Ibuku juga tampak seperti ingin membujukku untuk menikah dengan Naina, aku tahu Naina memang gadis yang baik dan aku tahu dia mencintaiku, tapi aku ini brengsek, aku tidak pantas untuk Naina.
“Ayah, Ayah fokus sama pengobatan Ayah saja dulu yah, kita sudah berada di Rumah Sakit, Ayah pasti akan sembuh.” Ucapku menenangkan Ayahku, dan mengalihkan pembicaraan.
Dokter dan Perawat sudah masuk untuk memeriksa dan mengobati Ayahku, sedangkan aku dan ibu menunggu di luar, ibuku menatapku dengan tajam.
“Nak, kamu mau kan menikah dengan Naina? Dia adalah gadis yang sempurna.” Kata ibuku.
“Bu, Farel ini tidak pantas untuk Naina, Farel ini brengsek Bu.” Ucapku.
“Nak, Naina sudah mengenal kamu, bahkan dia menunggu kamu selama ini, dan sekarang Joanna juga sudah putus kan denganmu, apa salahnya kalau kamu membuka hatimu untuk Naina?” Tanya ibuku.
“Bu, Farel belum siap menikah.” Ucapku lagi.
“Nak, kasihan Ayahmu... dia sudah sakit-sakitan, ibu khawatir kalau usia Ayah sudah tidak lama lagi.” Ucap Ibuku.
“Bu, Farel akan membahagiakan ibu dan ayah, tapi kasih Farel kesempatan, umur itu di tangan Tuhan, tidak ada yang tahu, jangan menduluani pikiran Tuhan.” Kataku kepada ibu.
Ibu hanya diam, dia tau watakku dan takkan berani mengangkat nada tinggi berbicara denganku, dia sangat menyayangiku.
“Bu, ibu pasti sedih? Maafin Farel yah.” Kataku lagi.
Ibu hanya diam saja, sementara itu Naina terus menghubungi ibu dan katanya dia sedang ada di depan rumah untuk mengantarkan makanan.
“Kami sedang ada di Rumah Sakit Nak.” Ucap ibuku.
“Siapa yang sakit Bu?” Tanya Naina.
“Ayahnya Farel sesak sekali, akhirnya kami membawanya ke Rumah Sakit, maaf yah ibu jadi merepotkan kamu, kamu letakin aja makanannya di belakang, ada kursi disitu.” Ucap ibuku.
“Apakah Naina bisa kesana Bu?” Tanyanya.
“Boleh, tapi kamu gak repot kalau ke sini?” Tanya ibuku lagi.
Naina akhirnya datang ke Rumah Sakit, dia tidak menanyakan aku apakah aku ada atau tidak, dia tulus menyayangi kedua orangtuaku. Aku melihat Naina sangat khawatir dengan keadaan Ayahku.
“Terimahkasi Naina, kamu sudah datang.” Ucapku.
Sebenarnya aku merasa berutang budi banyak sekali kepada Naina, dia sudah menjaga orangtuaku saat aku masih di Amerika, dia juga pernah memberikan ibuku modal untuk buka usaha jualan, aku merasa gak enak dengan permintaaan ayahku dan ibuku.
“Ya Tuhan, apa aku pantas menjadi suami Naina? Engkau tahu, aku tidak pernah memandang wanita dari fisik dan hartanya namun saat ini perasaanku terhadap Naina memang sama sekali tidak ada.” Ucapku dalam hati.
“Farel, kamu kok bengong?” Tanya Ibuku.
“Gak kok Bu.” Aku menjawab ibuku sedikit gugup, dan Naina masih malu-malu.
Naina memang gadis pemalu, dia banyak diam dan pemalu saat berada di dekatku, bahkan dia jarang menatap mataku saat dia berbicara denganku.
“Naina, terimahkasi sudah menyempatkan ke sini.” Ucap ibuku.
“Sama-sama Bu.” Ucap Naina.
Aku ingin sekali membuka obrolan dengan Naina namun aku melihat dia sangat gugup di dekatku, aku duduk di sampingnya dan dia semakin grogi.
“Kenapa wanita ini seperti ini?” Gumamku saat melihat kakinya bergoyang tanda dia gugup.
“Kamu gugup?” Tanyaku langsung pada Naina.
“Gak kok, Naina cuma kedinginan.” Jawabnya.
“Kebetulan aku gak pakai jas atu jaket.” Ucapku.
Dia heran dengan perkataanku, “Maksud Mas?” Tanyanya.
