Siang itu Sheila dan ketiga sahabatnya sedang makan di kantin kampus. Mereka makan sambil ngobrol dan bercanda seperti biasanya.
Tiba-tiba seorang gadis berpura-pura tersandung dan menumpahkan es jeruk yang dibawanya ke arah Sheila.
"Aaarrghh," pekik Sheila kaget saat merasakan air dingin membasahi bagian dadanya ke bawah.
"Oops, sorry, gue gak sengaja," kata Gladis dengan ekspresi dibuat-buat menyesal.
Tapi sejurus kemudian dia dan kedua temannya tertawa cekikikan.
"Lo apa-apaan sih Dis? Lo pasti sengaja kan ngelakuin ini?" sentak Lusia sambil berdiri dan menggebrak meja.
"Heh, gue kan udah bilang kalo gue gak sengaja. Bahkan gue juga udah minta maaf sama temen Lo. Kenapa jadi Lo yang nyolot sih?" jawab Gladis tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Sementara Sheila berusaha membersihkan tumpahan es jeruk di bajunya menggunakan tisu dibantu oleh Dyah.
"Gak sengaja Lo bilang? Gue tau bener akal busuk Lo itu Dis, jangan sok ngelak deh Lo," balas Tya ikut berang.
"Terus kalo emang gue sengaja kenapa? Masalah buat Lo?" tanya Gladis menyebalkan.
"Udah Lus, Ya, udah. Gak usah diladenin," kata Sheila berusaha melerai. "Aku gak pa-pa kok. Aku bersihin ini di toilet bentar ya."
"Kita anter," putus Tya final.
Mereka berempat lalu bergegas meninggalkan kantin menuju ke toilet.
"Awas Lo ya," geram Lusia sebelum berjalan melewati Gladis dan kedua temannya.
"Makanya, jadi cewek tuh jangan sok kecakepan. Ganggu aja gebetan orang," ledek Gladis sedikit kencang karena Sheila dan yang lainnya sudah agak jauh.
Di dalam toilet saat sedang berusaha membersihkan noda di bajunya menggunakan air tiba-tiba handphone Sheila berbunyi.
"Mas Steven?". Kening Sheila mengkerut bingung.
"Assalamualaikum mas," sapa Sheila setelah menggeser tombol hijau.
"Ke kantor sekarang. Pak Damar udah nunggu di depan kampus kamu." kata Steven dari seberang panggilan.
"Ada apa mas?" tanya Sheila semakin bingung.
"Dateng sekarang, aku tungguin di kantor."
Sambungan telepon terputus tanpa Sheila bisa menjawab. Dengan wajah yang masih bingung Sheila keluar dari kamar mandi.
"Kenapa Shei?" tanya Dyah melihat wajah Sheila yang nampak bingung.
"Mas Steven telpon, nyuruh aku dateng ke kantor sekarang juga. Bahkan katanya Pak Damar udah nunggu di depan."
"Ada yang penting mungkin Shei," balas Tya.
"Ya udahlah Shei dateng aja. Mungkin emang ada hal yang penting kan sampe suami Lo telpon nyuruh Lo dateng ke kantor," imbuh Lusia meyakinkan.
Tanpa sepengetahuan Sheila, Dyah dan Tya, Lusia tadi langsung menghubungi Steven.
"Tapi keadaan aku lagi kacau gini," desah Sheila murung.
"Gak pa-pa Shei. Entar Lo tinggal jelasin aja kejadian sebenarnya sama suami lo," kata Dyah mencoba menenangkan Sheila.
Sheila kemudian pamit meninggalkan sahabat-sahabatnya. Dan benar saja, Pak Damar sudah menunggu Sheila di depan kampus.
"Non," sapa Pak Damar sambil sedikit membungkuk. "Pake dulu jaketnya Non biar tidak kedinginan," sambungnya seraya menyerahkan sebuah jaket pada Sheila.
Dengan kening berkerut Sheila menerima jaket dari Pak Damar kemudian memakainya.
"Bagaimana Bapak bisa tau?" tanya Sheila bingung.
"Den Steven yang nyuruh tadi Non," jawab Pak Damar seraya membukakan pintu jok belakang.
Sheila semakin bingung dengan jawaban Pak Damar. Selama perjalanan menuju ke kantor Sheila tidak bertanya lagi pada Pak Damar, masih asyik dengan pemikirannya sendiri.
Sesampainya di depan loby Pak Damar turun dan membuka pintu untuk Sheila. Sheila turun dari mobil disambut seorang security.
"Pak Seno ini Non Sheila istrinya Den Steven. Tolong diantar sampai ke ruangan Den Steven ya," kata Pak Damar kepada security bernama Seno tersebut.
"Baik Pak Damar. Mari Nona saya antar ke ruangan Pak Steven," kata Pak Seno ramah.
"I-iya, baiklah," jawab Sheila sedikit gugup.
Sheila kemudian berjalan mengikuti Pak Seno menuju ke lift. Pak Seno mengantar Sheila sampai ke lantai paling atas, dimana ruangan Steven berada. Begitu keluar dari lift Sheila langsung disambut oleh Santi, sekretaris Steven.
