Jam sudah menunjukkan pukul 7, aku melirik jam tanganku, “Satu jam lagi jam 8, dimana sih Paula? Aku juga harus butuh waktu jalan ke rumah Naina, Paula dimana?” Gumamku.
Sementara itu Naina sudah dandan cantik malam hari ini, dia memakai make up yang seadanya saja karena memang Naina tidak suka make up yang terlalu berlebihan.
“Sebentar lagi jam 8, aku kok deg deg an yah? Padahal kan aku udah gak remaja lagi, tapi apa karena ini kencan pertamaku dengan Mas Farel makanya aku merasa deg deg an?” Tanya Naina sambil menatap kaca riasnya.
Naina sedang berdua saja dengan nenek angkatnya, nenek angkatnya itu adalah nenek yang sudah menemaninya sejak 10 tahun yang lalu, Naina bertemu dengan nenek itu di jalanan, dia kasihan dan membawanya tinggal dengannya.
Nenek itu bernama Nenek Sumiati, sehari-hari Nenek Sumiati membantu Naina menjahit pakaian, terkadang dia menbantu memasang kancing, dan Naina yang menjahit. Namun Nenek Sumiati tidak terus tidur di rumah Naina sebab Sumiati juga memiliki tempat tinggal, namun tak jarang dia tidur di rumah Naina.
Nenek Sumiati menyayangi Naina seperti cucu kandungnya sendiri demikian juga dengan Naina, dia menyayangi Sumiati dengan tulus.
“Cantik sekali kamu Naina, sudah lama sekali kamu tidak dandan cantik seperti ini, memangnya kamu mau kemana?” Tanya Nenek Sumiati.
“Naina mau jalan Nek dengan Mas Farel.” Ucap Naina tersenyum bahagia.
“Farel?” Tanya Nenek Sumiati.
“Iya, nenek ingat kan Mas Farel yang pernah beberapa kali, Naina ceritakan?” Tanya Naina.
“Iya Nenek ingat, wah... berarti gayung bersambut dong, akhirnya Farel mengajak kamu jalan bareng, Nenek doakan supaya kalian saling mencintai, jadi cinta kamu gak bertepuk sebelah tangan lagi.” Ucap Nenek Sumiati.
“Nek, nenek kalau mau tidur di rumah ini, nenek kunci pintunya dari dalam yah nanti, jangan lupa kunciny dicabut, Naina bawa kunci kok.” Ucap Naina.
“Iya Naina, sepertinya Nenek pulang saja, di sini juga gak ada Naina, besok aja Nenek ke sini lagi.” Ucap Nenek Sumiati.
“Iya Nek, besok Naina masakin sarapan bubur buat Nenek.” Ucap Naina.
Paula belum keluar juga dari Mall, Farel menghubungi ponsel Paula namun tidak dapat dihubungi, “Aku harus gimana? Apa aku jemput Paula ke dalam aja ya? Masih ada waktu setengah jam lagi untuk menemui Naina.” Gumamku masuk ke dalam Mall lalu pergi mencari Paula.
Aku melihat kiri kanan dan seluruh pojok, aku mencari sosok Paula, dan aku tidak menemukannya.
“Bagaimana ini? Dia tidak ada, Aku gak mungkin meninggalkan Paula, bisa-bisa Pak March marah.” Ucapku.
Naina mengirim chat kepada Farel, “Mas Farel sudah jalan kah ke rumah Naina?” Tanya Naina lewat chat whatsapp.
Aku akhirnya membalas pesan Naina dan meminta maaf kepada Naina, “Maaf Naina, sepertinya kita gak jadi jalan malam ini, soalnya Mas ada pekerjaan mendadak, maaf yah.” Ucapku membalas.
Naina tidak membalas pesanku, dia mungkin kecewa dengan sikapku, aku tidak tahu. Aku masih terus menelusuri Mall mencari Paula.
Sementara itu Naina sangat sedih dan kecewa, “Padahal aku sudah dandan cantik malam ini, kenapa harus ada halangan lagi? Apakah Tuhan tidak merestui hubungan kami?” Tanya Naina.
Naina kemudian masuk lagi ke dalam rumahnya, Nenek Sumiati sudah pulang sejak tadi dan Naina sendirian di rumahnya, dia mengunci pintu rumahnya dan merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya.
