku!" Jawab Gathan tersenyum sinis, dengan posisi masih sama seperti sebelumnya. Kemudian Gathan kembali menatap intens insan yang ada di depannya itu.
Kenapa semakin lama dilihat,, semakin tak asing bos gila ini! Kenapa senyum songong itu seperti aku pernah melihatnya yaa. Tapi dimana selain saat ini.?
Gumam Lisya dalam hati. Saat matanya melihat senyum dibibir Gathan.
Tok.. Tok.. Tok
Suara ketukan kaca mobil membuyarkan lamunan keduanya, dengan cepat Lisya ingin beralih dari posisinya, namun Gathan menahannya.
"Maaf bos. Kita kemana setelah ini?" Ucap Teo saat memasuki mobil bagian kemudi.
"Ke apartemen ku!". Jawab Gathan singkat sambil masih menatap Lisya. Ia sengaja ingin melihat bagaimana ekspresi peri kecilnya dulu saat panik.
"Baik bos!" Teo segera melajukan mobilnya.
"Apaaaa?? ke ap-apartement? Kamu gilaa!!? Turunin aku sekarang juga!" Pekik Lisya karena terkejut dengan ucapan Gathan.
Gathan yang tadinya ingin mengerjai Lisya, malah justru dia yang kena getahnya. Bagaimana tidak, karena saking kerasnya Lisya teriak, membuat telinga Gathan sakit. Tidak hanya itu saja, wajah Gathan juga tak luput dari buliran yang tercipta dari semburan air liur si Lisya. Gathan menyebikkan bibirnya sambil mengusap mukanya dengan tisu yang ada di mobil lalu berganti mengusap telinganya yang masih berdengung. 'Kuaapookkkmu kapan mbebs' 😄
"Bisa pelanin dikit ga suaramu! Dan lagi, nih air liur traveling kemana-kemana!." Ucap Gathan Kesal.
"Buahahahahahaha hahahahahahah" Lisya sengaja tertawa dengan keras sambil mendekatkan wajahnya kearah telinga dan wajah Gathan supaya kembali merasakan apa yang sudah ia rasakan sebelumnya.
Gathan geram, sehingga reflek tangannya menarik tengkuk Lisya kemudian menempelkan bibirnya pada bibir merah Lisya. Niatnya ia ingin memberi pelajaran pada Lisya. Namun sepertinya kesialan sedang berpihak padanya. Gathan justru merasakan tubuhnya memanas, jantungnya berdegup kencang tak karuan. Dan jangan ditanya lagi, jelaaasss yang dibawah sana juga ikutan berdenyut kencang. Gathan merasakan sesak, namun bukan nafas dibawah sana. 'entahlah apa itu, hanya Gathan yang tau' 🤔
Sialll!!!. Kenapa hanya menempel saja sudah seperti ini tubuh gue!!
Gumam Gathan dalam hati, dengan posisi yang masih sama.
Lisya yang mendapat ciuman dari Gathan meski hanya menempel tanpa gerakan lebih, membuatnya terkejut. Matanya terbelalak lebar seakan ingin keluar.
Dengan cepat Lisya menjauh dari tubuh Gathan dan.
Plak.!
Sebuah tamparan keras mendarat pada pipi Gathan. Membuat sang empu meringis kesakitan akibat rasa panas dan nyeri yang tercipta dari tamparan Lisya.
"Kamu memang benar-benar gila!! Sumpah yaa bos sableng! Mesum! Geblekk! Kurang Ajar!!!" Racau Lisya dengan emosi yang memburuh dan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Maaf." Ucap Gathan lirih karena ia memang salah.
Teo yang sedang mengemudi terkejut dengan suara tamparan yang terdengar di kursi belakang. Dan lebih terkejut lagi saat Teo mendengar sang bos meminta maaf. Ia sesekali melirik kearah spion atasnya. Teo hanya menggelengkan kepalanya heran sambil tersenyum tipis.
Benar-benar njelulu kamu bos. 🙈
Gumam Teo dalam hati.
"Maaf katamu! Hah... Maumu apa sih bos gila! Kamu sudah kedua kalinya melukai harga diriku! Kamu pikir aku perempuan murahan! Iya??? Dengar yaa! Meskipun aku memang kere tapi aku ga sebejat itu!" Ucap Lisya penuh penekanan, dan air matanya sudah tidak dapat dibendungnya.
