Naina keluar dari dalam rumahnya, aku memang sengaja menunggunya di luar rumah, aku masih menyulut sebatang rokok, membuang asapnya di luar rumah, Naina terbatuk mungkin dia tidak biasa mencium aroma rokok.
“Uhuk..” Batuk Naina.
“Maaf, aku merokok. Aku tidak tahu harus ngapain makanya aku merokok.” Ucapku.
“Tidak apa.” Jawabnya singkat dan lagi-lagi dia tersenyum padaku.
Aku lihat Naina hanya mengenakan make up minimalis dan netral, aku lihat dia tanpak cantik dan ditambah kebaikannya membuat dia tampak sempurna.
“Kamu cantik.” Bisikku, aku memang suka memuji kecantikan wanita.
Dulu Joanna selalu berpikir aku adalah lelaki yang suka menggoda wanita lain karena aku sangat pandai memuji kecantikan orang lain.
“Terimahkasi Mas.” Jawab Naina tersipu malu.
Aku ajak Naina naik ke atas motorku, dan kami pamit dengan Nenek Sumiati, “Kami pergi dulu Nek.” Ucapku.
“Nenek juga akan pulang sebentar lagi, setelah memasang kancing tiga baju lagi.” Ucap Nenek Sumiati.
“Yauda kalau begitu kami jalan ya Nek.” Ucap Naina.
“Hati-hati ya Nak. Nak Farel, jaga Naina dengan baik dan selamat yah.” Ucap Nenek Sum.
“Baik Nek, terimahkasi.” Jawabku.
Aku bonceng Naina dan kami berlalu dari rumahnya, kami bekendara tidak begitu laju, aku ingin memanfaatkan waktu untuk bisa dekat dengan calon isteriku. Aku sudah pasrah jika aku memberikan semua hatiku untuk Naina.
“Mas, kita jadi nonton?” Tanya Naina.
“Sepertinya gak keburu, soalnya filmnya sudah lewat.” Jawabku.
“Maafin Naina Mas, mungkin karena Naina lama siap-siap dan dandan.” Ucap Naina merasa bersalah.
“Tidak, kamu jangan merasa gak enak... ini bukan salah kamu Naina.” Ucapku.
“Kalau begitu, kita kemana?” Tanya Naina.
“Kamu mau makan?” Tanyaku.
“Boleh.” Katanya.
Aku ajak dia makan di pecel lele kegemaran aku, letaknya di pinggir jalan namun cukup bersih dan kami makan bersama. Aku lihat Naina makan dengan lahap.
“Kamu makan lahap sekali.” Ucapku sambil tersenyum.
Dia malu-malu, dan mengurangi kecepatannya menyantap makanannya, “Maaf Mas, Naina gak makan sejak siang tadi, Naina lupa makan karena asyik menjahit.” Katanya.
“Kamu gak boleh seperti itu, kamu harus jaga kesehatan kamu juga, gak ada gunanya kamu mengejar pekerjaan dan uang jika kesehatanmu terbengkalai seperti ini.” Ucapku.
“Aku memang salah Mas.” Katanya.
Perbedaan yang besar antara Naina dengan Joanna adalah itu salah satunya, Naina pasti selalu mengaku salah dan meminta maaf, Naina selalu suka mengalah meskipun dia tidak salah sedangkan Joanna, dia tidak akan mau meminta maaf meskipun dia sadar dia yang salah.
Aku tersenyum, kupandangi Naina yang sedang grogi menyantap makananya, aku tahu dia memang pemalu. Aku sengaja memandanginya, ingin melihatnya salah tingkah.
Naina terbatuk, dia keselek karena grogi, wajahnya merah dan dia sangat tidak percaya diri, kepalanya menunduk tanda dia malu.
“Kamu gak apa-apa Naina?” Kataku.
“Gak Mas, uhuk...” Dia masih terbatuk-batuk, dan aku memberikan dia minuman.
“Terimahkasih Mas.” Jawabnya sedikit gugup.
“Naina, kamu mau jadi isteri Mas?” Tanyaku tiba-tiba.
“Mas kan sudah pernah tanyakan itu kemarin saat di Rumah Sakit.” Jawab Naina.
“Itu kan di depan ayah dan ibuku, sekarang hanya ada kita berdua, aku ingin tahu jawaban kamu.” Ucapku.
“Naina mau Mas, sebenarnya Naina juga sudah pengen menikah, Naina pengen punya keluarga. Sudah lama Naina hidup sebatang kara. Naina rindu memiliki keluarga yang utuh, kalau Mas mau mencintai Naina, Naina mau menikah dengan Mas.” Ucapnya tulus.
