Naina kedinginan, aku melihat samar-samar bahasa tubuhnya dia mulai tidak nyaman, namun dia tidak mengatakannya padaku karena dia tidak ingin kebersamaan kami berakhir.
“Naina, kamu masih kedinginan?” Tanyaku.
“Gak kok Mas.” Jawabnya berbohong, aku bisa tahu kalau dia berbohong.
“Naina, gimana kalau kita ke Rumah Sakit melihat Ayah dan Ibu?” Tanyaku.
“Boleh.” Jawabnya.
Kami akhirnya pulang, aku juga merasa kedinginan karena jaketku sudah aku berikan kepada Naina, aku ajak Naina menemui Ayah dan Ibuku.
“Ibu belum tidur?” Tanyaku.
“Belum Nak, masih jam 9.” Katanya pada kami.
“Naina...” Ucap Ayahku.
“Ayah juga belum tidur?” Kata Naina.
“Belum Nak, kalian dari mana? Kalian sudah makan?” Tanya Ayahku.
“Iya Nak, kalian sudah makan kan? Kalau belum, sebaiknya kalian makan dulu.” Tanya Ibu lagi.
“Kami sudah makan tadi Bu.” Ucap Naina.
“Jangan terlalu cemas sama kami Bu, Ayah. Kami pasti sudah makan kok, kan kami sudah dewasa.” Ucapku sambil tertawa agar suasana hangat.
Paula menelpon aku, aku lihat ini bukan jam tugasku lagi, aku mengabaikannya. Aku sengaja tidak mengangkat teleponku dan malah mematikan suaranya agar tidak berisik.
“Kok dimatikan Mas?” Tanya Naina.
“Anak Bos Mas, dia bawel dan banyak aturan, Mas males angkat teleponnya, ini juga bukan jam kerja Mas lagi.” Ucapku.
“Kalau dia lapor ke ayahnya gimana?” Tanya Naina khawatir.
“Gak apa, palingan aku bilang saja aku ini sudah tidur.” Kataku lagi.
“Iya Mas.” Jawab Naina.
Ibuku meminta kami duduk di kursi dalam ruangan Ayahku, aku memang sengaja memilih ruangan yang cukup nyaman agar ibuku bisa tidur dan istirahat.
“Nak, duduk dulu!” Ucap Ibuku.
Kami duduk dekat ibuku, Ayahku memulai pembicaraan untuk membahas tentang pernikahan kami, aku tahu ayahku sangat antusias sekali.
“Jadi kapan kalian akan menikah?” Tanya Ayahku.
“Ya, kalau boleh jangan dilama-lamakan lagi.” Ucap ibuku.
“Iya Bu, Fare akan menikahi Naina bulan ini.” Kataku.
Naina terkejut dan menatapku, dia merasa tidak percaya, dia sengaja mencubit tangannya sendiri.
“Apa aku tidak bermimpi?” Gumam Naina dalam hati.
“Naina, kamu tidak bermimpi.” Kataku saat melihat dia mencubit tangannya.
“Mas, aku sangat terkejut.” Ucap Naina.
“Kamu mau kan?” Tanyaku lagi.
“Baiklah... Aku mau Mas.” Ucap Naina.
“Kalau begitu, besok Ayah pulang saja dari sini, Ayah mau di rumah saja.” Ucap Ayahku.
“Tapi Ayah kan belum sehat betul.” Kataku.
“Tapi Ayah merasa kalau Ayah sudah sehat, Ayah dah pulih dan semangat.” Ucap Ayah.
“Yah, besok Farel akan bicarakan sama Dokter dan tanyakan apakah Ayah bisa keluar besok dari Rumah Sakit ini atau belum.” Ucapku.
“Iya Nak...” Jawab Ayah.
“Terimahkasih ya Farel, kamu memang anak yang baik, Jujur ibu sangat senang.” Ucap ibuku.
“Ya Bu. Farel juga merasa senang masih bisa buat Ibu dan Ayah bahagia.” Kataku.
Tak terasa dua jam sudah berlalu, kami telah selesai ngobrol cukup lama, aku melirik jam dinding menunjukkan pukul 11 malam, aku lihat mata Naina agak mengantuk dan sayu.
“Naina, kamu sudah ngantuk? Kita pulang yah.” Tanyaku.
“Iya, antar Naina pulang Nak, sudah malam.” Ucap ibuku.
Aku mengantarkan Naina pulang, kemudian aku istirahat, dan siap untuk bermimpi indah.
***
Pagi hari aku bangun sedikit kesiangan, aku tidak sempat mengunjungi Ayahku di Rumah Sakit, aku langsung datang ke rumah Pak March, aku lihat sudah banyak persiapan di rumahnya.