Gathan yang melihat Lisya menangis, seakan hatinya ikut terluka. Ia sadar bahwa Lisya menangis karena perbuatannya.
"Aku sama sekali tidak berniat seperti itu ra! Maafkan aku.. Sungguh aku tidak berfikir jika kamu perempuan seperti itu Aira!" Ucap Gathan cepat, sambil berusaha memegang tangan Lisya agar tenang. Tanpa ia sadari bahwa dirinya telah memanggil Lisya dengan sebutan Aira.
"Airaa?? Kenapa kamu memanggil ku dengan nama itu? Dari mana kamu tahu nama panggilan itu? Siapa kamu sebenarnya ha??? Kenapa seolah kamu tahu semuanya tentang ku! Apa kamu sengaja mencari tahu tentang ku untuk membalas dendam padaku???" Ucap Lisya yang semakin terkejut dengan panggilan Gathan.
"Emm A-akuuu......." Gathan mendadak tak bisa berkata-kata. Karena sebenarnya ia tidak ingin Lisya mengetahui siapa dirinya saat ini. Ia ingin memberitahu semuanya saat waktunya sudah tepat.
Namun semuanya sudah terlanjur, ini juga karena kecerobohannya sehingga ia terpaksa harus memberitahukan kepada Lisya saat ini.
"Jika kamu ingin tahu siapa aku! Aku mohon tenanglah sampai kita sampai di apartemen ku!" Jawab Gathan.
"Hah. kamu pikir aku bodoh! Aku tahu itu hanya akal bulus mu!" Ucap Lisya dengan perasaan yang bercampur aduk. Marah, penasaran, takut. Ya, itulah yang saat ini ia rasakan. Ia bingung harus meminta pertolongan kepada siapa. Saat ini bahkan dirinya tak membawa handphone dan dompet nya.
"Aku berani sumpah Ra!! Aku tidak akan melakukan apapun kepadamu! Aku hanya akan menjelaskan semuanya kepadamu!" Ucap Gathan kembali meraih tangan Lisya..
"Jelaskan disini saja. Lalu antarkan aku pulang!" Pinta Lisya sambil berusaha menarik tangannya, namun genggaman Gathan sangat erat.
"Tidak bisa Ra. Buktinya ada di apartemenku!. Jika aku menjelaskan tanpa ada bukti, aku yakin kamu tidak akan mempercayainya." Jelas Gathan. Karena memang bukti pendukung berada pada apartemen Gathan.
Ya, selain berada dalam email Teo, Gathan memiliki bukti lain yang berada di apartemennya.
"Awas saja jika kamu membohongi ku!" Ucap Lisya mencari kesungguhan pada mata Gathan dengan tatapan yang membunuh.
"Percayalah padaku Ra! Aku tidak berbohong!" Jawab Gathan dengan mata yang sendu, karena memohon.
Lisya yang melihat kesungguhan pada mata Gathan, akhirnya dengan sendirinya tenang. Dan melepaskan tangannya dari genggaman Gathan yang mulai mengendor. Kemudian Lisya duduk menjauh dari Gathan, dan menoleh kearah jalanan tanpa bersuara sepatah katapun. Sambil sesekali menyeka air mata yang masih keluar dari matanya.
Gathan yang melihatnya, hanya bisa menghela nafas kasar.
Hahhhhh.!! Gobl*k..!! Kenapa gue se ceroboh ini! Kasihan dia !
Gumam Gathan dalam hati sambil merutuki kebodohannya.
To Be Continued 🖤
-- Annyeong pembaca yang budiman 💕--
-- Hemm kira-kira bukti apa ya yang ada di apartemen Gathan??--
-- Jangan lupa Vote, dan aktifkan tombol Favoritnya! 🙏 supaya tidak ketinggalan kelanjutan ceritanya. Jangan lupa like dan tinggalkan komen supaya author lebih semangat lagi! --
Salam cium dan peluk jauh. 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Fitria Dafina
Goblok emang kamu Gathan.. main nyosor aja..
2021-03-13
1
Lia
Lanjut thor, semangat
Salam dari 'Mencintai Pelayanku'
2021-02-16
0