“Mas sedang berusaha mencintaimu, memang saat ini Mas masih belum bisa, tapi Mas sudah berusaha.” Ucapku.
“Naina tahu itu, terimahkasi Mas, Mas sudah mau ajak Naina jalan.” Kata Naina.
“Kamu mau gak kalau kita jalan-jalan ke Ancol?” Tanyaku.
“Boleh.” Katanya sambil tersenyum.
Aku sangat melihat perbedaan antara Naina dengan Joanna, Joanna tidak akan mau diajak ke Ancol, dia lebih suka nongkrong di Mall, Bioskop, dan tempat-tempat brand lainnya sedangkan Naina, dia bahkan mau saat aku ajak ke Ancol.
“Naina, aku punya hadiah lagi untukmu.” Kataku.
“Apa itu Mas?” Tanyanya.
“Aku belikan coklat untukmu, aku pikir kamu sedang bad mood, aku memberikan coklat ini karena setahuku saat wanita bad mood, mereka membutuhkan makanan manis untuk mengembalikan moodnya.” Kataku lagi.
“Ya ampun, makasih banget Mas, Naina jadi malu, makasih loh.” Ucapnya lagi sambil meraih coklat dari tanganku.
Aku melihat senyuman yang begitu tulus dari bibirnya, meski hanya menerima sebuah coklat saja dia sudah senang, aku semakin kagum kepada Naina.
“Kita jalan sekarang aja yuk!” Ajakku.
Aku membayar makanan dan minuman kami lalu kami pergi ke Ancol, kami duduk dan ngobrol di sana, aku tahu aku harus menjaga sikapku saat bersama Naina, sebab Naina adalah gadis baik, aku tidak akan memperlakukannya sama seperti aku memperlakukan Joanna dulu.
Aku sangat menjaga cara bicaraku, bahasa tubuhku, bahkan aku tidak berani menyukut rokok di hadapannya. Aku memang candu, tapi saat di dekat Naina, aku bisa melupakan rokokku.
“Mas suka merokok?” Tanyanya tiba-tiba, mungkin dia ingat saat tadi aku merokok di depan rumahnya.
“Iya, sebanernya Mas tidak sebaik yang kamu pikirkan, Mas tidak sebaik yang dikatakan Ayah dan Ibuku, Mas hanya seorang lelaki yang kurang baik, Mas dulu suka minum Alkohol, Rokok.” Kataku terus terang.
“Lalu sekarang?” Tanyanya lagi.
“Mas sudah tidak pernah minum Alkohol, terakhir kalinya saat Joanna mantan Mas meninggalkan Mas, dan sejak itu tidak pernah lagi.” Ucapku.
“Mas mencintai Joanna sampai sekarang?” Tanyanya lagi.
“Sudah tidak, Mas sudah lupa.” Jawabku.
Aku tidak ingin melihat Naina sakit hati lagi, dia adalah calon isteriku, takkan aku biarkan dia menangis lagi, aku akan membuatnya bahagia.
“Naina... apa kamu tidak suka pria merokok?” Tanyaku.
“Sebenarnya tidak.” Katanya.
“Lalu kalau Mas merokok?” Tanyaku.
Naina hanya diam, dia tersenyum kaku, dan memandangku dengan tatapan dalam, aku tahu itu pertanda dia tidak menyukainya.
“Mas akan coba melepaskan rokok untuk kamu.” Kataku.
“Mas, kamu gak perlu seperti itu, aku gak masalah jika kamu merokok, asalkan tidak di dekatku sebab aku tidak tahan dengan asap rokok karena aku ada penyakit asma.” Kata Naina.
“Tapi aku akan berubah, bukan karena kamu tapi karena aku ingin menjaga kesehatan kamu.” Kataku.
Dia semakin tersenyum lebar, aku tahu pasti dia merasa tersanjung karena ucapanku, aku senang melihat senyum khasnya.
“Naina...” Kataku.
“Iya.” Katanya sambil menoleh ke arahku.
“Kamu cantik.” Kataku lagi.
Dia menundukkan kepalanya pertanda dia senang dan malu, “Mas bisa aja.” Jawabnya, aku memberikan dia jaket agar dia tidak kedinginan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jambu air
next up jangan kasih kendit
2021-02-24
0
Jambu air
lgi dong
2021-02-24
0
Bucin22
semoga Naina jadi nikah sama farel
2021-02-06
1