"Selamat siang Bu Sheila," sapa Santi penuh hormat.
"Selamat siang Mbak Santi," balas Sheila ramah.
"Mari Bu. Sudah ditunggu Bapak di dalam."
"Iya Mbak."
Setelah Pak Seno pamit undur diri Santi kemudian mengantar Sheila ke ruangan Steven.
Tok tok tok.
"Maaf Pak, Bu Sheila sudah datang," kata Santi sembari membuka pintu.
"Suruh masuk!"
"Baik Pak. Mari Bu silahkan masuk, saya permisi dulu," kata Santi sekalian pamit undur diri.
"Terima kasih mbak Santi," balas Sheila sambil tersenyum ramah. Dia lalu masuk ke dalam ruangan Steven. "Assalamualaikum mas."
"Wa'alaikumsalam," jawab Steven.
Sheila kemudian menghampiri Steven dan mencium punggung tangannya.
"Bersihin diri kamu di kamar mandi setelah itu ganti baju. Tadi aku udah nyuruh Santi beliin baju buat kamu, ada di atas meja itu," perintah Steven.
Sheila kaget. "Mas, kok-"
"Udah cepetan. Baju kamu basah gitu, bisa masuk angin nanti," potong Steven cepat.
"Iya mas," jawab Sheila.
Sheila lalu mengambil paper bag di atas meja sofa dan membawanya masuk ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri dan berganti baju Sheila lalu keluar dari kamar mandi. Berjalan pelan menghampiri Steven yang menatap salah tingkah.
Steven tidak menyangka kalau istrinya itu ternyata sangat cantik dan manis. Dalam balutan dress lengan pendek dengan bawahan model semi klok warna biru muda, terlihat sangat feminim. Tanpa polesan make up yang berlebihan. Cantik natural dan menyejukkan mata yang memandangnya.
"Mas kok tau kalau aku lagi butuh baju buat ganti?" tanya Sheila setelah duduk di kursi depan meja kerja suaminya.
"Aku ngawasin kamu."
"Seriusan mas..." rajuk Sheila menganggap perkataan suaminya tadi hanya bercanda.
"Aku serius kok."
"Tapi kenapa?"
"Karena kamu istri aku."
Sheila terdiam mendengar jawaban dari Steven. Merasa berdebar karena Steven mengakuinya sebagai istrinya. Sementara Steven sendiri merutuki perkataannya yang seolah keluar begitu saja tanpa persetujuan akal sehatnya.
Suasana canggung tercipta di antara mereka berdua.
"Mas udah makan siang?" tanya Sheila mencoba mencairkan suasana.
"Belum sempat," jawab Steven sambil menggeleng.
"Belum sholat juga berarti? Aku temenin makan siang ya, abis itu kita sholat Dzuhur jamaah," tawar Sheila sambil tersenyum lembut.
Steven hanya mengangguk sebagai balasan.
"Ke kafetaria kantor aja ya gak usah jauh-jauh, masih banyak kerjaan," kata Steven.
"Iya mas gak pa-pa. Sekalian aku juga mau lihat-lihat kayak apa kantor suamiku ini," balas Sheila lalu terkikik kecil, dan ternyata itu menular karena Steven pun ikut tertawa melihat kekonyolan istrinya itu.
Mereka berdua lalu turun menuju kafetaria. Selama perjalanan Sheila banyak bertanya tentang seluk beluk perusahaan sang suami dan dengan senang hati Steven menjawab semua pertanyaan istrinya. Setiap kali berpapasan dengan karyawan yang lain mereka pasti langsung menyapa hormat yang dibalas dengan anggukan kepala dari Steven dan Sheila.
Steven dan Sheila makan siang bersama di kafetaria kantor sambil sesekali berbincang. Selesai makan Sheila mengajak Steven untuk sholat berjamaah di mushola kantor saja, pengen tahu keadaan mushola di kantor katanya.
Tanpa mereka berdua sadari sedari tadi mereka berdua menjadi pembicaraan hangat hampir satu perusahaan. Presiden Direktur mereka bersama seorang gadis cantik yang ternyata adalah istri beliau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
makin akrab ni ya.. gitu kn enak.. apa2 dg pasangan sah. ngapain jg bermesraan sm perempuan gk bner model Nila??? nambah2in dosa sj. makin jauh dr bau surga.. beda jauh sm Sheila. baru dilihat sj sdh bikin adem..
2022-07-04
2
🍌 ᷢ ͩˡ Murni𝐀⃝🥀
akhirnya Steven mengakui Sheila sebagai istrinya didepan Sheila sendiri🤦🥰🏃🏃🏃
2022-02-26
2
Chika£Hiats
Si Gladis itu suka sama si Alex kali ya? jadi nganggap Sheila saingan dia...
Hmm,, cocok kan Sheila jadi Istrimu Stev... Cantik Sholehah dan pintar menempatkan diri... Karyawan2mu juga pasti suka 😚
2022-02-05
7