** Ruang CEO BR Group **
Brakkk.!!!!
Suara pintu ruangan yang terbanting akibat sang CEO yang membuka lalu menutupnya dengan keras.
"Uhuuuukkkk! Uhuukkk! Uhuuuuukk!!" Sekretaris yang tidak menyadari kedatangan bosnya terkaget mendengar suara pintu itu, sontak membuatnya tersedak cilok yang sedang dikunyanyah. Cilok yang masih bulat karena baru beberapa kali ia kunyah dengan susah payah akibat teksturnya yang kenyal akhirnya dengan terpaksa meluncur masuk pada tenggorokannya secara tiba-tiba.
Anjjjj******yyy..!! Boss tak tau diuntung.!! Permisi kek kalo mau masuk ruangan.!
Gumam sekretaris Martha kesal dalam hati sambil memukul dadanya yang sedikit sesak akibat cilok. 'kapan lagi ngumpat bos e kalo ga hanya mbatin yaa'.
Kemudian ia minum dengan sangat banyak supaya ciloknya segera turun ke dalam perutnya.
Ya,, karena masih jam istirahat, Martha sang sekretaris menyempatkan memakan bekal yang ia bawa dari rumah. Hal itu sudah biasa ia lakukan karena tidak sempat keluar akibat pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Prangg!!!
Tak lama suara nyaring kembali mengagetkan sang sekretaris saat sedang fokus minum, alhasil membuat dirinya tersedak kedua kalinya.
"Pyuhh. Uhuuuk.. uhuukk... Ediaaaann! Bos sama asisten sama saja!"
Gerutu sekretaris Martha kesal sambil melihat ke arah sumber suara.
Entah salah apa sekretaris itu, sampe dua kali terkena sial dalam waktu yang singkat. 'Sabar ya mba Martha, nasib remahan rengginang mah gitu'.
Sumber suara nyaring tadi adalah disebabkan oleh kaki Teo yang tidak sengaja menabrak tong sampah yang ada disamping pintu lift. Karena tergesa-gesa untuk mengejar sang bos membuat ia tidak melihat sekitarnya. Karena merasa sakit, Teo mengumpat pada sang tong sampah dan menyalahkan kenapa tong sampah berada disitu.
'Sabaar ya tongg, nasibmu juga lagi apes.'
Tok.. Tok.. Tok.
"Masuk!" Suara bosnya yang terdengar dari dalam.
Dengan cepat Teo membuka pintu ruangan itu dan masuk untuk menghampiri bosnya. Karena ia tahu bosnya itu akan membutuhkannya.
Gathan yang sedang duduk dikursi kebesarannya, sedang memejamkan mata sambil memijat rahangnya yang masih nyeri akibat 'tendangan madun' si Lisya. Entah mengapa perasaannya saat ini susah ia artikan.
Entah mengapa pula untuk pertama kalinya dirinya begitu terpengaruh dengan perkataan orang lain. Biasanya ia tidak memperdulikan apa kata orang jika ia sudah memutuskan sesuatu.
"Dia benar perempuan teledor yang saat itu?" Tanya Gathan membuka suara saat sedari tadi hanya diam dengan mata yang masih terpejam.
Karena sudah sebulan lamanya mereka tidak saling bertemu, membuat bayangan wajah perempuan itu sedikit memudar dalam ingatan Gathan. Ia kembali mengenali perempuan itu saat tadi mendengar suara dan gaya bicaranya serta tatapan matanya yang entah mengapa sejak awal baginya sangat tidak asing.
"Betul bos. Dia adalah Qaleesya Humaira. Panggilannya Lisya." Jawab Teo.
"Ternyata kamu masih melakukan tugas yang aku perintahkan dengan apik. Meskipun aku telah melupakannya.!" Jawab Gathan kembali sambil senyum sinis dibibirnya. Dengan posisi yang masih sama.
"Tentu saja. Bukankah anda sendiri yang meminta sampai perempuan itu bersujud pada anda.?".