“Untunglah kamu datang cepat Farel.” Ucap Dave Jacob.
“Emangnya kenapa Pak?” Tanyaku.
“Tolong temeni Joanna calon isteriku ke Butik untuk fitting baju yah, aku gak sempat.” Ucap Dave.
“Bukannya seharusnya calon mempelai pria yang menemani calon isterinya, Pak?” Tanyaku kembali.
“Bisa tidak kamu tolong saya?” Tanyanya dengan nada tinggi.
“Baik Pak.” Jawabku.
Pak March Jacob memberikan kunci mobil, “Farel... kamu pakai mobil ini saja, kasihan Joanna kalau naik motor.” Kata Pak March sambil menghampiriku.
Paula menatapku dengan tatapan sinis, sepertinya dia ingin sekali menerkamku, dia sangat dendam terhadapku mungkin karena aku mengabaikan teleponnya tadi malam.
“Paula Sayang.” Ucap March Jacob kepada Paula.
“Pi, kapan beli mobilnya?” Tanya Paula.
“Sekarang Papi sibuk.” Jawab March Jacob.
“Pi, papi gak pernah ada waktu, Kak Dave juga gitu, kenapa sih gak ada yang sayang sama Paula?” Tanyanya kesal dan merajuk.
“Paula, kita pergi sekarang yah, Papi gak suka lihat Putri kesayangan Papi cemberut.” Ucap March Jacob.
Mereka pergi membeli mobil baru sedangkan aku telah sampai di rumah Joanna, Dave menelpon aku, “Kamu sudah dimana Farel?” Tanyanya.
“Di rumah Joanna.” Jawabku.
“Memangnya kamu tahu alamat Joanna? Aku kan belum memberitahukanmu.” Ucap Dave.
“Gimana ini? Pak Dave malah bisa curiga kalau aku memberitahukan bahwa Joanna adalah mantan kekasihku, kalau dia tahu bisa aja aku dipecat dan aku tidak bisa balas dendam dengan mereka.” Ucapku dalam hati.
“Halo Farel...” Ucap Dave.
Aku mencari cara agar aku bisa mengatasi masalah ini, “Farel tahu dari alamat yang ada di buku agenda saat mengantarkan kartu undangan.” Jawabku gugup dan mengada-ada.
“Oh begitu, saya sempat heran tadi, yauda kamu lanjut yah, ajak dia ke Butik.” Ucap Dave.
“Baik Pak.” Jawabku.
Joanna kaget melihat aku sudah sampai di depan rumahnya, aku tidak bertingkah seperti Farel yang dia kenal.
“Silahkan masuk Nona.” Ucapku membukakan pintu mobil.
“Farel, jadi kamu yang disuruh Dave untuk menemani aku?” Tanyanya.
“Silahkan duduk Nona, aku akan mengantarkan Nona ke Butik sekarang.” Ucapku.
Joanna masuk ke dalam mobil dan duduk di sebalah bangku supir, padahal aku sudah membukakan pintu di kursi belakang untuknya.
“Maaf Nona, dimana alamat Butik yang akan kita tempuh?” Tanyaku.
“Farel, jangan sebut aku Nona, aku tidak biasa, panggil namaku saja.” Ucap Joanna.
“Nona Joana, dimana alamatnya?” Tanyaku lagi.
“Di jalan Bengkoang.” Ucapnya sedikit kesal.
Aku membawa mobil itu ke Jalan Bengkoang dan memastikan itu adalah Butik tempat tujuan kami, akhirnya Joanna turun dan dia memintaku untuk turun juga.
“Untuk apa Nona? Aku di sini saja.” Kataku.
“Aku butuh kamu untuk menilai aku Farel, aku tahu kamu pandai menilai pakaian wanita, dulu kamu selalu memuji aku kalau pakaianku cocok denganku.” Ucap Joanna.
“Kamu ingin memanas-manasin aku? Baiklah aku akan masuk ke dalam. Aku buktikan kalau aku tidak kecewa meskipun kamu akan mengenakan gaun pengantin untuk pria lain.” Gumamku dalam hati.
“Farel, ayuk!” Kata Joanna.
Aku melangkah masuk ke dalam Butik, dan Joanna langsung di sambut, dia adalah tamu Exlusif di Butik itu, kemudian aku duduk di sofa tunggu menunggu Joanna fitting baju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Harefa betris
kasihan bgt dia
2021-02-10
1
Diana
kasihan farel
2021-02-08
0
Bucin22
kasihan yah farel
2021-02-06
1