🌀 Flashback On 🌀
Enam belas tahun yang lalu...
"Hayy kakak ganteng, aku Aira. Nama kakak siapa?" Tanya gadis kecil nan imut sambil mengulurkan tangannya.
"Ck.. Gathan." Jawab laki-laki itu sambil mendengus kesal tanpa membalas uluran tangan sang gadis kecil.
Ya, begitulah pertemuan awal antara Gathan dan Lisya yang pada saat itu dipanggil Aira oleh orang tuanya.
Gathan yang baru saja tiba di pelataran panti asuhan Bina Bakti bersama ayah Hasan langsung disambut hangat oleh Aira. Karena ia sangat senang jika memiliki teman baru.
Apalagi jika temannya lebih tua darinya, karena baginya ia akan merasakan kasih sayang dari seorang kakak yang selama ini ia impikan. Ia tidak perlu mengalah seperti yang biasa ia lakukan kepada adiknya. Mengingat Aira adalah anak sulung, sehingga ia terbiasa harus mengalah terhadap adiknya yang terkadang membuatnya kesal.
"Aira sayang, Kamu temani kakak Gathan saat main disini yaa. Kamu kenalin sama adik-adik kamu yang ada disini. Supaya kakak Gathan ga kesepian lagi. Oke anak ayah?" Pinta ayah Hasan sambil berjongkok menangkup kedua pipi Aira lalu menciumnya dengan penuh kasih sayang.
"Siap ayah. Aira bakal temani terus kakak ganteng ini." Jawab Aira bersemangat sambil memberi hormat pada sang ayah.
"Ayo kakak ganteng, Kita main kedalam. Disana banyak adik Aira yang lucu loh!". Ajak Aira sambil menarik tangan Gathan.
"Ah gamau! Aku males di tempat ramai! Aku mau pulang aja.! Pak Hasan aku mau pulang!" Ucap Gathan sambil melepaskan tangannya dari genggaman Aira dengan keras.
Hal itu membuat Aira terkejut dan menatap Gathan dengan wajah takut dan sedih.
"Yaaaahh, kok kakak ganteng jahat si yah! Padahal Aira cuma pengen ajak kakak ganteng main disana.! Hikss hiksss hikksss. Ayah...!" Aira menangis kearah ayahnya karena merasa dibentak oleh Gathan.
Dibalik sifat dinginnya Gathan, tersimpan hati yang begitu lembut. Terbukti, saat ini Ia merasa bersalah dan kasihan saat melihat anak sang supir menangis karena sikapnya. Ia juga tidak enak hati kepada sang supir yang telah berniat baik untuk menghiburnya malah dibuatnya kecewa.
"Ma-maaff.. Kakak ga bermaksud jahat. Hanya saja kakak tadi kaget karena tangan kakak kamu tarik tiba-tiba." Ucap Gathan sambil mendekati Aira yang masih menangis di pelukan ayah Hasan.
"Emmmm, kakak juga ga terbiasa ditempat ramai. Rasanya kakak ga nyaman." Ucap Gathan lagi sambil sedikit berjongkok melihat wajah Aira.
"Kakak Ganteng, maunya ditempat sepi? Ciyuss??" Tanya Aira yang seketika menghentikan tangisnya sambil mengelap air mata dan ingusnya yang keluar menggunakan bajunya.
Membuat Gathan yang super bersihan dan rapi, sedikit menjauhkan tubuhnya dari Aira karena menurutnya agak jorok.
"I-iiyaa , tempat sepi bisa buat kakak nyaman." Ucap Gathan sambil menganggukkan kepalanya.
"Yasudah kalo gitu kakak Ganteng ikut Aira, Nanti Aira tunjukkin tempat yang bisa buat nyaman kakak." Aira kembali memasang wajah cerianya sambil menarik lengan Gathan.
Gathan yang sudah tidak bisa lagi menolak ajakan anak sang supirnya, dengan pasrah mengikuti langkah Aira.
