Bagiku tidak mudah untuk menyakiti seorang wanita saat aku memutuskan untuk melamar Naina meskipun aku terpaksa, aku berjanji dalam hatiku tidak akan menyakitinya.
Aku melihat kebahagiaan di mata ayah, ibu, dan Naina yang akan aku nikahi. Kemudian ibu memintaku untuk mengantar Naina pulang. Aku tidak menolak permintaan ibu.
“Naina, aku antar pulang sekarang yah?” Tanyaku.
Dia mengangguk dan tersenyum, Naina memang mudah tersenyum dan lembut, berbeda dengan Joanna, bahkan paras Naina cantik, aku mengakui itu, meskipun aku belum tertarik untuk mencintainya.
Aku tidak tega mematahkan hati Naina, dia adalah gadis terbaik yang pernah aku temukan, perasaanya dan sikapnya tidak berubah meskipun aku dulu pergi ke Amerika.
Bahkan saat dia tahu aku jadian dengan Joanna, dia masih tetap baik kepada ibu dan ayahku, dia tidak meninggalkan kami saat keluarga kami menjadi miskin.
“Naina, banyak hal yang belum kamu tahu tentang aku.” Kataku saat membawa motorku dan mengantarkan Naina pulang.
“Kamu adalah anak yang berbakti dan baik, kamu bisa menjaga ibu dan ayahmu, bukankah itu cukup untukku menjadikanmu ayah anak-anakku kelak?” Ucapnya sangat bijak.
“Naina, aku pernah berpacaran dengan Joanna, aku sering minum alkohol, aku juga pernah beberapa kali clubbing dengan Joanna, bahkan aku dan Joanna melakukan hal konyol.” Ucapku terus terang, aku tak ingin dia menyesal nanti.
“Lalu kami ingin aku bagaimana Mas?” Tanyanya lagi.
“Aku tidak ingin kamu menyesal nantinya, aku takut kamu kecewa.” Jawabku.
“Aku tidak akan kecewa asalkan Mas Farel mau mencintai aku dan memberikan aku kesempatan untuk mencuri hati Mas Farel.” Jawabnya.
“Ya Naina, aku akan berusaha dan belajar mencintai wanita sempurna sepertimu, terimahkasih.” Jawabku.
Aku mengantarnya dengan aman, dia tersenyum lagi. Aku lupa itu senyuman keberapa di hari ini, dia terlalu banyak tersenyum. Aku pamit dari hadapannya dan kembali ke Rumah Sakit.
“Ibu... ibu pulang aja yah, biar Farel saja yang menunggui Ayah di sini, ibu istirahat saja di rumah.” Ucapku.
“Tapi Nak, kasihan kamu... kamu akan bekerja besok, nanti kamu kurang tidur. Kamu saja yang pulang, biar ibu di sini menunggui Ayahmu.” Ucap ibuku, memang dia tidak pernah mau menyusahkan aku.
“Tidak Bu, Farel di sini saja, Farel antar ibu pulang yah.” Bujukku.
Ibu permisi dari Ayahku lalu aku mengantarnya pulang, sepanjang perjalanan dia tidak hentinya berbicara kalau dia bahagia atas lamaran yang aku katakan tadi kepada Naina, Ibuku bilang Ayahku juga sangat senang.
“Ibu senang karena akhirnya kamu bersedia melamar Naina, Nak. Ayahmu juga sangat bahagia, setelah kamu pergi mengantarkan Naina, ayahmu terus membanggakan kamu.” Ucap Ibuku.
Aku hanya bisa terdiam, aku tahu memang ini bukan kebahagiaanku, tapi tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada senyuman Ayah dan Ibuku.
***
Keesokan harinya aku sudah sampai di ruangan Pak March Jacob, kami sedang bersiap-siap akan pergi bertemu dengan orang penting di Kota ini untuk membicarakan bisnis.
Seorang kurir datang mengantarkan paket undangan, aku menerima paket itu dan merasa sedikit sedih.
“Undangan sebagus dan semahal ini? Aku tahu pasti harganya mahal, aku lihat desainnya sangat mewah, kertasnya juga bagus sekali.” Ucapku spontan.
“Iya Pak, undangan ini adalah undangan paling mahal di perusahaan percetakan kami.” Ucap Bang Kurir.
