Hari pertamaku bekerja, aku sudah tiba di lokasi seperti yang sudah dikirimkan ke whatsappku, aku sampai tepat waktu karena aku pikir Pak bos akan melihat kedisiplinanku.
“Selamat datang, Pak Farel, Pak Bos sudah menunggu di dalam.” Ucap Ayu (Sang asisten Pak Bos).
Aku sedikit gugup melihat ruangan di dalam rumah yang sangat megah, aku melihat banyak guci dan hiasan mahal, lantai yang sangat mengkilap dan aku tahu pasti itu mahal.
Aku melihat seorang perempuan yang aku pikir usianya sekitar 21 tahun atau 20 tahun, wajahnya cantik dan terlihat sangat manja kepada Pak Bos.
“Jadi kamu yang bernama Farel?” Tanyanya sangat berwibawa.
“Iya Pak, Perkenalkan saya Farel, dan ini saya bawa CV saya lagi.” Ucapku.
“Saya sudah membaca CV kamu, kan kamu sudah tinggalkan kemarin. Apa kamu sudah kenal dengan saya?” Tanyanya.
“Maaf Pak, sebenarnya saya belum kenal sama Bapak, mungkin karena saya baru ke sini.” Ucapku gugup.
“Nama saya Marc Jacob, saya membutuhkan kamu di sini untuk menjadi asisten pribadi saya karena asisten saya yang lama sudah meninggal.” Ucapnya.
Aku tidak berani bertanya banyak-banyak, aku sadar dengan statusku yang baru diterima bekerja untuk Pak Marc Jacob, akhirnya aku menunduk dan hanya bisa tersenyum dan siap melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dia pinta.
“Kalau begitu, kamu bisa mulai bekerja hari ini, nanti kemanapun saya, kamu harus ikut.” Ucapnya.
“Papi... Paula pergi dulu, jangan lupa transfer.” Ucapnya manjah.
“Iya sayang.” Jawab Pak March.
Aku melihat gadis itu sangat manjah, mungkin dia anaknya, aku pun tidak tahu krena jujur sebelumnya aku berpikir kalau dia adalah selingkuhan Pak March. Aku melirik ke arah Paula yang tidak sedikitpun melirikku.
“Mungkin dia juga sama seperti Joanna yang memandangku rendah.” Ucapku dalam hati.
“Dia adalah Putriku yang bernama Paula.” Ucap Pak March, mungkin dia memperhatikan mataku yang berkeliaran memandang wanita itu.
“Iya Pak.” Jawabku tersenyum.
“Apa kamu mau nanya sesuatu tentang saya?” Tanyanya lagi.
“Maaf Pak, kalau boleh tahu, apa yang akan saya lakukan nanti saat bekerja? Maksud saya, saya kan Asisten Bapak, apakah saya lebih ke seperti secretaris?” Tanyaku.
“Pertanyaan yang bagus, aku suka dengan orang yang mau bertanya, namun gak selamanya aku menjawab pertanyaan orang lain, mungkin itulah yang membuat orang berpikir aku sombong, aku sering bepergian ke luar kota, bahkan beberapa kali ke luar negeri, aku menyukai dan menerima kamu karena kamu adalah lulusan luar negeri dan pandai berbahasa asing, dan aku memerlukan kamu untuk mengawal, menemani, mencatat, mengatur semua jadwal saya, nanti akan ada Supir juga bersama kita, dan Bodyguard bersama kita, kamu punya keluarga?” Tanya Pak March.
“Punya Pak, ayah dan ibuku.” Ucapku.
“Baiklah.” Jawabnya singkat.
Kemudian dia mempersilahkan aku membaca buku yang berisi tentang bisnis, dan manajemen. Aku masih belum tahu apa yang akan kami kerjakan, tapi satu hal yang kutahu sallary yang dijanjikan sangat besar.
Paula menelepon papinya dan mengatakan kalau mobilnya mogok, gadis itu merengek sangat cengeng, dan aku tidak menyukai gadis cengeng.
“Bagaimana ini, saya coba telepon Pak Surya tapi gak bisa datang ke lokasi yang di share Paula, Oh yah Farel...” Ucapnya memanggil aku, dan aku menatap wajah Pak Marc, “Iya Pak.” Jawabku.
“Tolong ke lokasi ini, kamu tahu kan? Kamu bantu mengatasi mobil Paula.” Ucapnya.
