Joanna sedih, dia tidak tahu apakah menikahi Dave adalah pilihan yang tepat untuknya, “Bahkan saat fitting baju pun, Dave secuek ini, apakah aku bisa nanti menjalani hidup dengan lelaki cuek seperti dia?” Tanya Joanna.
“Kamu sudah pulang Joanna? Bagaimana fittinh bajumu?” Tanya Mama Joanna.
“Begitulah Mam, ini bajunya.” Ucap Joanna kurang bersemangat.
“Kok sayangnya mama tampak lesuh sih? Kamu kenapa gak semangat gitu?” Tanya Mama Joanna.
“Gak apa Mam, Joanna hanya kecapean aja.” Ucap Joanna.
“Kalau begitu kamu istirahat yah, Mama akan panggilkan tukang pijit ke rumah sekalian lulurin kamu, kamu akan bertunangan harus glow up.” Ucap Mama Joanna.
“Iya Mam, Joanna ke kamar dulu.” Joanna meninggalkan gaunnya dan pergi masuk ke dalam kamar.
“Wah, cantik banget baju Joanna, ini ada struk bill pembayarannya, buset mahal banget... Dave memang beneran Sultan, untung aja Joanna mau nikah sama Dave, bukan sama si gembel itu, belum menikah saja sudah seperti ini, pasti hidup Joanna akan bahagia.” Ucap Mama Joanna.
“Mama, ini baju siapa yang mama pegang?” Tanya Papa Joanna.
“Ini baju tunangan Joanna besok Pa, cakep yah?” Tanya Mama Joanna kepada suaminya.
“Bagus, kayaknya mahal ya Mam.” Ucap papa Joanna.
“Iya, Baju Sultan Pah, lihat aja struk pembeliannya.” Ucap Mama Joanna.
“Baguslah Mam, setidaknya Putri kita akan merasakan menjadi Isteri Sultan.” Ucap Papa Joanna.
Joanna merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya, dia kembali mencari foto lama dan membuka album lama tersebut, melihat foto kebersamaanya dengan Farel.
“Kenapa aku masih bergetar saat melihat foto bersama Farel?” Tanya Joanna sedih.
Joanna mengingat setiap kenangan saat bersama mantan kekasihnya Farel, dia mengingat saat hujan mereka berdua harus berlari mencari tempat berteduh.
Kala itu motor Farel mogok, mereka mendorong motornya dan kehujanan, Joanna menikmati air hujan pertama kalinya karena sejak kecil orantuanya melarangnya bermain air hujan.
“Ini pertama kalinya aku mandi hujan.” Ucap Joanna kala itu.
“Gimana? Asyikkan?” Ucap Farel.
“Apakah di Amerika kamu seperti ini juga?” Tanya Joanna.
Farel memberikan jaketnya kepada Joanna kala itu, “Di sana aku lebih banyak bermain salju dibandingkan main air hujan.” Seru Farel saat itu sambil tersenyum.
“Farel... banyak hal baru yang aku rasakan saat bersama denganmu, aku merasakan mandi air hujan karena aku mengenalmu, aku mengetahui bagaimana rasanya makan makanan di pinggir jalan saat kamu ajak aku ke sana, aku merindukan saat-saat seperti itu Farel.” Ucap Joanna, lalu ketiduran di atas album lama.
Siang itu Paula sedang mencoba mobil barunya, memamerkannya kepada teman-teman kuliahnya, termasuk kepada Dimas, cowok yang dia sukai.
“Setelah melihat mobil barumu, pasti Dimas akan memilih kamu dibandingkan Cintia.” Ucap teman satu geng Paula.
“Iya dong, Cintia gak ada apa-apanya dari aku.” Ucap Paula sombong kepada temannya yang bernama Lila.
Sengaja Paula membuka jendela kaca mobil tepat di samping Dimas yang sedang berjalan, Dimas yang matrealistis melirik mobil baru di sampingnya dan tebar pesona kepada Paula.
“Kamu mobil baru Paula?” Tanya Dimas ingin tahu.
“Iya, gimana menurut kamu?” Tanya Paula.
“Bagus kok. Oh iya, maaf ya kemarin aku gak jadi jalan sama kamu, soalnya aku ada urusan. Gimana kalau hari ini kita jalan?” Tanya Dimas.