Yang ada anda tidak mendapati perempuan itu bersujud, tapi malah kena jurus tendangan mawut. buahahahah
Gumam Teo dalam hati sambil tertawa puas dalam hatinya. Ia mengingat saat sekilas melihat bosnya terkena tendangan mawut dari si Lisya dan langsung oleng. Bibirnya pun sontak ikut melebar sesaat karena hanyut dalam pikirannya.
"Apa anda menyesal karena saya masih melakukannya?" Tanya Teo kembali dalam mode serius. Entah mengapa ia merasa telah melihat ekspresi bersalah dari bosnya saat mendapat perkataan kejam dari perempuan tadi.
"Mana ada! Tidak ada kata menyesal dikamusku!" Jawab Gathan sambil seketika membuka matanya dan menatap tajam pada Teo. Karena seolah asisten sekaligus sahabatnya itu tau tentang isi hati dan pikirannya.
"Jika tidak menyesal, harusnya tidak akan ada rasa bersalah saat anda melihat foto-foto ini." Ucap Teo kembali sambil memberikan handphonenya yang berisikan foto-foto Lisya selama satu bulan ini yang ia dapatkan dari mata-mata suruhannya.
Sesuai dugaan Teo, mata bosnya seketika berubah menjadi sayu. Alisnya entah bosnya menyadarinya atau tidak, terangkat sempurna sedangkan bibirnya sedikit terbuka, saat melihat foto-foto itu. Dengan fokus sambil jarinya menggeser layar handphone yang ada di depannya.
Terlihat didalam foto itu Lisya yang baru saja keluar dari kantor dengan raut wajah bersedih karena baru saja dipecat pertama kali dengan posisi masih mengenakan seragam kerjanya.
Lisya yang sedang keluar masuk sebuah kantor yang berbeda dengan raut muka sedih. Ada juga saat Lisya menyeka air matanya. Ada pula saat Lisya bersandar pada tiang yang ada dipinggir jalan. Lalu saat Lisya sedang menutup kepalanya karena terkena terik matahari. Dan Lisya yang sedang sedih sambil menopang dagunya.
Foto yang telah di perlihatkan oleh Teo, semua dipenuhi dengan raut kesedihan Lisya. Membuat yang melihatnya akan merasa simpati. Tak terkecuali sang bosnya yang hingga saat ini masih fokus melihat foto-foto itu.
Siaalll, kenapa gue merasa ada yang hilang saat melihat foto perempuan ini. Semakin gue lihat wajahnya, semakin membuat hati gue tidak nyaman.
Gumam Gathan dalam hati.
'Ngomong wae merasa bersalah gitu loh mbebs , gausah gengsi. bikin othor pengen jebol brewoknya deh.' 😒
"Apa perlu saya cabut hukuman itu bos?" Tanya Teo membuyarkan konsentrasi bosnya karena seolah paham atas pikiran dan hati bosnya.
"Terserah kamu saja! Aku tidak peduli.!" Jawab Gathan sambil mendongak menatap Teo saat tersadar dari pikirannya. Dan dipasangnya kembali wajah mode sok seriusnya. Karena tidak ingin Teo beranggapan jika dirinya sedang merasa simpati dengan perempuan itu. Lalu diberikannya handphone Teo.
"Baik. Laksanakan bos.! Saya permisi." Jawab Teo sambil mengambil handphonenya, dan membungkukkan tubuhnya. Lalu ia pergi meninggalkan sang bos dari ruangannya.
Setelah keluar dari ruangan bosnya, ia menuju ruangannya sendiri yang masih berada dilantai yang sama dengan bosnya. Kemudian ia hendak melakukan tugasnya, namun saat Teo akan menelpon orang-orang yang terlibat untuk mencabut hukuman Lisya, Teo mendapat panggilan telfon dari pihak bank abc untuk mengkonfirmasi bahwa akan ada pencairan cek tunai dengan no seri cek xxx sebesar lima ratus juta rupiah.