Aku melihat dengan jelas nama Joanna bersanding dengan nama orang lain.Aku pria lemah yang sedang berubah menjadi pria kuat, aku tidak mau cengeng lagi, ini omong kosong, aku membuat diriku lebih kuat dan aku berikan undangan itu kepada Pak March Jacob.
“Pak ini paket kiriman undangan sudah saya terima.” Ucapku.
March Jacob memeriksa undangan itu, “Ini adalah pernikahan anakku, aku tidak akan membuat sesuatu yang jelek untuk anakku, apakah menurut kami undangan ini sudah cukup bagus?” Tanyanya.
“Bagus sekali Pak.” Jawabku.
Pak March Jacob mengirimkan foto undangan itu kepada anaknya, aku tidak bisa membaca dengan jelas balasan anaknya namun aku yakin anaknya cukup puas dengan desain undangan itu, dan pasti Joanna juga bangga punya calon mertua seperti Pak March Jacob.
Kami keluar dari ruangan kantor Pak March Jacob, lalu kami menemui Pejabat penting di kota ini, kami memesan minuman lalu ngobrol.
Aku sudah sedikit paham tentang sandi yang sudah aku hapal semalam, dan Pak March sudah mulai memberikan syarat, aku diminta untuk merekam pembicaraan kami.
Mereka memulai pembahasan tentang bisnis, aku begitu kaget saat mendengar Pak March dan Pejabat itu sedang membicarakan tentang pencurian ikan dengan pukat harimau di lautan yang masih perawan.
“Jadi pekerjaanku adalah seperti ini? Aku meresahkan nelayan kecil, aku meresahkan negara.” Gumamku dalam hati.
“Kita sudah berbisnis sejak illegal logging kayu tahun lalu, saya harap bisnis kita ikan saat ini membuahkan hasil lebih baik dari kayu itu, saya senang bekerja sama dengan anda.” Ucap Pak Pejabat bernama Pak Ardi Guraja.
“Iya Pak, pasti kali ini semuanya akan berjalan lancar, dan keuntungan kita akan berkali lipat apalagi Pabrik ikan kaleng saya sudah siap untuk beroperasi.” Ucap Pak March Jacob.
Hatiku sangat sedih karena aku sudah jatuh ke perbuatan yang tidak halal di Negara kita, walaupun aku sudah tinggal beberapa tahun di Amerika namun aku masih cinta Negara Indonesia.
Aku ingin mengundurkan diri, namun ibuku barusan mengirimku tagihan Rumah Sakit yang harus aku bayar, aku tidak akan bisa keluar dari lobang Pak March Jacob apalagi aku sudah meminjam uang darinya.
“Mereka ini Mafia, dan aku tidak akan mudah keluar, apalagi aku sudah mendengar pembicaraan mereka, aku tidak akan lolos meskipun aku resign baik-baik.” Gumamku dalam hati.
Aku menjadi penasaran dengan Asisten Pribadi Pak March Jacob sebelum aku, apakah dia resign atau apakah dia bertahan lama tapi seingatku kata Pak March Jacob dia meninggal dunia.
“Apakah dia meninggal karena dibunuh?” Tanyaku dalam hati.
Pak March dan Pak Ardi Guraja berbincang kurang lebih dua jam kemudian Pak Ardi pergi meninggalkan kami dan katanya dia harus blusukan lagi setelah ini, dan menurutku dia Pejabat yang sering pencitraan.
“Dasar munafik.” Ucapku dalam hati.
“Farel, kamu sudah rekam semuanya tadi?”Tanya Pak March Jacob.
“Sudah Pak, kalau boleh tahu.... apakah semua pertemuan akan aku rekam Pak?” Tanyaku.
“Ini pertemuan penting, bisa saja kita kena pasal karena pelanggaran kita, saya tidak mau mengambil resiko makanya saya memint kamu merekam agar kita bisa memanfaatkannya untuk menyelematkan kita nantinya.” Ucap Pak March Jacob.
“Baiklah Pak, lalu kita kemana lagi sekarang Pak?” Tanyaku.
Pak March Jacob mengajak aku ke Pabriknya dan melihat kegiatan di Pabrikny secara langsung, aku kagum dengan banyaknya Pabrik yang dimiliki Pak March Jacob.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jambu air
up
2021-02-24
0
Ayu
like
2021-02-10
1
Riska Siibarani
mantap cerinta
2021-02-10
1