Pak Hasan yang melihat Gathan tak bisa menolak ajakan anak sulungnya itu, tersenyum bahagia karena akhirnya Gathan mau berinteraksi dengan orang disekitarnya setelah beberapa minggu murung dan menjadi pendiam.
"Den Gathan, saya tinggal jemput tuan Barra dulu yaa. Nanti saya jemput kesini lagi." Ucap pak Hasan sebelum Gathan benar-benar menjauh darinya.
Gathan menoleh sesaat kepada pak Hasan, lalu mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya mengikuti Aira.
"Hahhh, Semoga dengan adanya Aira den Gathan bisa sedikit melupakan kejadian yang menimpa keluarganya." Ucap pak Hasan sambil menghela nafas lalu pergi meninggalkan panti asuhan bersama mobil yang dikendarainya.
** Taman Belakang Panti Asuhan **
"Nah disinii nii, tempat ternyaman Aira kalo pas siang hari. Tempatnya bagus kan. Disini juga gak rame kok. Kakak suka gak?" Tanya Aira sambil tersenyum manis lalu duduk dikursi taman.
Ya, dibelakang ruang utama panti asuhan, terdapat taman yang tidak terlalu besar. Namun terlihat indah dan segar karena banyak tanaman dan bunga yang menghiasinya. Ada beberapa pohon berukuran sedang disekitarnya membuat udara semakin sejuk. Ada juga anak tangga minimalis yang menjadi pemanis taman sederhana itu.
Baguuuss juga. Nyaman. Sejuk lagi.
Gumam Gathan dalam hati sambil matanya masih melihat ke segala arah taman tersebut.
"Kakk, Kakak ga dengerin Aira ngomong ya. Hiks." Ucap Aira yang hendak menangis lagi karena merasa tidak dihiraukan Gathan.
"Ehhh duuh kenapa nangis lagi sih!". Gumam Gathan pelan sambil mengusap wajahnya kasar karena heran dengan sikap gadis kecil yang didepannya.
"Jangan nangis dong peri kecil. nanti cantiknya hilang. Kakak suka kok disini. Pemandangannya bagus. Benar kata kamu, disini ga rame." Ucap Gathan sambil tersenyum kaku agar gadis kecil itu tidak menangis.
"Peri kecil?? Namaku Aira kakak Ganteng! Bukan peri kecil.!" Aira mendengus kesal sambil mencebikkan bibirnya.
"Ehh, peri kecil maksutnya kakak itu,,,, emmm.. karena kamu cantik dan baik hati layaknya peri. dan karena kamu lebih kecil dari kakak, jadi kakak sebut peri kecil deh." Jelas Gathan asal, karena entah mengapa tadi dirinya menyebut gadis itu peri kecil.
"Trus kamu juga panggil kakak dengan sebutan kakak ganteng. Kan kakak juga punya nama." Ucap Gathan lagi tak mau kalah.
"Ooh gitu. Tapii tau dari mana kalo Aira anak baik? kan kakak baru kenal Aira tadi. Trus soal aku panggil kakak ganteng,,, emm itu,, karena bagi Aira, kakak itu ganteng. Jadi lebih cocok aku panggil itu deh hehe." Tanya aira kembali lalu sambil tersenyum menjelaskan alasan memanggil Gathan dengan sebutan 'kakak ganteng'.
"Tau lah, kalau kamu ga baik, mana mungkin kamu ajak kakak ketempat bagus ini. Pasti kamu sering ya ada disini? Memangnya anak panti lain ga ada yang main disini?" Ucap Gathan sambil duduk disebelah Aira.
"Oooooohh heheh baiklah, kakak boleh panggil aku 'peri kecil' tapi aku bakal panggil kakak dengan panggilan kakak ganteng ya?" Ucap Aira sambil tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya.
"Terserah kamu saja peri kecil." Jawab Gathan tersenyum tipis sambil mengusap rambut Aira pelan. Entah mengapa dirinya gemas melihat Aira yang sedang tersenyum lebar itu. Baginya ia seperti mendapat suatu mainan baru yang membuat dirinya merasa terhibur.