Paula langsung setuju, “Lila... kamu bisa turun kan? Aku dan Dimas mau jalan.” Ucap Paula.
“Jadi ceritanya kamu lupa sama teman kamu karena seorang cowok? Oke Fiks.”’Ucap Lila kecewa.
Paula tidak meminta maaf kepada Lila, dengan kesal Lila pergi dari mobil baru Paula, lalu Lila cerita kepada teman mereka yang lain.
“Memang Paula seperti itu, makanya aku males dekat sama dia lagi.” Ucap Ruth teman satu geng mereka.
“Kita jauhin aja yuk dia, biar dia tahu rasanya gak punya teman, mau gak?” Tanya Lila.
“Lu aja selama ini yang betah temenan sama dia, mentang dia kaya... dia egois banget.” Ucap Citra teman mereka yang lain.
“Iya, aku nyesal sudah dekat sama dia, ternyata dia gak pernah berubah, kalian bener.” Ucap Lila.
Dimas menyetir mobil baru Paula dan mereka jalan, kali ini Dimas berbaik hati dan manis kepada Paula, sedangkan Paula tidak tahu kalau Dimas ada udang di balik batu.
“Ternyata Dimas mau juga jalan sama aku, syukurlah Papi beli mobil ini, dengan mobil ini aku bisa jalan bareng Dimas.” Ucap Paula dalam hati.
“Paula, apa sih pekerjaan bokap Lu? Lu bisa ganti mobil sekali satu semester.” Ucap Dimas.
“Papi aku kerjanya buka Perusahaan sendiri, dan ada Pabriknya juga.” Ucap Paula.
“Berarti kamu anak orang kaya dong. Aku pikir Cintia masih lebih kaya dari pada kamu.” Ucap Dimas.
“Dimas, memangnya kamu suka ya sama Cintia?” Tanya Paula ingin tahu.
“Gak lah, Aku suka sama kamu sebenarnya.” Ucap Dimas.
“Masa sih?” Ucap Paula gak percaya.
“Iya, sudah lama aku memperhatikan kamu, tapi aku gak percaya diri untuk mendekati kamu, aku ingin melihat kamu apakah kamu suka sama aku atau tidak.” Ucap Dimas.
Dimas mulai menggombal dan merayu Paula, Paula memang cinta dengan Dimas, sehingga rayuan receh itu membuat Paula baper, dia tersenyum bahagia saat Dimas menggodanya.
“Apa kita bisa makan malam entar malam?” Tanya Dimas.
Dimas mulai menjalankan aksinya, Dimas memiliki paras yang cakep, tapi berasal dari keluarga biasa. Dimas memang sudah terbiasa bergonta ganti cewek, dia ingin mencari cewek yang cantik dan tajir.
“Paula akan menjadi makananku berikutnya, Cintia sudah berada di perutku, dan sekarang Cintia akan terus mengemis cintaku, dan aku akan memanfaatkan harta kekayaan Cintia untuk menafkahi aku.” Gumam Dimas dalam hati.
“Bisa, aku mau makan malam dengan kamu, tapi gak ada yang cemburu dan keberatan kalau kita makan malam?” Tanya Paula.
“Gak ada, aku kan gak punya pacar.” Jawab Dimas.
“Masa sih? Tapi bukannya kamu tercap sebagai Play Boy di kampus ini?” Tanya Paula lagi.
“Gak lah, itu mah hoax, sekarang sepertinya aku akan hanya mencintai seorang wanita saja, mungkin dialah cinta sejatiku.” Ucap Dimas.
“Dia siapa?” Tanya Paula.
“Kamu... Kamu mau kan jadi orang spesial di hatiku?” Tanya Dimas.
Paula sangat senang, dia langsung menerima Dimas dengan begitu cepat, dia melupakan harga dirinya sebagai seorang wanita.
“Kamu masih ada kampus hari ini?” Tanya Dimas.
“Sudah gak, kamu?” Tanya Paula.
“Sudah selesai, gimana kalau kita makan siang bareng?” Tanya Dimas.
Dimas dan Paula makan siang bareng, Paula semakin yakin kalau Dimas sungguhan mencintainya, dan Dimas mulai tersenyum sebab mangsanya sudah mulai terjangkau dan mendekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Viona
smgt
2021-02-22
0
Diana
astaga
2021-02-08
0
Bucin22
lagiii dong
2021-02-06
1