Sayup-sayup suara adzan subuh terdengar berkumandang. Sheila menggeliatkan tubuhnya perlahan dan pelan-pelan membuka mata. Masih sedikit merasakan kantuk karena semalam dia susah sekali terpejam.
Semalam tanpa bertanya terlebih dahulu Steven memutuskan kalau mereka tidur satu ranjang. Tapi Steven berjanji kalau dia tidak akan mengambil kesempatan dan berbuat hal yang tidak mereka inginkan. Ranjang Steven lebih besar daripada di kamar Sheila jadi mereka bisa menempatkan dua guling di antara mereka sebagai pembatas.
"Mas, bangun, sholat subuh dulu," kata Sheila sambil menggoyangkan bahu Steven perlahan.
Dan sama seperti kemarin juga, Steven agak susah untuk dibangunkan.
"Mas..."
"Aku masih ngantuk," jawab Steven merubah posisi membelakangi Sheila.
"Mas bangun, subuhan dulu, nanti habis waktunya."
Perlahan Steven membalik badannya dan membuka mata. "Kamu duluan aja. Nanti aku sendiri."
"Tapi-" Sheila hendak protes tapi urung melihat raut wajah Steven yang tidak terbaca. "Baiklah."
Sheila turun dari ranjang lalu menuju kamar mandi. Selesai sholat dia berpamitan pada Steven untuk turun ke bawah memasak untuk sarapan pagi.
Sheila memasak dibantu Bik Minah sementara Mbak Siti bersih-bersih rumah.
'Apa hanya perasaanku saja ya, tapi kenapa Mas Steven dari kemarin selalu menolak kalau aku ajak sholat berjamaah.'
Semua sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan.
"Wah, dari aromanya saja sudah harum begini, pasti ini enak," puji Ricko.
"Terima kasih Pa. Papa mau Sheila ambilkan makanannya?" tanya Sheila setelah selesai mengisi piring makan Steven dan menyerahkan kepada suaminya itu.
"Tidak perlu sayang, biar Mama yang mengambilkan untuk Papa," jawab Ricko kemudian menoleh pada istrinya dan tersenyum manis.
Amelia sedikit salah tingkah, sudah lama sekali dia tidak melayani mengambilkan makan untuk suaminya. Tapi mendapat tatapan seperti itu dari suaminya mau tidak mau Amelia akhirnya mengambilkan makanan untuk suaminya.
"Terima kasih sayang," kata Ricko setelah menerima piring makan yang sudah terisi dari istrinya kemudian memegang dan membelai lembut punggung tangan istrinya membuat Amelia sedikit tersipu.
Steven sempat menghentikan makannya dan memandang ke arah kedua orang tuanya. Momen yang sangat langka bagi Steven. Hatinya menghangat kembali merasakan kehangatan keluarga seperti ini. Senyum simpul terbit di bibirnya, kemudian melanjutkan makannya.
Selesai sarapan, kali ini Sheila tidak mencuci piring kotor. Dia ada jadwal kuliah pagi jadi harus segera berangkat.
"Maaf ya Bik tidak bisa ikut membantu, aku ada jadwal kuliah pagi," sesal Sheila.
"Tidak apa-apa Nona, ini sudah merupakan tugas kami," jawab Bik Minah sopan.
Steven dan Sheila berangkat lebih dulu. Lagi, Sheila berpamitan dengan mencium tangan Ricko dan Amelia, membuat Steven mau tidak mau mengikutinya juga. Mereka lalu masuk ke mobil yang sudah ada Pak Damar, sopir pribadi Steven, menunggu di belakang kemudi.
"Sudah lama sekali ya Ma putra kita tidak mencium tangan kita seperti tadi. Papa bahagia sekali pagi ini. Semoga ini merupakan awal yang baik untuk kita semua," kata Ricko setelah kepergian Steven dan Sheila.
Amelia hanya diam tidak menanggapi. Tapi di dalam hatinya dia membenarkan ucapan sang suami.
Mobil berhenti tepat di depan kampus.
"Pulang jam berapa? Nanti biar dijemput Pak Damar," tanya Steven.
"Tapi aku tidak mau merepotkan Mas."
"Save nomor Pak Damar, nanti kabari kalo sudah mau pulang," kata Steven dengan tegas tidak menerima bantahan.
Sheila lalu menyimpan nomor ponsel Pak Damar yang disodorkan pria paruh baya itu.
"Sudah, terima kasih Pak. Nomor saya juga sudah saya masukkan ke hp bapak," kata Sheila sambil mengangsurkan kembali ponsel Pak Damar.
"Baik Non. Nona bisa menghubungi saya setiap saat."
"Iya Pak. Ya sudah aku turun dulu ya Mas," Sheila beralih ke suaminya, mengambil tangan kanan suaminya kemudian menciumnya.
Steven sedikit terkejut, tapi entah kenapa dia juga tidak menolak.
"Assalamu'alaikum," pamit Sheila sambil tersenyum kemudian membuka pintu dan turun dari mobil.
"Wa'alaikumsalam," jawab Steven pelan setelah terdiam cukup lama. Tersenyum samar sambil memandangi tangan kanannya sesaat. "Jalan Pak!"
Di belakang kemudi Pak Damar diam-diam tersenyum simpul, jarang sekali dia melihat majikannya itu senyum-senyum seperti tadi. Dalam hati dia berdo'a semoga kehidupan pernikahan majikannya langgeng dan bahagia.
"Cie cie cie, ada yang diantar suami nih," goda Lusia yang menunggu di pelataran kampus bersama Dyah dan Tya.
"Apaan sih," elak Sheila sedikit tersipu.
"Udah-udah ayo buruan masuk, jangan sampe keduluan itu dosen killer," kata Dyah.
Mereka berempat lalu berjalan beriringan memasuki area kampus.
"By the way, gimana nih kabar pengantin baru kita?" tanya Dyah.
"Malam pertamanya sukses nih Shei?" sambung Tya penasaran.
"Gimana Shei, sakit nggak sakit nggak?" Lusia ikutan kepo.
"Iiisshhh, kalian ini ya, kepo. Rahasia perusahaan tau nggak," jawab Sheila malu-malu.
Mereka berempat lalu tertawa bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●ιиɑ͜͡✦MojiU୧⍤⃝💐≁
masyaaallah..wanita baik baik akan membawa pengaruh baik pada orang orang di sekelilingnya
2023-08-27
1
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
cie cie cie penganten baru 🥰🥰🥰
2022-07-11
3
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
yg sakit hatinya.. bukan sakit apa2nya dong
2022-07-04
2