Setelah mengecek no seri tersebut pada catatan yang ada pada handphone canggihnya, Teo mengkonfirmasi bahwa benar telah mengeluarkan cek dengan nomor seri yang disebutkan pihak bank tadi.
Tak berapa lama, ia mendapat pemberitahuan melalui email dari bank abc. Bahwa telah dilakukan pencairan cek tunai sebesar lima ratus juta rupiah yang langsung dipindah bukukan pada rekening atas nama "Panti Asuhan Bina Bakti".
Seketika Teo terkejut dan kemudian tersenyum tipis. Entah apa yang dipikirkannya. Dengan segera ia kembali pada ruangan bosnya untuk menyampaikan berita tersebut. Karena menurutnya untuk saat ini sepertinya hal yang berhubungan dengan perempuan itu menjadi sesuatu yang menarik bagi bosnya. Ya, pemilik cek no seri xxx itu adalah Lisya.
Tok.. Tok.. Tok.
"Masuk.!" Jawab Gathan.
"Permisi bos." Ucap Teo setelah memasuki ruangan.
"Kenapa lagi?" Ucap Gathan penasaran
Apa dia sudah mencabut hukumannya??
Gumamnya dalam hati.
'Ciyeeee sing mulai Kepo tapi gengsi.' 😆
Teo memberikan handphone nya kembali dengan layar yang telah menunjukkan isi email dari bank.
"Panti Asuhan Bina Bakti??" Ucap Gathan seketika mengerutkan keningnya sambil berfikir sepertinya nama panti asuhan itu tidak asing baginya. Bukan nominal yang jadi masalah untuknya namun nama penerimanya. 'Kalo sultan dari masih berbentuk zigot emang gitu ga kaget lihat nominal delapan digit' 😞
"Ini siapa yang melakukannya??" Tanya Gathan kembali.
"Sudah dipastikan nona Qaleesya bos, dengan kata lain perempuan teledornya bos." Dengan segera Teo menutup mulutnya karena keprusut bicara yang tidak seharusnya.
"Kamu sudah bosan hidup ya!" Gathan mendelik menatap Teo.
"Maaf bos, keprusut." Ucap Teo menundukkan kepalanya.
"Segera kamu cari tau informasi tentang panti asuhan itu, dan...... apa hubungannya dengan perempuan tadi." Perintah Gathan pada sang asisten.
Entah mengapa Gathan semakin lama semakin merasakan Dejavu jika memikirkan perempuan itu. Apalagi saat melihat nama panti asuhan yang dibacanya. Serasa dirinya tidak asing dengan nama itu. Sehingga rasa penasaran dalam hatinya semakin menuntutnya untuk mencari tahu.
"Baik bos." Ucap Teo dan kembali berlalu meninggalkan bosnya dan segera melaksanakan perintahnya.
Teo yang mendapat perintah, dengan sigap ia melaksanakan tugasnya. Teo menghubungi beberapa orang kepercayaanya yang tersebar hampir di seluruh kota negeri ini. Sebelumnya Teo mencari informasi dimanakah panti asuhan itu berada. Agar ia bisa menentukan kepada siapakah ia harus memberikan perintah. Tak ketinggalan ia juga mencari tahu informasi lengkap tentang Lisya dan keberadaan keluarganya agar mengetahui adakah hubungannya dengan panti asuhan tersebut. Teo juga sudah memutus hukuman si Lisya saat dirinya kembali teringat akan tugasnya yang sempat tertunda.
** Dilain Tempat **
Lisya mengendarai motornya dengan hati yang dongkol serta lelah akibat show yang ia lakukan tadi. Membuat dirinya merasakan dehidrasi dan lapar.
Akhirnya Lisya berniat berhenti di salah satu minimarket di pinggir jalan. Diambilnya air mineral serta roti sobek untuk mengganjal perutnya yang sedari tadi belum ia isi.