"Kok ga dijawab pertanyaan kakak yang tadi? Kamu sering disini? Terus apa anak panti lain ga main kesini juga?" Tanya Gathan masih penasaran.
"Eh iya lupa hehee. Iya kak, Aira kalo kesini, mainnya ditempat ini. Soalnya Aira juga gak suka kalo main sama adik-adik. Suka diganggu, trus Aira harus mengalah deh. Kan Aira juga harus ngerjain PR, jadi ibu Aira nyuruh kesini supaya bisa berkonsentrasi. Kalo siang adik-adik waktunya tidur siang kak, makanya disini sepi. heheh." Jelas Aira panjang lebar, karena dirinya memang suka bercerita.
"Oh begitu." Jawab Gathan singkat sambil mengangguk.
"Memangnya anak panti disini masih kecil- kecil semua ya??" Tanya Gathan heran karena sedari tadi gadis itu menyebut kata adik-adik.
"Iya betul banget kak. Semuanya itu masih dibawahnya Aira. Paling besar itu berumur 4 tahun. Makanya Aira kalo punya mainan suka direbut sama mereka. Jadi bikin Aira kesel dehh " Jelas Aira sambil menyebikkan bibirnya karena terbawa suasana saat mengingat mainannya yang direbut sama adik-adik panti.
Ya, panti asuhan Bina Bakti saat itu baru didirikan selama empat tahun. Sehingga anak-anak asuhnya rata-rata masih balita, bahkan ada juga yang masih bayi. Kebanyakan anak asuh itu mereka dapatkan dari pihak rumah sakit, yang orang tuanya dengan sengaja memberikan anaknya karena faktor ekonomi yang kurang. Namun ada juga orang tua yang tidak mau menanggung malu karena hasil dari hubungan gelapnya, bahkan ada juga yang sengaja dibuang didepan panti asuhan.
Saat itu, panti asuhan tersebut memiliki dua puluh lima anak asuh. Yang terdiri dari tiga bayi dan sisanya anak balita. Ibu Umaira, istri dari pak Hasan dan ibu dari Aira menjadi pengasuh sekaligus pengurus panti asuhan saat itu. Beliau sengaja membantu kakak sepupu dari suaminya yang selaku pemilik panti itu, karena tidak tega melihat anak asuhnya yang semakin lama semakin bertambah. Saat itu panti asuhan Bina Bakti memiliki 10 pengasuh, dan 5 pengurus panti.
.
.
Ditengah pembicaraan antara Gathan dan Aira yang tentunya didominasi oleh Aira, tiba-tiba datang seorang ibu-ibu yang sudah tidak lagi muda tapi juga tidak terlihat tua menghampiri keduanya dengan menggendong anak laki-laki yang masih berusia dua tahun. Ya, ibu itu adalah ibu Umaira. Ibunya Aira yang sedang menggendong Nino adik Aira.
"Ehhhh, anak ibuk sama siapa itu? Semangat banget ceritanya" Ucap ibu Umaira sambil tersenyum menghampiri keduanya.
"Ibuuukkkk." Aira beranjak dari duduknya dan berlari menghampiri sang ibu yang sedang berjalan menuruni anak tangga taman itu.
"Anak ibuk ga nakal kan sama kakaknya?" Ucap ibu Umaira sambil tangan kanannya mengelus punggung Aira dengan lembut.
"Enggak kok. Bener kan kakak ganteng?" Ucap Aira mendongak lalu menoleh ke arah Gathan yang masih duduk di kursi taman.
Melihat interaksi hangat antara Aira dan ibunya, membuat Gathan kembali teringat dengan sosok perempuan yang dulu pernah menghiasi harinya dengan penuh kasih sayang, namun berakhir menyakitkan.
Sontak membuat Gathan terlihat murung sambil tangannya mengepal keras. Aira dan ibunya yang tidak sengaja melihat ekspresi Gathan merasa bingung. Lalu bukan Aira namanya jika tidak bisa membuat orang sekitarnya bahagia.