“Seandainya aku tidak chat, apakah Mas Farel tidak akan memberitahukan aku kalau kami tidak jadi jalan? Pasti baginya kencan ini tidak penting, untung aja Naina tanya, kalau Naina gak nanya mungkin Naina akan berdiri menungguinya, aduh... ternyata Mas Farel belum cinta sama aku.” Ucap Naina dalam hati.
Jam terus bergulir, menunjukkan pukul 8.30 malam, Paula tidak juga ditemukan, Farel kebingungan dan takut kalau March Jacob akan marah kepadanya.
“Paula menyebalkan banget sih.” Ucap Farel.
Satu jam kemudian, setelah Mall tutup, Farel masuk ke dalam mobilnya dan kemudian Paula menghubunginya, “Halo...” Ucap Paula.
“Kamu dimana sih? Aku nyariin kamu sampe ke lantai 7, gak nemu juga. Sekarang Mall udah tutup, memangnya kamu dimana? Hp kamu dari tadi mati.” Ucapku kesal.
“Eits, kamu sadar gak sih aku ini atasan kamu, aku adalah anak bungsu bos kamu, panggil aku Nona.” Ucap Paula.
“Kamu buruan ke dalam mobil, ini sudah larut malam, ayok kita pulang.” Ucapku.
“Panggil aku Nona Paula.” Ucap Paula lagi.
“Baik Nona Paula, ayok kita pulang.” Ajakku dengan manis.
“Aku sudah di rumah nih.” Jawab Paula sambil tertawa.
“Apa? Di rumah? Kamu kenapa gak bilang kalau kamu sudah pulang duluan? Kamu tahu gak sih, aku seperti orang gila nyariin kamu, aku sampe batalin janji aku ke orang lain karena mencari kamu.” Ucapku marah.
“Panggil aku Nona.” Ucap Paula lagi semakin membuatku geram.
“Uhhh, dasar.” Ucapku.
“Anterin mobil yah sekarang, nanti titipin ke Security di depan rumah.” Ucap Paula memerintah aku.
“Baik Nona.” Ucapku kesal, dan aku mengemudikan mobilnya ke arah rumah Pak March Jacob.
Aku melaksanakan perintah Nona Paula, aku titipkan mobilnya kepada Security, lalu aku naik ojek mengambil motorku lalu pulang ke rumah.
“Ibu pasti sudah tidur jam segini, biar sajalah... besok saja aku ke sana, lagian badan aku capek banget, habis pulang balik jemput motor, mobil, gak enak banget yah jadi orang susah.” Ucapku lagi menggerutu.
Aku merebahkan tubuhku, aku tidak ingin mengingat kejadian tadi, tubuhku sangat penat dan pikiranku juga letih.
“Ya Tuhan, Naina pasti sedih banget sekarang karena aku tidak menemui nya tadi dan tidak mengindahkan janjiku, aku memang bersalah, tapi dia pasti sudah tidur sekarang, sebaiknya besok saja sebelum kerja aku ke rumah Naina.” Ucapku.
***
Pagi hari, aku datang menemui Naina, sepertinya dia tidak marah padaku karena dia masih menunjukkan senyumnya kepadaku atau dia hany menutupi kesedihan dan kekesalannya dengan senyuman itu?
“Naina, maafin aku yah.” Ucapku.
“Gak apa-apa Mas, Naina gak apa-apa.” Ucap Naina.
“Naina, Mas gak tahu bagaimana Tuhan membuat hatimu, kamu bisa setegar ini meskipun Mas sudah mengingkari janji Mas, maafin Mas yah Naina.” Ucapku.
“Iya Mas, kita sarapan dulu yuk Mas, kebetulan Naina masak bubur kacang tadi.” Ucap Naina seperti tidak ada masalah apa-apa.
Aku tidak menolak, anggap saja ini adalah pendekatanku dengan Naina, aku menyantap sarapan bubur yang sudah dia masak tadi.
“Masakan kamu enak.”’Ucapku memujinya.
“Terimahkasih, Mas... apa Mas akan ke Rumah Sakit pagi ini?” Tanya Naina.
“Iya, tadi malam Mas gak ke sana, Mas kecapean jadi Mas bobok di rumah.” Jawabku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Maria
up
2022-03-21
0
Jambu air
smgt thor
2021-02-24
0
Mifa handayani
suka
2021-02-09
0