Lisya menuju ke bagian kasir untuk membayar belanjaannya. Karena total belanjanya membutuhkan uang koin, Lisya membuka resleting dompet tempat yang ia khususkan untuk uang koin. Dompet itu selama ini selalu ia tinggal di kos, karena baginya tidak terlalu dibutuhkan. Namun pagi tadi tak sengaja Lisya memasukkan dompet itu pada tasnya, karena dompetnya hampir mirip seperti pouch make-upnya.
Sontak Lisya melihat keberadaan cek yang ia terima dari asisten bos gila itu. Ia baru saja ingat, jika selama ini ia meletakkan cek tersebut didompet itu agar tidak hilang. Dan seolah mendapat keberuntungan dari dewi fortuna, ia diingatkan kembali akan cek itu diwaktu yang tepat. Muncul seringai kecil dibibirnya, Lisya dengan cepat mengambil uang koin yang dibutuhkan kemudian memberikannya kepada sang kasir.
Lisya yang sudah berada di luar minimarket memilih duduk di kursi yang telah disediakan oleh pihak minimarket kemudian meneguk air mineral serta memakan rotinya hingga tandas. Setelahnya ia teringat akan misinya.
"Rasaiiin kamu bos Gila.. bos Sableng! Akan aku buat kamu membayar ganti rugi atas apa yang aku alami. Bangkrut bangkrut dah kamu!" Gumam Lisya pelan sambil menulis besaran nominal pada cek yang ia pegang tadi. Kemudian melajukan motornya ke arah bank abc terdekat.
Tak lama Lisya sampai di Bank tujuannya. Ia menuju bagian teller yang kebetulan saat itu sedang sepi. Ia menyodorkan cek yang ia bawa tadi. Serta memberikan nomor rekening tujuan yang ia minta sebagai penerima uangnya.
Bagi Lisya, ia tidak akan mau menggunakan uang itu untuk kebutuhan pribadinya. Karena sama halnya dengan menjual harga dirinya kepada bos gila itu.
Karena Lisya tau bahwa pihak perusahaan akan mengetahui nominal yang ia cairkan, maka dengan sengaja ia menulis nominal lima ratus juta rupiah yang menurutnya itu sangaaaaaaaaaaat banyak. Maksud hati ia ingin membuat bos gila itu marah besar dan merasa dirugikan. 'Tapi nyatane salah nduk, itu akan jadi boomerang buat kamyu.' 😆
Lisya memilih panti asuhan itu karena teringat akan orang tuanya yang berada di Surabaya.
Tak berapa lama setelah Lisya menunggu di bagian teller, transaksi itu telah berhasil. Ia menerima bukti transfer kepada no rekening yang ia berikan tadi dari petugas teller.
Karena dirasa misinya hari itu selesai semua. Perasaan dongkol yang sejak tadi siang hinggapi hatinya, hilang begitu saja saat mengingat kembali dirinya yang telah memberikan tendangan madunnya pada bos gila itu, ditambah dengan nominal pencairan ceknya membuat senyum merekah. Menghiasi bibirnya yang semakin menambah kecantikan dirinya.
Lisya kembali melajukan motornya untuk segera pulang ke kosannya dengan perasaan penuh kemenangan.
*****
Bonuusss.
Seperti inilah wajah Gathan saat melihat foto Lisya dan sibuk dengan pikirannya karena penasaran terhadap perempuan itu.
Meleleehh akutuhh. 😍
-- Annyeong pembaca yang budiman 💕--
--Si bos gila dan sablengnya Lisya uda mulai kepo tapi malu-malu. Seperti apa kelanjutan kekepoan si Gathan ya? 🤔--
Mon maaf telat update nya. Othor ga kuat melek pas ngetiknya, karena minggu waktunya jadi inem membuat othor lelah. 🙏
-- Jangan lupa Vote, dan aktifkan tombol Favoritnya! 🙏 supaya tidak ketinggalan kelanjutan ceritanya. Jangan lupa like dan tinggalkan komen supaya author lebih semangat lagi! --
Salam cium dan peluk jauh. 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments