“Naina... kenapa kamu begitu kuat? Aku sudah menolakmu, tapi kamu masih terus mencintai aku?” Tanyaku kepedean.
“Aku belum menemukan jawabannya, Mas.” Ucapnya.
Aku tidak ingin memberikan harapan palsu kepada wanita sebaik Naina, aku menjauhinya karena aku merasa gak pantas untuk wanita sebaik dia.
Aku mulai membuka mata untuk membuka lembaran baru, entahlah ini sudah janji keberapa dalam hidupku memulai yang baru.
Aku mencari pekerjaan yang cepat mendapatkan uang, aku ingin balas dendam kepada keluarga Joanna yang menurutku sudah meremehkan aku.
Aku mulai fokus dengan mencari pekejaan, akhirnya aku menemukannya, aku langsung dipanggil untuk interview. Aku langsung datang ke lokasi yang dikirimkan, dan aku bertemu dengan beberapa orang pria.
“Kamu sudah diterima kerja di sini, tapi ada syaratnya, kamu bisa baca syaratnya di buku ini, dan masalah salary juga sudah ada di buku ini.” Ucap seorang pria yang punya tubuh dan otot kekar.
Aku membaca semuanya yang ada di buku itu, rasanya aku mengantuk membaca isi buku yang tebal ini, dengan cepat aku langsung mengatakan kalau aku bersedia join.
“Kami akan memperkenalkan kamu dengan Pak Bos besok, sekarang kamu pulang saja dan kamu baca baik-baik bukunya, karena saat kamu masuk menjadi bagian kami, kamu tidak bisa resign seenak hati.” Ucap orang itu.
“Baiklah.”’Jawabku sambil meninggalkan tempat itu, dan pulang.
Aku belum tahu apa yang akan aku kerjakan dengan mereka, aku juga belum mengenal Pak Bos yang mereka ceritakan tadi, aku hanya tahu kalau aku sudah diterima bekerja dengan salary yang cukup tinggi, 3 kali lipat dari salary aku di tempat yang lama.
“Sepertinya Tuhan akan mengizinkan aku untuk balas dendam dan menunjukkan kepada Joanna kalau aku ini tidak pantas ditinggalkan.”Ucapku sambil mengemudi motorku.
***
Aku bertemu dengan teman ku yang bernama Andhika, dia belum tahu kalau aku dan Joanna sudah putus, namun aku berusaha tetap tegar dan tenang di depannya.
“Maaf aku gak tahu kalau kalian sudah berakhir.” Imbuhnya.
“Aku juga tidak menyangka kalau aku tidak berjodoh dengannya, banyak yang bilang kami mirip tandanya jodoh.” Pungkasku.
“Sabar yah Rel, aku tahu kamu adalah lelaki yang kuat.” Ucapnya menyemangatiku.
“Sejak kapan kita lelaki berbicara seperti? Kayak cewek aja.” Ucapku.
“Hehehe, by the way... sekarang apa kegiatan kamu?” Tanyanya.
“Aku harus bekerja untuk kedua orangtuaku.” Ucapku.
“Mencari pacar baru?” Tanyanya lagi.
“Belum ada list dalam plan hidupku untuk saat ini.” Ucapku.
“Kamu pasti bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik lagi dari Joanna.”’Katanya.
“Tapi kalau aku maunya Joanna doang, gimana?” Ucapku bercanda.
“Maksud kamu?” Tanyanya lagi.
“Aku hanya bercanda, santai aja jangan dihiraukan.” Ucapku sambil tersenyum.
***
Naina sedang bersama ibuku, dia menemani ibuku berbincang-bincang sejak 2 jam lalu, saat aku sampai di rumah dia memberikan senyumannya kepadaku.
“Naina, terimahkasih yah sudah mau datang menemani ibuku ngobrol.” Ucapku.
“Sama-sama Mas.” Jawabnya santun.
Aku memandangi wajah perempuan yang ada di hadapanku, “Ah... kenapa aku belum bergetar padahal Naina adalah gadis yang cantik.” Ucapku dalam hati.
“Aku mandi dulu yah, kalian silahkan lanjutin ngobrolnya.” Ucapku.
“Farel... setelah mandi, kamu temenin Naina dan anter dia pulang yah.” Ucap Ibuku.
“Bukannya Naina sudah terbiasa pulang dengan motornya sendiri Bu?” Tanyaku.
“Motor Naina sudah dijual, dia gak ada motor lagi, makanya ibu minta tolong sama kamu.” Pinta ibuku.
Aku gak tahu apa lagi ini, apa ini adalah takdirku atau hanya rencana Naina untuk bisa dekat denganku, aku melirik halaman rumahku memang tidak ada motor di sana, aku setuju dan mengangguk mengantarkan Naina pulang setelah aku mandi.
Naina sangat bahagia, aku sempat melihat expresinya tersenyum merekah, aku tahu dia pasti senang saat aku bersedia mengantarnya.
Setelah mandi, aku semakin cakep tapi itu bukan kataku tapi kata ibuku, aku mengajak Naina pulang.
“Naina, kita pulang sekarang atau sebentar lagi?” Tanyaku.
“Rel, temenin dia dulu ke toko kain, lalu setelah itu anterin dia pulang.” Ucap ibuku.
“Toko kain?” Tanyaku.
“Iya, Naina kan menjahit, dia kebetulan perlu beberap bahan kain untuk dijahit besok, kamu tolong dia ya Nak.” Ucap ibuku.
“Baik Bu, ayo Naina.” Kataku.
Aku mengantar Naina ke toko kain, dia wanita pendiam terbukti dari sepanjang perjalanan dia hanya bisa diam saja, dan aku juga sangat enggan memulai percakapan lebih dulu.
Naina sangat lembut saat menawar harga, membeli bahan kain dia selalu tersenyum kepada penjual kain, dan berbeda sekali dengan Joanna.
Maaf Naina, aku harus membandingkanmu dengan Joannaku, dia adalah perempuan yang kasar, dia suka mabuk, dia berpendidikan, dia jutek tapi di depanki dan kedua orangtuaku dia adalah gadis yang baik.
“Sudah selesai semua?” Tanyaku.
“Sudah, kamu mau makan dulu atau langsung mengantarku pulang?” Tanyanya.
“Kita pulang saja yah.” Ucapku.
Aku melihat sedikit kekecewaan di wajahnya, namun aku kembali lagi membuat dia tersenyum hari ini, “Kita makan saja gimana? Kamu laper?” Tanyaku.
Dia mengangguk, “Iya aku laper, kita makan di pinggir jalan, mau?” Tanyanya.
Sudah lama sekali aku tidak makan di pinggir jalan, karena Joanna ku tidak pernah mau makan di pinggir jalan, dia suka makan di tempat yang berkelas.
“Boleh, kita makan bakso?” Tanyaku.
Kami berdua makan di pinggir jalan, aku melihat dia makan tanpa jaim sama sekali, aku melihat dia sedikit malu-malu di hadapanku, dia sering menunduk dan tak menatap mataku.
“Naina. kamu suka makan di pinggir jalan?” Tanyaku basa basi.
“Iya, sejak kecil aku sudah terbiasa makan di pinggir jalan.” Jawabnya.
“Iya, kamu gak malu?” Tanyaku.
“Malu? Aku emang sanggupnya kan makan di sini, ngapain harus malu? Lebih malu lagi kalau aku ke Restoran terus aku gak bisa bayar kan?” Ucapnya.
Aku tersenyum dan sedikit kagum padanya, kemudian dia mulai menanyakan tentang aku, aku tahu sebenarnya sudah lama dia ingin menanyakan hal ini, karena dia pasti ingin tahu banyak tentang aku.
“Mas, boleh aku tanya sesuatu?” Tanyanya.
“Boleh, apa itu?” Tanyaku.
“Kata ibu tadi, Mas dan pacar mas sudah putus.” Ucapnya.
“Iya bener.” Jawabku tenang.
“Sabar yah Mas.” Ucapnya lagi.
“Iya, mungkin kami tidak berjodoh. Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu sudah ada pacar?”Ucapku.
“Belum Mas.” Jawabnya singkat.
Setelah menghabiskan seporsi bakso akhirnya aku antarkan dia pulang dengan selamat, Naina adalah gadis Yatim Piatu yang tinggal di rumah kontrakannya, dia mandiri meskipun dia hanya lulusan SMP. Setiap hari dia menjahit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia rajin ibadah. Sudahlah... kasihan Naina, aku belum mencintainya hari ini, tidak tahu besok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Ruru olsop
seru dan menarik
2021-02-25
0
Jambu air
next up lagi
2021-02-24
0
Ayu
suka pokoknya
2021-02-10
1