"Ibuk tunggu sini bentar ya. sstttttt!" Bisik Aira pelan kepada ibunya yang masih mematung di anak tangga. Lalu Aira berlari kecil ke arah tanaman yang tidak jauh darinya namun tidak terlihat oleh Ibunya dan Gathan.
"Eh kamu mau kemana nak! Jangan jauh-jauh. Hati-hati.!" Ucap Ibu Umaira heran.
Tak lama Aira kembali dengan membawa bunga Melati air (Echinodorus palaefolius), bunga indah berwarna putih selayaknya melati, tapi sejatinya bukan melati.
Aira membawa beberapa tangkai. Kemudian ia menghampiri Gathan dengan senyum manisnya. Lalu diberikannya bunga itu tepat disamping Gathan.
"Ini buat kakak ganteng, supaya wajahnya gak sedih lagi. Nanti gantengnya hilang. heheh". Ucap Aira dengan manis yang dapat mebuyarkan lamunan Gathan.
"Ahhhh,, Peri kecil. Kamu baik sekali. Tapi kakak gak sedih kok." Jawab Gathan sambil tersenyum kaku. Karena ia masih terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Tapi Aira lihat muka kakak ganteng lagi sedih." Ucap Aira yang tak bisa dibohongi.
Gathan yang tertangkap basah oleh gadis kecil itu hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tersenyum kaku.
Sedangkan di lain tempat yang tak jauh dari Aira dan Gathan, terdapat ibu Umaira yang masih setia melihat interaksi putrinya dengan putra majikannya itu dengan senyum dan terus menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang dilakukan putri kecilnya. Ya, Ibu Umaira sebelumnya sudah diberi tahu pak Hasan, bahwa siang ini putra majikannya bermain di panti asuhan. Karena saat Gathan datang, ibu Umaira sibuk mengurus Nino dan beberapa anak asuhnya, akhirnya baru saat itu beliau baru menghampiri keduanya.
Karena menurutnya akan menjadi moment langka, Ibu Umaira berinsiatif mengabadikan interaksi itu disaat anak gadisnya memberikan bunga yang dibawanya dengan senyum manisnya, sedangkan ekspresi Gathan yang masih bersedih akibat lamunaannya.
*Jadi foto ini, yang dilihat Gathan kemarin itu hasil jepretannya ibu Umaira. Co cweeet😍
🌀 Flashback Off 🌀
Gathan yang ditemani Teo sang asisten dan Rudi orang kepercayaannya segera memasuki panti asuhan tersebut dengan wajah yang menggebu-gebu.
"Permisi, Assalamualaikum." Ucap Teo saat berada didepan pintu.
"Waalaikumsalam. Silahkan masuk." Jawab salah seorang bapak-bapak yang sudah mulai menua dengan jalan yang sedikit tertatih.
Sontak Gathan yang melihat kondisi bapak-bapak itu membelalakkan matanya, seolah hatinya tersayat melihat orang yang dulu menyayanginya sudah begitu tua. Dengan cepat Gathan menghampiri dan memeluknya dengan erat.
To Be Continued. 🖤
-- Annyeong pembaca yang budiman 💕--
-- Tuh kan, masa lalu mereka berdua sudah perlahan terungkap. Hemm apa itu berarti moment dimana Gathan akan menjadi bucin akan segera tiba?? hohoho--
-- Jangan lupa Vote, dan aktifkan tombol Favoritnya! 🙏 supaya tidak ketinggalan kelanjutan ceritanya. Jangan lupa like dan tinggalkan komen supaya author lebih semangat lagi! --
Salam cium dan peluk jauh. 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
marlia
Hohohoho aku tertawa jahat thorrr bentar lagi gatan jadi bucin
2021-02-14
3
Klunthink
siapakah bapak itu ?? tk sabar lah nggu klnjutannya thor 😁😁
2021-02-12
1