“Aku gak bisa meminjamkan jas dan jaket kepadamu, seperti di film korea, kamu suka korea?” Ucapku bercanda.
Naina tertawa lepas, pertama kali aku melihat dia tertawa tanpa jaim dan aku melihat gingsulnya dan expresinya sangat bahagia.
“Aku baru pertama kali melihat kamu tanpa jaga image.” Ucapku.
“Habisnya aku kekeh saat Mas Farel bilang seperti itu.” Ucapnya.
Aku membuat gadis itu baper setengah mati, aku sangat berdosa karena aku membuat perasaanya semakin dalam kepadaku. Aku menghela nafasku.
“Mas Farel sudah dapat pekerjaan baru?” Tanyanya.
“Kok tahu?” Ucapku.
“Ibu cerita sama Naina, memangnya Mas Farel kerja di mana?” Tanyanya.
“Aku juga belum paham betul pekerjaanku, aku hanya tahu kalau aku digaji dan gaji itu cukup untuk kehidupan kami.” Ucapku.
“Sabar ya Mas. semoga aja pekerjaan Mas ini bikin Mas betah dan bahagia.” Ucapnya.
“Naina, apa kamu menginginkan aku menjadi suami mu?” Tanyaku, aku memang sedikit blak-blakan kepada orang lain.
Dia semakin malu-malu, dia mungkin berharap aku akan melamarnya saat itu juga, namun dia menjaga gengsinya sebagai wanita, dia hanya tersenyum tanpa jawaban.
Ayahku sudah ditangani Dokter dan Dokter menganjurkan Ayah untuk opname beberapa hari agar Ayah pulih, dan aku setuju.
Aku masuk ke dalam ruangan Ayah, disusul Naina dari belakang, Ayah tersenyum dan mempersatukan tangan Naina dengan tanganku.
“Kalian pasangan serasi.” Ucap Ayahku.
“Nak, kamu mau kan menikah dengan Farel?” Tanya ibuku berharap.
Aku kaget dengan perkataan ayah dan ibuku, kali ini mereka langsung menanyakan pada sasaran bukan pada aku anak kandung mereka.
“Ayah berharap kalian menikah.” Ucap Ayahku lagi dan aku hanya bisa diam, jujur aku tidak ingin membuat Naina sakit hati saat aku menolaknya hari ini.
Naina memandang aku, dia sepertinya ingin aku lamar saat itu juga, dia tersenyum manis kepadaku, namun hatiku belum bergetar sama sekali, padahal senyumannya sangat indah.
“Naina, ibu sudah menganggap kamu seperti anak ibu sendiri, menikahlah dengan anak ibu, ibu yakin kalian akan saling mencintai suatu saat nanti, dan ibu juga sangat ingin kalian bahagia.” Ucap ibuku.
“Naina, kamu mau kan jadi menantu bapak?” Tanya ayahku.
“Tapi Naina ini tidak ada apa-apa Pak, Bu... Naina juga tidak punya pendidikan tinggi, sedangkan Mas Farel lulusan Amerika, dan Mas Farel juga cakep, Naina merasa gak pantas untuk Mas Farel.” Jawab Naina di hadapan kami.
Aku seperti tertampar saat mendengar pengakuan gadis itu, jujur aku sangat kasihan padanya, aku tidak ingin dia insecure karena dia yatim piatu dan tidak punya pendidikan tinggi, aku akhirnya mengalahkan egoku.
“Naina, apakah kamu mau jadi isteriku?” Tanyaku.
Ayah dan Ibuku tersenyum bahagia, mereka senang sekali saat aku mengatakan hal itu kepada Naina, dan Naina tersenyum bahagia.
“Naina mau Mas.” Jawabnya.
“Ayah, Ibu. Aku sudah melamar Naina, di hadapan Ayah dan Ibu, aku akan menikahinya asalkan Ayah dan Ibu sehat dan panjang umur.” Ucapku.
“Ayah akan panjang umur Nak, Ayah merestui hubungan kalian, bahagialah selamanya.” Ucap Ayahku.
“Ibu juga setuju dan merestui hubungan kalian, Nak. Semoga kalian bahagia yah.” Ucap Ibuku penuh harap, dan aku merasa biasa aja setelah aku lamar Naina.
Naina tersenyum dan malu-malu menundukkan kepalanya sedangkan aku, aku bingung dengan hari yang akan terjadi setelah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jambu air
bagus bgt ceritanya
2021-02-24
0
Ayu
up
2021-02-10
1
Riska Siibarani
Fix aku suka
2021-02-10
0