Aku tidak mungkin menolak, ini adalah tantangan dan perintah yang pertama dari Pak Bosku, lalu aku siap dan bersedia langsung pergi dengan motorku.
Aku mencari titik lokasi Paula berada, kulihat dia berdiri di pinggir jalan yang lumayan ramai, kemudian aku turun dari motorku.
“Eitss...” Katanya saat tanganku membuka mesin mobil.
“Kenapa?” Tanyaku.
“Kamu masih baru yah?” Tanyanya dengan lantang.
“Tadi kan kamu sudah lihat.” Ucapku jutek.
“Lihat apa?” Tanyanya lagi.
“Lihat kalau aku memang baru datang dan baru bekerja untuk Pak March, aku disuruh untuk mengatasi mesin mobil ini.” Ucapku.
“Kamu memangnya ngerti tentang mesin?” Tanyanya.
“Sedikit...” Jawabku.
“Memangnya kamu ada mobil?” Tanyanya lagi.
Aku tidak menjawabnya, karena aku rasa itu pertanyaan yang tidak penting untuk kujawah, aku kembali mencoba mobil dan mengotak atik mesin mobilnya.
“Buruan!” Ucapnya.
“Kenapa kamu gak telepon service mobil online saja? Kamu kan ada hp, dan di sini juga ramai sekali, kenapa kamu tidak minta tolong sama mereka?” Tanyaku.
“Aku tidak mau.” Ucapnya jutek.
“Kenapa?” Tanyaku.
“Untuk apa aku merepotkan orang lain, kalau Papaku punya banyak orang suruhan seperti kamu, bahkan aku tidak pernah mau ngobrol dengan orang pertama sekali, kecuali dia duluan membuka perbincangan.” Ucapnya dengan nada sombong.
Aku tidak meresponnya, aku tahu dia memang sombong sejak pertama kali aku melihatnya, dia adalah gadis kaya yang sombong.
“Kamu hanya naik motor?” Tanyanya lagi.
Jujur aku tidak sakit hati dengan perkataan Paula, tapi kenapa saat Joanna memilih pria lain yang lebih kaya itu, aku sangat tersinggung.
“Memangnya kenapa kalau aku hanya naik motor?” Tanyaku.
“Baru kali ini ada suruhan papi aku berkata sangat kasar seperti kamu.” Ucapnya.
“Memangnya kamu bersikap lembut?” Tanyaku jutek.
Aku mencoba menghidupkan mobil, mobilnya sudah bisa digunakan dan tidak bermasalah
lagi, tanpa mengucapkan terimahkasi dia masuk ke dalam mobil setelah aku keluar dari dalam mobil.
Dia menyetir mobilnya tanpa menatapku, tanpa tersenyum dan tanpa pamit, dasar orang kaya yang belagu, begitulah dalam pikiranku.
Aku menelepon Pak March dan memberikan laporan kalau mobil Paula sudah aku benerin, dan Paula sudah pergi, kemudian aku kembali ke ruangan Pak March, atas permintaanya.
“Terimahkasih Farel.” Ucapnya.
Aku mendengar dia sedang bertelepon dengan rekan bisnisnya membicarakan tentang terumbu karang, dan ikan-ikan di laut. Aku tidak tahu dengan pasti pekerjaan apa yang mereka sedang bahas.
Aku duduk di sofa, menunggu Pak March selesai berbicara di telepon dan aku tak sengaja menemukan sebuah diari kecil, aku baca isinya dengan penasaran.
“Kadang aku iri dengan temanku yang memiliki kasih sayang utuh dari mama dan papa mereka, sedangkan aku tidak, kapan aku akan bahagia?” Tulisan tangan yang tidak begitu rapi namun masih bisa kubaca.
Diari itu tidak ada tulisan namanya, namun aku sangat yakin kalau itu adalah punya Paula, aku tahu Pak March tidak mungkin curhat di buku diari.
“Memangnya ibunya kemana?” Tanyaku dalam hati.
Aku tidak berani membuka lembaran berikutnya, aku takut Pak March memerhatikan aku, aku kembali meletakkannya di sela sofa, dan mencoba melupakannya, bagiku itu tidaklah hal penting.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
rika sari
next
2021-02-10
1
Harefa betris
seru
2021-02-10
1
Riska Siibarani
Sejauh ini bagus dan belum vote karena belum fix
2021-02-10
0